Sabtu, 02 Maret 2019

KOTBAH MINGGU ESTOMIHI Minggu, 03 Pebruari 2019 “YESUS, MESIAS ANAK ALLAH YANG HIDUP”

Minggu, 03 Pebruari 2019

“YESUS, MESIAS ANAK ALLAH YANG HIDUP”
Kotbah: Matius 16:13-20 Bacaan: Yosua 5:13-15



Hari ini kita memasuki Minggu Estomihi yang artinya “Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan - Sai Ho ma gabe Partanobatoan di ahu(Mzm. 31:3b). Dan dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Yesus, Mesias Anak Allah yang hidup”.Yesus tidak ingin dipandang sebagai Mesias politis. Kehadiran-Nya di dunia ini adalah sebagai Mesias surgawi. Banyak yang bingung mengapa Yesus menyuruh murid-muridnya agar tidak memberitahu orang lain bahwa dia adalah Kristus (atau Mesias). Alasannya sederhana, karena orang-orang Yahudi pada saat itu memegang pemahaman yang salah tentang Kristus (Mesias). Mereka memahami Kristus sebagai pemimpin politik yang akan membebaskan mereka dari kekuasaan Roma dan membangun Israel sebagai satu kekuatan politik di dunia ini. Jika kita memahami pandangan mereka ini, maka kita akan mengerti mengapa Yesus melarang murid-murid-Nya untuk memberitahu bahwa Dia adalah Kristus.

Apa yang hendak Yesus lakukan sebagai Mesias yang hidup di dunia ini?

Pertama,Yesus hendak mengajarkan bahwa Gereja di dunia ini dibangun di atas apa  bukan siapa (ay. 18). Yesus mengajarkan bahwa Gereja di dunia ini dibangun di atas “batu karang” bukan di atas nama “Petrus”. Artinya, Gereja dibangun bukan di atas nama siapa, melainkan di atas batu karang. Gereja Katolik Roma berkata bahwa gereja dibangun di atas Petrus. Apakah Kristus membangun gerejanya di atas Petrus? Di manakah di dalam Kitab Suci, kita bisa menemukan lagi ajaran bahwa gereja dibangun di atas Petrus? Tidak ada. Mengapa Gereja Katolik Roma mengatakan seperti itu? Karena untuk mendukung sistem kepausan; ini menjelaskan mengapa ada Paus di Gereja Katolik Roma. Dan untuk membenarkan sistem kepausan ini, ayat ini dikutip. "Kita lihat, gereja dibangun di atas Petrus. Hal itu disebutkan di sini, “Kamu adalah Petrus dan aku akan membangun gereja-ku di atas kamu.'" Bukan itu yang sedang disampaikan oleh Yesus. Dia tidak berkata, "Kamu adalah Petrus dan aku akan membangun gereja-ku di atas kamu." Bukan itu yang dikatakan oleh Yesus.

Menurut Yesus, gereja akan dibangun di atas batu karang. Jadi, persoalannya adalah bukan siapa, melainkan apa yang menjadi landasan pembangunan gereja? Jawaban bagi pertanyaan ini adalah, gereja dibangun di atas batu karang.  Yesus di Matius 7:24-25 menyuruh kita untuk membangun kehidupan kita di atas batu karang. Yesus berkata, "Orang yang mendengarkan ajaranku dan mengerjakannya, dia itu seperti seorang bijak yang membangun rumahnya di atas batu. Ketika hujan turun, banjir datang, dan angin bertiup melanda rumah itu; rumah itu tidak rubuh, karena dibangun di atas batu." Yesus tidak seperti kebanyakan penginjil yang berkhotbah tentang satu hal tetapi mengerjakan hal yang lain. Saat dia mengajarkan kita untuk membangun kehidupan kita di atas batu karang, dia sendiri membangun rumahnya ataupun gerejannya di atas batu karang yang teguh.
Kedua,Yesus mengganti nama Simon menjadi Petrus. Nama baru bagi Simon adalah Petrus, karena sejak saat itu dia akan menjadi manusia baru, seteguh karang.Sebelum kita mulai meneliti makna kata “batu karang” ini, perhatikan apa yang Yesus katakan pada Petrus, "Engkau adalah Petrus." Yang perlu kita ketahui dalam hal ini adalah bahwa nama Petrus itu bukanlah namanya yang asli. Sebelumnya, dia tidak dipanggil dengan nama Petrus. Siapakah nama aslinya? Simon. Mulanya dia dipanggil dengan nama Simon. Di Lukas 6:14 kita akan temukan bahwa Yesus memberinya nama Petrus. "Namamu adalah Simon, namun sejak saat ini engkau akan dipanggil dengan nama Petrus, yaitu batu, batu kerikil, bagian dari batu karang yang besar." Batu kerikil hanyalah sekeping pecahan dari batu besar. Ia berasal dari batu karang yang sangat besar, akan tetapi kerikil memiliki ciri yang sama dengan batu besar yang menjadi sumbernya.

Perubahan nama itu, tentu saja, menegaskan bahwa karakter Petrus akan diubah. Di dalam Alkitab, nama menunjukkan karakter. Yesus sedang berkata, "Sekarang ini namamu adalah Simon, namun nama itu akan berubah menjadi Petrus karena Aku akan mengubahmu sepenuhnya. Aku akan mengubahmu. Aku akan menjadikanmu manusia baru. Kamu akan menjadi manusia baru." Ini adalah pokok yang penting untuk dipahami.

Namun tentunya bukan sembarang manusia baru. Manusia baru macam apa? Sesuai dengan nama barunya. Dia akan diubah dari Simon menjadi manusia baru yang bisa digambarkan seperti batu karang atau batu kerikil. Kia mungkin bertanya, "Sungguh lucu tindakan memberi nama baru ini. Apa yang salah dengan nama 'Simon'? Kita tidak memanggilnya Simon lagi, melainkan Kerikil. Mulai saat ini, namamu akan menjadi “Kerikil”. Apa bagusnya dipanggil kerikil?" Ada alasan untuk tindakan itu jika kita ingin memahami perikop ini.
1) Batu karang mengungkapkan keteguhan, kekuatan, keadaan yang tidak berubah, karakter yang tidak bisa dirusak, (kesetiaan, kekudusan).Di Mazmur 18:3 kita menemukan kata pertama bagi batu karang, yaitu sila, "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" Sungguh ayat yang sangat indah! Sangat indah! Allah adalah gunung batuku (my rock = batu karangku). Dua kali di dalam satu ayat ini, si pemazmur menyebut Allah sebagai gunung batu (batu karang). Kesan apakah yang Anda dapatkan jika Anda mendengar kata gunung batu atau batu karang? Mengapa dia menyebut Allah sebagai gunung batu? Apa bagusnya menyebut Allah sebagai gunung batu?
2)   Gunung batu mengungkapkan keteguhan. Gunung batu mengungkapkan kekuatan.Ia juga mengungkapkan karakter yang tidak berubah. Bumi bergerak, tanah bergerak, pohon-pohon tumbang, akan tetapi gunung batu, ia menggambarkan kekuatan dan keteguhan, kemampuan untuk tetap teguh. Ia sama dari dulu, sekarang dan sampai di masa depan. Ia tidak berubah. Itulah gambaran yang diberikan di sini. Keteguhan, kesetiaan Allah. Kuasa-Nya, keadaan-Nya yang tidak berubah, semua ciri itu yang terdapat di dalam gunung batu.
Pertanyaan kita adalah bagaimana agar Kristus bisa membangun gerejanya di atas batu karang? 

Pertama,Yesus mengubah orang-orang percaya yang sejati dengan kuasa Allah untuk menjadi batu (batu karang, "menjadi Petrus-Petrus")  Bagaimana kita akan membentuk seorang Petrus? Seorang yang tidak seperti batu karang dan menjadikan dia batu karang? Kitaa tahu betapa lemahnya Petrus. Dia adalah orang yang paling keras berbicara tentang kesetiaan. Dialah orang yang memimpin orang lain untuk berkata, "Yesus, kami bersedia mati bagimu. Kami tidak akan pernah meninggalkan engaku. Kami akan terus bersamamu sampai mati." Kita tentu ingat pada semua pernyataan dari Petrus itu. Dan ketika didatangi seorang perempuan yang bukan siapa-siapa, seorang hamba perempuan yang berkata, "Aha! Kamu adalah salah satu dari murid-murid Yesus!" Dan, di hadapan hamba perempuan itu dia goyah. Tiga kali dia menyangkal Yesus. Dia belum berhadapan dengan para pengawal Bait Allah. yang dia hadapi baru seorang hamba di halaman Bait Allah, bahkan yang ini cuma hamba perempuan, dan Petrus yang perkasa itu sudah tersungkur. Apakah Petrus ikut memiliki watak ilahi? Apakah kita ingin mengatakan bahwa orang semacam itu ikut memiliki watak ilahi?Roh Kudus harus datang dulu untuk mengubahnya. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Janganlah kalian pergi memberitakan Injil dulu, karena pertama-tama kalian harus diubah dahulu. Pertama-tama, kalian harus menerima kuasa dari atas dulu. Tanpa kuasa itu bagaimana mungkin kalian bisa menjadi batu karang?"

Kedua,perubahan akan menghasilkan pengakuan. Petrus pernah menjadi lawan bagi salib karena dia mencoba mencegah Yesus. Namun akhirnya dia menjadi orang yang pertama mengakui Yesus adalah Mesias. Perubahan hidup Petrus akhirnya membuat dia mengakui keberadaan Yesus di dunia ini sebagai Allah yang hidup. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...