Jumat, 26 Februari 2021

Renungan hari ini: “MASA DEPAN” (Mazmur 37:37)

 Renungan hari ini:

 

“MASA DEPAN”




 

Mazmur 37:37 (TB) "Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan"

 

Psalms 37:37 (NET) "Take note of the one who has integrity! Observe the godly! For the one who promotes peace has a future"

 

Setiap orang pasti memiliki impian masa depan. Masa depan itu adalah masa yang masih diperjuangkan menjadi sebuah kenyataan. Itu sebab kita melakukan usaha agar kita bisa meraih masa depan itu. Setiap orang memiliki cara dan metode utuk meraih masa depan itu. 

 

Dalam nas hari ini kita diajari oleh pemazmur bagaimana cara dan metode yang baik untuk meraih masa depan yang penuh harapan itu. Setidaknya ada tig acara yang harus kita lakukan agar kita meraih masa depan kita dengan baik, yakni:

 

Pertama, kita harus menjadi orang yang tulus (ay. 37a). Tulus ini adalah tidak memiliki kepura-puraan di dalam hatinya. Apa yang ada di dalam hatinya, itulah yang terlihat di luarnya. Ia tidak memiliki kepalsuan dan tidak munafik. Orang seperti ini akan memiliki hidup yang lurus, tidak neko-neko, dan apa adanya. 

 

Tulus berarti sikap yang tidak mengutamakan kepentingan pribadi. Seseorang akan dianggap mempunyai sikap tulus jika ia mengerjakan kebaikan bagi sesama tanpa ada imbalan atau sesuatu yang diharapkan untuk kepentingan diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak tulus akan selalu mengutamakan kepentingannya sendiri. Kepentingan pribadi yang kuat akan menjadikan sesorang egois dan ingin menang sendiri. Keegoisan akan menabrak banyak hal, termasuk tidak menghormati kepentingan umum.

 

Kedua, kita harus menjadi orang yang jujur (ay. 37b). Jujur berarti berani bertindak sesuai dengan yang seharusnya. Orang yang jujur tidak mungkin berbohong, karena berbohong itu dosa. Orang yang jujur tidak mungkin mengambil apa yang  bukan haknya, karena itu adalah suatu hal yang salah. Orang jujur berkata ya jika ya, dan berkata tidak jika tidak (Mat. 5:37). 

 

Jujur berarti sikap terbuka, apa adanya dan berani dalam menyatakan kebenaran. Sikap ini juga sangat penting dalam usaha perdamaian. Tanpa kejujuran, orang lain tidak akan percaya. Relasi antar manusia pada umumnya didasarkan pada rasa saling percaya. Melakukan ketidakjujuran, tidak perlu diajarkan. Melakukan kejujuran, harus diajarkan sejak dini. Kejujuran adalah keselarasan antara hati nurani, perkataan dan perbuatan.

 

Ketiga, kita harus menjadi orang yang suka damai (ay. 37c). Suka damai berarti tidak mau mencari masalah dengan orang lain. Damai itu adalah ciri khas surga. Oleh karena itu salah Firman Tuhan dalam ayat lain pun berkata agar sedapat mungkin kita hidup dalam perdamaian dengan semua orang (Rm 12:18). Orang percaya harus dapat hidup dalam damai, dan membagikan damai itu kepada orang lain, karena Tuhan sudah terlebih dahulu mendamaikan kita.

 

Orang yang suka damai akan mempunyai masa depan. Perdamaian memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam segala bidang. Perdamaian yang terjadi, baik di dalam keluarga, gereja maupun masyarakat, akan membuat semua orang bisa melakukan hal-hal yang positif dan berguna. Perdamaian memungkinkan orang-orang bisa saling bekerjasama mengatasi segala kesulitan untuk menciptakan hubungan manusia yang saling menguntungkan, adil dan sejahtera.

 

Perdamaian tidak bisa terjadi begitu saja. Kita harus bekerja keras untuk mewujudkannya dan diperlukan kerjasama banyak pihak. Apalagi setiap manusia mempunyai perbedaan satu dengan yang lain. Diperlukan sebuah visi yang jelas untuk menyamakan visi tersebut dan berjalan bersama dalam perbedaan.

 

Akan tetapi jika kita tidak mau masa depan kita cerah, dan justru mau memiliki Madesu alias masa depan suram, maka jadilah orang-orang yang durhaka dan fasik (ay. 38). Orang durhaka pada prinsipnya adalah orang yang tidak  tahu balas budi. Sudah ditolong tetapi malah tidak menghargai orang yang ditolong. Sudah diselamatkan tetapi malah tidak menghargai Tuhan yang telah menyelamatkannya. Sedangkan orang fasik secara sederhana dapat dikatakan sebagai orang yang tidak mau percaya dan tidak mau taat dengan Tuhan. Mereka lebih percaya kepada diri mereka sendiri daripada percaya kepada Tuhan. Orang-orang seperti ini tidak akan mendapatkan masa depan. Tidak hanya masa depan di dunia ini, tetapi juga mereka tidak mendapatkan masa depan di dalam kekekalan. Mereka akan dilenyapkan selama-lamanya, di dalam siksaan neraka yang kekal.

 

Pilihan ada di tangan kita. Mana yang kita pilih, masa depan yang cerah atau masa depan yang suram? Ingtat bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang empunya masa depan. Ia ingin agar anak-anak-Nya mendapatkan masa depan yang penuh harapan. Karena itu, mari kita menjadi orang-orang yang tulus, jujur, dan suka damai. (rsnh)

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...