Rabu, 26 Desember 2018

Renungan hari ini: BEROLEH HIDUP YANG KEKAL

Renungan hari ini: 

BEROLEH HIDUP YANG KEKAL



Yohanes 6:40 (TB) "Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman" 

John 6:40 (NET) "For this is the will of my Father – for everyone who looks on the Son and believes in him to have eternal life, and I will raise him up at the last day” 

Hidup yang kekal adalah kehidupan yang terpanjang dari setiap manusia. Hidup manusia di dunia ini terbatas adanya, hanya 120 tahun saja (Kej. 6:3). Itupun manusia tak sanggup meraihnya. Itulah sebabnya pemazmur mengatakan manusia mampu bertahan hidup antara 70-80 tahun. Istilah hidup yang kekal ini muncul 13 kali di Injil Yohanes dan enam kali lagi di Surat Pertama Yohanes. Istilah tersebut hanya muncul satu kali di Perjanjian Lama (Dan. 12:2). Kehidupan yang kekal ini merupakan tujuan akhir dari setiap orang yang percaya. Penembaraan kita di dunia ini hanyalah untuk berjuang meraih kehidupan yang kekal ini.

Menurut Yohanes, ada beberapa alasan mengapa Yesus memberikan kehidupan kekal bagi kita, yakni: 

Pertama,karena kita belum memilikinya. Tidak ada sesuatu pun yang dimiliki oleh manusia yang bersifat kekal—tidak juga jiwa (atau roh) yang melayang kembali ke kekekalan. Kita ti- dak secara alami memiliki kehidupan kekal; itu adalah sesuatu yang datang dari atas. 

Kedua,kehidupan kekal diberikan hanya kepada orang yang percaya di dalam atau kepada Yesus Kristus. Kehidupan kekal hanyalah untuk orang percaya. “Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal” (Yoh. 6:47). “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup” (Yoh. 3:36).

Ketika Yesus berbicara tentang memiliki kehidupan kekal, Ia menggunakan bentuk kalimat kekinian (present tense), yang menunjukkan bahwa kehidupan kekal adalah sesuatu yang dimiliki orang Kristen di sini dan kini. Namun demikian, kita mungkin terkejut apabila belajar tentang orang-orang yang memiliki kehi- dupan kekal—sekarang, pada saat ini juga. Karena meskipun memiliki kehidupan kekal saat ini, kita akan tetap mati! “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yoh. 6:40). Meskipun orang-orang percaya itu mati, mereka tidak musnah. Mereka akan bangkit pada saat kebangkitan karena Yesus adalah “kebangkitan dan hidup; ba- rangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh. 11:25). 

Dari pernyataan Yesus ini kita dapat berkesimpulan adanya sebuah perbedaan antara keabadian dengan kehidupan kekal. Keabadian dalam Alkitab memiliki makna kuantitatif dan merujuk pada keberadaan yang tak pernah berakhir, sementara kehidupan kekal memiliki makna kualitatif. Ia menjadi kekal karena diberikan oleh Allah yang kekal. Sebagai akibat dari kehidupan kekal yang Yesus berikan kepada orang percaya ini, “mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Yoh. 10:28).  Kematian hanyalah keadaan sementara bagi orang-orang percaya; itu tidak meniadakan karunia kehidupan kekal. Karena itu, selama di dunia ini berjuanglah meraih kehidupan yang kekal itu. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...