Sabtu, 17 Februari 2018

KOTBAH MINGGU INVOKAVIT Minggu, 18 Pebruari 2018

KOTBAH MINGGU INVOKAVIT
Minggu, 18 Pebruari 2018

“MENGIKUTI YESUS DENGAN TULUS”
Kotbah: Lukas 9:57-62 Bacaan: Mazmur 25:1-5


Minggu ini kita telah memasuki Minggu Invokavit, artinya “Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab” (Mzm. 91:15a).  Dalam minggu ini kita akan membahas tema “Mengikuti Yesus dengan tulus”. Tema ini sangat penting karena ada banyak orang mengikut Yesus dengan motivasi yang tidak baik. Hatinya tidak tulus tetapi hatinya kotor dan duniawi. Pelayanannya dibungkus rohani tetapi sebenarnya mereka hendak mencari untung dari pelayanannya. Pelayanan itu hanya memakai nama Yesus untuk mencapai tujuan duniawinya yakni untuk mendapatkan keuntungan finansial.

Dari teks kotbah Minggu ini kita dapat belajar bahwa ada beberapa tipe orang yang mengikut Yesus.

Pertama, tipe orang mengikut Yesus kemanapun Yesus pergi (ay. 57). Ini merupakan jenis yang terbaik,  karena berani mengikut Tuhan. Akan  tetapi Tuhan Yesus mengingatkan kepada orang itu, bahwa mengikut Tuhan itu tidak hanya terasa enak, tetapi juga harus ada harga yang harus dibayar. Tuhan Yesus mengatakan bahwa serigala dan burung saja memiliki sarang, yaitu tempat tinggal, akan tetapi Anak Manusia (Tuhan Yesus) tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (ay. 58). Dengan kata lain Tuhan Yesus mengatakan bahwa dalam mengiring Tuhan bukan berarti segalanya akan menjadi enak, tetapi harus ada harga yang harus dibayar juga (Luk. 9:23). Tuhan Yesus tidak menjanjikan jalan yang enak seperti: semuanya akan berjalan lancar, akan diberkati dan berkelimpahan, tidak akan sakit, tidak akan bangkrut, usaha akan sukses, dan lain sebagainya”, akan tetapi Tuhan Yesus mengingatkan konsekuensi yang harus diterima oleh setiap orang yang mau mengikut Tuhan.

Kedua, tipe orang yang mengikut Yesus setelah urusannya selesai dan beres (ay. 59). Tuhan Yesus mengajak orang lain untuk mengikut diri-Nya. Akan tetapi orang tersebut justru berkata, “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku” (ay. 59). Ada dua kemungkinan, yaitu orang yang diajak Tuhan Yesus memang adalah orang yang sedang berkabung dan akan menguburkan bapanya, atau sebenarnya itu adalah alasan dari orang tersebut yang artinya ia akan mengikut Tuhan setelah bapanya meninggal, maka baru ia akan mengikut Tuhan secara full time. Singkatnya, dia mau mengikut Yesus setelah semua urusannya beres.

Terhadap tipe orang seperti ini, Tuhan mengatakan dengan tegas bahwa “Biarlah orang mati menguburkan orang mati” (ay. 60a). Apakah orang tersebut ditolak di hadapan Tuhan? Tidak, perhatikan ayat selanjutnya, “Tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana” (ay. 60b). Ketika Tuhan sudah mengakatakan “Ikutlah Aku”, mau tidak mau kita harus melakukannya. Alasan apapun tidak ada gunanya untuk menolak. Tuhan ingin agar kita mengikuti kehendak-Nya, bukan Tuhan yang mengikuti kehendak kita. 

Ketiga, tipe orang yang pamitan kepada keluarga (ay. 61). Alkitab menulis bahwa ada orang lain yang berkata bahwa “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku” (ay. 61). Dalam konteks saat ini, kalimat tersebut bisa diganti seperti ini: “Saya akan mengikut Tuhan, tetapi nanti setelah saya pensiun”, atau “Saya akan mengikut Tuhan, tetapi nanti ketika saya sudah sukses dalam pekerjaan dan sudah mengumpulkan banyak harta”, dan sebagainya.

Ini merupakan jenis orang ketiga yang selalu banyak perhitungan dan pertimbangan dalam mengikut Tuhan. Bisa jadi bahwa itu hanya alasan saja karena orang itu ingin terlihat baik di hadapan orang lain. Orang yang mengucapkan kalimat seperti itu mungkin tidak mau kalah dengan orang-orang yang sebelumnya mengikutTuhan, sehingga ia menambahkan persyaratan dalam kalimatnya: “Saya akan mengikut Tuhan, tetapi ... , atau  jika ...”.Tuhan  tidak mau kalimat-kalimat manis seperti itu. Tuhan ingin agar orang yang mau mengikut Tuhan ya mengikut Tuhan, tanpa klausul lainnya.

Perhatikan jawaban Yesus yang cukup keras saat itu: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (ay. 62). Setiap orang yang dipanggil untuk mengikut Tuhan, sudah tidak boleh lagi mengingat-ingat yang ada di belakangnya. Paulus sendiri meninggalkan segala sesuatu yang ia telah miliki sebelumnya untuk dapat mengiring Tuhan (Flp. 3:13-14), bahkan segala sesuatu yang lain itu dianggap seperti sampah yang tidak berguna dan tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan ia dapatkan nanti (Flp 3:8). 

Saat ini, apakah ada di antara kita yang sedang Tuhan panggil untuk melakukan segala sesuatu? Jenis orang yang bagaimanakah kita ini di hadapan Tuhan? Apakah kita akan menolak dengan berbagai alasan yang sebenarnya tidak logis? Atau kita masih akan melihat ke belakang? Atau kita akan menjawab “Ya Tuhan”? Semua ada pada kita. Sejujurnya saya sangat yakin kita semua sudah tahu jawabannya, hanya kadang-kadang kita belum berani untuk melangkah karena masih banyak pertimbangan. Tetapi, saya berharap, ketika Tuhan memperdengarkan suaraNya untuk memanggil kita, jangan kita mengeraskan hati kita (Ibr 3:15). Katakan “Ya” kepada Tuhan ketika Ia memanggil kita. Sudah siapkah kita mengikut Tuhan?


Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimanakah caranya agar kita bisa mengikut Yesus dengan tulus?

Pertama, janganlah lagi terlalu memikirkan kesenangan dunia (ay. 57-58 ). Dalam ayat 57   “Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, kemana saja Engkau pergi “ ini perkataan seseorang  kepada Yesus,itu merupakan komitmen yang baik,akan tetapi Yesus telah mengetahui isi hatinya karena Ia mau mengikuti Yesus karena Ia berpikir mengikuti Yesus merupakan suatu keuntungan besar. Karena bersama Yesus segala kebutuhan jasmani mereka terpenuhi karena mereka sudah melihat sendiri Yesus banyak melakukan banyak mujizat. Oleh sebab itu Yesus merespons dengan menjawab , “SeriIgala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya”. Dalam hal ini Ia mau memberi tahu bahwa mengikuti Yesus bukan karena kita akan memeliki kenyamanan secara jasmani karena Ia tidak dapat dimanipulasi oleh siapapun. Tempat untuk meletakan kepalapun  tidak ada bukan berarti Yesus tidak memiliki tempat tinggal. Ini sangat jelas pada kisah sebelumnya tentang penolakan dirinya di Samaria. Dalam hal ini Yesus mau memberi tahu bahwa mengikuti Dia tidak menjanjikan akan memiliki kesenangan dunia. Karena kata tempat meletakan kepala itu berarti rumah dan rumah adalah tempat yang paling nyaman.

Marilah kita menjadi pengikut Yesus yang bukan hanya agar kita bisa menikmati kesenangan dunia. Luruskan motivasi kita dalam mengikuti Yesus. Jangan kita mau mengikuti Yesus hanya karena ingin diberkati atau hanya ingin menikmati mujizat-mujizat yang besar saja.

Kedua, kita harus lebih memetingkan Tuhan (ay. 59-60). Dalam hal ini Yesuslah yang berinisiatif untuk mengajak seseorang mengikuti Dia, akan tetapi orang tersebut berkata, "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku" (ay. 59). Ungkapan tersebut bukan berarti bahwa bapanya baru meninggal dan ia mau pergi menguburkan bapanya melainkan dalam tradisi Yahudi seorang anak berkewajiban merawat bapanya sampai meninggal dan ia harus menguburkan mayat bapanya. Itu berarti orang tersebut mau mengikuti Yesus tetapi dia harus pulang merawat bapanya sampai meninggal barulah ia mengikuti Yesus. Merespons ini Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana"(ay. 60). Ungkapan tersebut bukan berarti orang mati menguburkan orang mati akan tetapi orang yang mati secara rohani menguburkan orang yang mati secara jasmani. Juga bukan berarti Yesus mengajarkan untuk tidak patuh terhadap orang tua, melainkan kalau mau mengikuti Yesus haruslah lebih memetingkan Dia dalam hal memberitakan kabar Kerajaan Allah. Kita harus memilih yang lebih utama yakni TUHAN, karena kita tidak mungkin melakukan keduanya secara bersamaan.

Ketiga, jangan menoleh kebelakang (ay. 61-62). Seorang petani yang mau membajak harus senantiasa melihat kedepan kalau ia ingin membajak mengikuti alur yang lurus. Dalam hal ini bukan berarti Yesus tidak mengijinkan orang tersebut pamitan terhadap keluarganya tetapi ia mau mengajarkan bahwa kalau mengikuti Yesus tidak harus menoleh ke belakang. Artinya, kehidupan yang lama haruslah di tinggalkan.

Pada saat kita sudah berkomitmen mengikuti Yesus maka kita tidak lagi melihat ke belakang seperti: kegagalan-kegagalan kita atau kesuksesan kita. Kita jangan lagi membanding-bandingkan hidup masa lalu dengan masa sekarang. Kita mungkin sering mengatakan seperti ini “Dulu sebelum saya mengikuti Yesus hidup saya enak-enak saja, tetapi kenapa sekarang banyak masalah”. Ingat bangsa Israel yang keluar dari Mesir dan harus hidup di padang gurun sehingga mereka mengatakan bahwa hidup di Mesirlah lebih enak. Seenak apapun itu, mereka tetap menjadi budak dari orang Mesir. Begitu juga dengan kita mungkin kita berkata hidupku yang dulu lebih enak, tapi ingat kita masih menjadi hamba dosa.

Sudah siapkah kita menjadi pengikut Kristus? Yesus telah mengajarkan kita dalam perikope ini tentang hal-hal mengikuti Dia. Sekarang kita akan memilih apakah kita mau ikut Yesus atau tidak. Kalau kita mau menjadi pengikut Kristus kita haruslah melihat ketiga hal di atas. (rsnh)


Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...