KOTBAH MINGGU INVOKAVIT
Minggu, 18 Pebruari 2018
“MENGIKUTI
YESUS DENGAN TULUS”
Kotbah: Lukas
9:57-62 Bacaan: Mazmur 25:1-5
Minggu ini kita telah memasuki
Minggu Invokavit, artinya “Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan
menjawab” (Mzm. 91:15a). Dalam minggu
ini kita akan membahas tema “Mengikuti
Yesus dengan tulus”. Tema ini sangat penting karena ada banyak orang
mengikut Yesus dengan motivasi yang tidak baik. Hatinya tidak tulus tetapi
hatinya kotor dan duniawi. Pelayanannya dibungkus rohani tetapi sebenarnya
mereka hendak mencari untung dari pelayanannya. Pelayanan itu hanya memakai
nama Yesus untuk mencapai tujuan duniawinya yakni untuk mendapatkan keuntungan
finansial.
Dari teks kotbah Minggu ini kita
dapat belajar bahwa ada beberapa tipe orang yang mengikut Yesus.
Pertama, tipe orang mengikut
Yesus kemanapun Yesus pergi (ay. 57). Ini merupakan jenis yang
terbaik, karena berani mengikut Tuhan. Akan tetapi Tuhan
Yesus mengingatkan kepada orang itu, bahwa mengikut Tuhan itu tidak hanya
terasa enak, tetapi juga harus ada harga yang harus dibayar. Tuhan Yesus
mengatakan bahwa serigala dan burung saja memiliki sarang, yaitu tempat
tinggal, akan tetapi Anak Manusia (Tuhan Yesus) tidak memiliki tempat untuk
meletakkan kepala-Nya (ay. 58). Dengan kata lain Tuhan Yesus mengatakan bahwa
dalam mengiring Tuhan bukan berarti segalanya akan menjadi enak, tetapi harus
ada harga yang harus dibayar juga (Luk. 9:23). Tuhan Yesus tidak menjanjikan
jalan yang enak seperti: semuanya akan berjalan lancar, akan diberkati dan
berkelimpahan, tidak akan sakit, tidak akan bangkrut, usaha akan sukses, dan
lain sebagainya”, akan tetapi Tuhan Yesus mengingatkan konsekuensi yang harus
diterima oleh setiap orang yang mau mengikut Tuhan.
Kedua, tipe orang yang mengikut Yesus setelah urusannya selesai
dan beres (ay. 59). Tuhan Yesus mengajak orang lain untuk mengikut
diri-Nya. Akan tetapi orang tersebut justru berkata, “Izinkanlah aku pergi
dahulu menguburkan bapaku” (ay. 59). Ada dua kemungkinan, yaitu orang yang
diajak Tuhan Yesus memang adalah orang yang sedang berkabung dan akan
menguburkan bapanya, atau sebenarnya itu adalah alasan dari orang tersebut yang
artinya ia akan mengikut Tuhan setelah bapanya meninggal, maka baru ia akan
mengikut Tuhan secara full time. Singkatnya, dia mau mengikut Yesus
setelah semua urusannya beres.
Terhadap tipe orang seperti ini,
Tuhan mengatakan dengan tegas bahwa “Biarlah orang mati menguburkan orang mati”
(ay. 60a). Apakah orang tersebut ditolak di hadapan Tuhan? Tidak, perhatikan
ayat selanjutnya, “Tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di
mana-mana” (ay. 60b). Ketika Tuhan sudah mengakatakan “Ikutlah Aku”, mau tidak
mau kita harus melakukannya. Alasan apapun tidak ada gunanya untuk menolak.
Tuhan ingin agar kita mengikuti kehendak-Nya, bukan Tuhan yang mengikuti
kehendak kita.
Ketiga, tipe orang yang
pamitan kepada keluarga (ay. 61). Alkitab menulis bahwa ada orang
lain yang berkata bahwa “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku
pamitan dahulu dengan keluargaku” (ay. 61). Dalam konteks saat ini, kalimat
tersebut bisa diganti seperti ini: “Saya akan mengikut Tuhan, tetapi nanti
setelah saya pensiun”, atau “Saya akan mengikut Tuhan, tetapi nanti ketika saya
sudah sukses dalam pekerjaan dan sudah mengumpulkan banyak harta”, dan
sebagainya.
Ini merupakan jenis orang ketiga
yang selalu banyak perhitungan dan pertimbangan dalam mengikut Tuhan. Bisa jadi
bahwa itu hanya alasan saja karena orang itu ingin terlihat baik di hadapan
orang lain. Orang yang mengucapkan kalimat seperti itu mungkin tidak mau kalah
dengan orang-orang yang sebelumnya mengikutTuhan, sehingga ia menambahkan
persyaratan dalam kalimatnya: “Saya akan mengikut Tuhan, tetapi ... ,
atau jika ...”.Tuhan tidak mau kalimat-kalimat manis
seperti itu. Tuhan ingin agar orang yang mau mengikut Tuhan ya mengikut Tuhan,
tanpa klausul lainnya.
Perhatikan jawaban Yesus yang
cukup keras saat itu: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke
belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (ay. 62). Setiap orang yang
dipanggil untuk mengikut Tuhan, sudah tidak boleh lagi mengingat-ingat yang ada
di belakangnya. Paulus sendiri meninggalkan segala sesuatu yang ia telah miliki
sebelumnya untuk dapat mengiring Tuhan (Flp. 3:13-14), bahkan segala sesuatu
yang lain itu dianggap seperti sampah yang tidak berguna dan tidak sebanding
dengan kemuliaan yang akan ia dapatkan nanti (Flp 3:8).
Saat ini, apakah ada di antara
kita yang sedang Tuhan panggil untuk melakukan segala sesuatu? Jenis orang yang
bagaimanakah kita ini di hadapan Tuhan? Apakah kita akan menolak dengan
berbagai alasan yang sebenarnya tidak logis? Atau kita masih akan melihat ke
belakang? Atau kita akan menjawab “Ya Tuhan”? Semua ada pada kita. Sejujurnya
saya sangat yakin kita semua sudah tahu jawabannya, hanya kadang-kadang kita
belum berani untuk melangkah karena masih banyak pertimbangan. Tetapi, saya
berharap, ketika Tuhan memperdengarkan suaraNya untuk memanggil kita, jangan
kita mengeraskan hati kita (Ibr 3:15). Katakan “Ya” kepada Tuhan ketika Ia memanggil
kita. Sudah siapkah kita mengikut Tuhan?
Pertanyaan kita sekarang adalah
bagaimanakah caranya agar kita bisa mengikut Yesus dengan tulus?
Pertama, janganlah lagi terlalu memikirkan kesenangan dunia (ay. 57-58
). Dalam ayat
57 “Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan
mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut
Engkau, kemana saja Engkau pergi “ ini perkataan seseorang kepada
Yesus,itu merupakan komitmen yang baik,akan tetapi Yesus telah mengetahui isi
hatinya karena Ia mau mengikuti Yesus karena Ia berpikir mengikuti Yesus merupakan
suatu keuntungan besar. Karena bersama Yesus segala kebutuhan jasmani mereka
terpenuhi karena mereka sudah melihat sendiri Yesus banyak melakukan banyak
mujizat. Oleh sebab itu Yesus merespons dengan menjawab , “SeriIgala
mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya”. Dalam hal ini Ia mau
memberi tahu bahwa mengikuti Yesus bukan karena kita akan memeliki kenyamanan
secara jasmani karena Ia tidak dapat dimanipulasi oleh siapapun. Tempat untuk
meletakan kepalapun tidak ada bukan
berarti Yesus tidak memiliki tempat tinggal. Ini sangat jelas pada kisah
sebelumnya tentang penolakan dirinya di Samaria. Dalam hal ini Yesus mau memberi
tahu bahwa mengikuti Dia tidak menjanjikan akan memiliki kesenangan dunia. Karena
kata tempat meletakan kepala itu berarti rumah dan rumah adalah tempat yang
paling nyaman.
Marilah kita menjadi pengikut
Yesus yang bukan hanya agar kita bisa menikmati kesenangan dunia. Luruskan motivasi
kita dalam mengikuti Yesus. Jangan kita mau mengikuti Yesus hanya karena ingin
diberkati atau hanya ingin menikmati mujizat-mujizat yang besar saja.
Kedua, kita harus lebih memetingkan Tuhan (ay. 59-60). Dalam hal ini
Yesuslah yang berinisiatif untuk mengajak seseorang mengikuti Dia, akan tetapi
orang tersebut berkata, "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan
bapaku" (ay. 59). Ungkapan tersebut bukan berarti bahwa bapanya baru
meninggal dan ia mau pergi menguburkan bapanya melainkan dalam tradisi Yahudi
seorang anak berkewajiban merawat bapanya sampai meninggal dan ia harus
menguburkan mayat bapanya. Itu berarti orang tersebut mau mengikuti Yesus
tetapi dia harus pulang merawat bapanya sampai meninggal barulah ia mengikuti
Yesus. Merespons ini Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati
menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah
di mana-mana"(ay. 60). Ungkapan tersebut bukan berarti orang mati
menguburkan orang mati akan tetapi orang yang mati secara rohani menguburkan
orang yang mati secara jasmani. Juga bukan berarti Yesus mengajarkan untuk
tidak patuh terhadap orang tua, melainkan kalau mau mengikuti Yesus haruslah
lebih memetingkan Dia dalam hal memberitakan kabar Kerajaan Allah. Kita harus
memilih yang lebih utama yakni TUHAN, karena kita tidak mungkin melakukan
keduanya secara bersamaan.
Ketiga, jangan menoleh kebelakang (ay. 61-62). Seorang petani yang mau membajak harus senantiasa
melihat kedepan kalau ia ingin membajak mengikuti alur yang lurus. Dalam hal
ini bukan berarti Yesus tidak mengijinkan orang tersebut pamitan terhadap
keluarganya tetapi ia mau mengajarkan bahwa kalau mengikuti Yesus tidak harus
menoleh ke belakang. Artinya, kehidupan yang lama haruslah di tinggalkan.
Pada saat kita sudah berkomitmen
mengikuti Yesus maka kita tidak lagi melihat ke belakang seperti:
kegagalan-kegagalan kita atau kesuksesan kita. Kita jangan lagi
membanding-bandingkan hidup masa lalu dengan masa sekarang. Kita mungkin sering
mengatakan seperti ini “Dulu sebelum saya mengikuti Yesus hidup saya enak-enak
saja, tetapi kenapa sekarang banyak masalah”. Ingat bangsa Israel yang keluar
dari Mesir dan harus hidup di padang gurun sehingga mereka mengatakan bahwa
hidup di Mesirlah lebih enak. Seenak apapun itu, mereka tetap menjadi budak
dari orang Mesir. Begitu juga dengan kita mungkin kita berkata hidupku yang
dulu lebih enak, tapi ingat kita masih menjadi hamba dosa.
Sudah siapkah kita menjadi
pengikut Kristus? Yesus telah mengajarkan kita dalam perikope ini tentang
hal-hal mengikuti Dia. Sekarang kita akan memilih apakah kita mau ikut Yesus
atau tidak. Kalau kita mau menjadi pengikut Kristus kita haruslah melihat
ketiga hal di atas. (rsnh)
Selamat beribadah dan
menikmati lawatan TUHAN