Minggu, 06 Oktober 2019
“HIDUP UNTUK MELAYANI TUHAN”
Kotbah: Kisah 20:21-31 Bacaan: Pengkotbah 3:1-14
Minggu ini kita memasuki Minggu Keenambelas setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Hidup untuk Melayani TUHAN”. Berbicara soal melayani TUHAN, kita menemukan ada dua macam pelayan Tuhan: yang pertama, hidup untuk melayani; dan yang kedua, melayani untuk hidup. Apakah perbedaan dari kedua jenis pelayanan ini dalam kehidupan kita sehari-hari?
Tipe pelayan yang pertama, hidup untuk melayani TUHAN adalah hamba Tuhan yang mengerti hati Tuhan dan melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Visi dan misi Tuhan mengendalikan pelayanannya. Beban dari Tuhan adalah nafas hidup pelayanannya. Contohnya: Nabi Yeremia. Nabi Yeremia adalah hamba Tuhan yang hatinya digerakkan oleh firman Allah, ketika ia berpikir tidak mau melayani Dia lagi (Yer. 20:9). Pelayanan nabi Yeremia berasal dari dalam keluar dan tetap setia pada panggilan dan beban Tuhan, meskipun ia menghadapi berbagai tantangan dan ujian yang berat dari masyarakat pada zamannya.
Pelayan Tuhan yang hidup untuk melayani TUHAN tidak akan memperhitungkan untung rugi dengan Tuhan, karena pelayan digerakkan oleh kekuasaan Roh. Mereka mengerti hati Tuhan dan melayani sesuai dengan panggilan dan karunia Allah. Mereka berusaha untuk menyukakan hati Allah, bukan hati manusia, karena mereka adalah hamba Tuhan, bukan hamba gereja atau kuli gereja. Disamping itu, pelayanan mereka adalah aktualisasi karunia Roh dimana karunia Roh dimaksimalkan dalam berbagai pelayanan.
Tipe pelayan yang kedua, melayani untuk hidup, menyandang nama sebagai hamba Tuhan, padahal mereka adalah pelayan yang professional dimana pelayanan ditentukan oleh ketrampilan dan kehandalan persuasif untuk meyakinkan orang lain atau gereja. Dalam hati mereka tidak ada visi Tuhan dan beban dari Tuhan. Mereka juga memandang pelayanan rohani sebagai salah satu pekerjaan yang lain. Hidup dan pelayanan sulit sekali dibedakan oleh mereka. Sebab mereka telah mengidentifikasikan diri dengan pelayanan.
Ciri khas tipe pelayan ini adalah sebagai berikut: suka menyenangkan hati manusia, takut kehilangan pekerjaan, melakukan segala sesuatu untuk mempertahankan pelayanan, melakukan aktifitas rohani tanpa beban, selalu hitung untung rugi pelayanan, dan mengandalkan jasa diri. Jika gereja dilayani oleh orang yang melayani untuk hidup, maka gereja tidak akan berkembang dengan baik sebab mereka tidak mengerti apa artinya pelayanan rohani dan pergumulan rohani.
Tipe pelayan yang kedua ini, pada awal pelayanannya mungkin dengan hati nurani yang murni memberikan dirinya untuk melayani Tuhan tanpa pamrih karena panggilan Tuhan yang jelas. Tetapi dalam proses waktu, karena tuntutan kebutuhan hidup dan gaya hidup yang berlebih, mereka secara tidak sadar ataupun sadar telah mengalami kemerosotan rohani yang serius, sehingga mereka tidak lagi memiliki kepekaan rohani, visi Tuhan, beban Injil, kejelasan karunia Roh dan penyegaran panggilan Tuhan; sehingga pelayanan rohani dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang lain. Karena pengaruh hal-hal duniawi, hati tidak peka mengenali diri sendiri, sehingga hati tergelincir dan menjadi suatu pola hidup; yaitu, melayani untuk hidup.
Teks kotbah dalam Minggu ini mengajak kita merenungkan peristiwa penting yang menampilkan sisi lain dari pelayanan Paulus yang digambarkan dengan jelas sebagai seorang yang memiliki hati seorang gembala. Dua hal yang kita perhatikan berkaitan dengan totalitas hati Paulus dalam melayani: (1) prinsip dan panggilannya yang jernih, dan (2) bukti totalitasnya.
Pertama, prinsip dan panggilan Paulus jernih (ay. 17-21). Panggilan pelayanan Paulus senantiasa melandasi, menjiwai seluruh pelayanannya (bd. Kis. 26:19), sedemikian rupa sehingga Paulus dengan tegas menyatakan bahwa sejak hari pertama tiba di Efesus, ia melayani Tuhan, dengan segala kerendahan hati. Ia memperlakukan jemaat Tuhan bukan sebagai obyek pelayanan saja, tetapi sebagai jemaat milik Tuhan.
Seberapa jernih panggilan pelayanan kita akan menentukan seberapa sungguh dan totalnya kita melayani. Ini berlaku bukan saja dalam pelayanan gerejawi, tetapi juga dalam keluarga masing-masing; dalam melakukan berdagang, berbisnis; dan dalam pekerjaan apapun juga yang kita lakukan.
Seberapa jernih panggilan pelayanan kita akan menentukan seberapa sungguh dan totalnya kita melayani. Ini berlaku bukan saja dalam pelayanan gerejawi, tetapi juga dalam keluarga masing-masing; dalam melakukan berdagang, berbisnis; dan dalam pekerjaan apapun juga yang kita lakukan.
Kedua, bukti totalitas pelayanan Paulus (ay. 22,23). Kepekaan dan ketaatan pada tuntunan Tuhan Paulus tahu kapan waktunya untuk memulai sesuatu dan kapan waktunya Tuhan mengarahkannya kepada pelayanan yang berikutnya. Itu bukti jelas bahwa hatinya sepenuhnya untuk Tuhan dan kehendak-Nya. Sebagai tawanan Roh, Paulus mengikuti kemana Roh menuntunnya. Hatinya 100% untuk Tuhan dan kehendak-Nya.
Dalam perpisahannya dengan para penatua Efesus di Miletus (Kis 20:28-32), Paulus menunjukkan bahwa ia telah melakukan yang terbaik, baik dalam memberikan teladan hidup maupun memberitakan kebenaran Yesus Kristus (20:18-27, 33-35). Mereka pasti merasa sangat kehilangan dengan kepergian Paulus (20:36-38). Walaupun demikian, sentimentalisme tidak boleh berlarut-larut. Ada tugas di depan yang sudah menunggu. Paulus tidak lupa memberitahu mereka apa yang harus dilakukan oleh para penatua (ay. 28a), mengapa mereka harus melakukan hal tersebut (ay. 28b-30), bagaimana mereka seharusnya melakukannya (ay. 31), dan kepada siapa mereka bersandar (ay. 32).
Jemaat Efesus adalah jemaat yang sangat beruntung karena tiga tahun lamanya Paulus tinggal disana (ay. 31). Sekarang sudah tiba waktunya bagi Paulus untuk meninggalkan kota Efesus menuju Yerusalem untuk menghadiri Pentakosta. Tentunya, ini adalah perpisahan yang sangat mengharukan antara sang Rasul dengan jemaat Efesus yang diwakili oleh para penatua Jemaat (ay. 17). Perpisahan ini terasa begitu mengharukan, selain karena hubungan yang sangat erat terjalin selama bertahun-tahun, juga dikarenakan sang Rasul mengatakan bahwa mereka tidak akan melihat muka Paulus lagi (ay. 38). Betapa mengharukan dan kejadian itu dan dukacita Ilahi memenuhi mereka. Rindukah kita mengalami relasi yang sedemikian mendalam dengan jemaat yang kita layani?
Ada beberapa hal yang menjadi kunci dari pelayanan Rasul Paulus yang perlu kita teladani saat ini, yakni:
Pertama, pelayanan yang berorientasi jiwa atau Man Oriented (ay. 18-21, 26, 27). Hal pertama yang menjadi rahasia pelayanan dari sang rasul adalah pelayanan yang berorientasi dan mencintai setiap jiwa yang dipercayakan Allah. Terkait dengan hal ini Paulus mengatakan, “Kamu tahu bagaimana aku hidup di antara kamu sejak aku pertama tiba di Asia ini” (ay. 18b). Pernyataan tersebut baru bisa benar apabila orang yang melayani bergaul akrab dengan orang yang dilayani. Keterbukaan model seperti ini hanya bisa terjadi bila orang yang melayani mempunyai orientasi kepada jiwa(man oriented), bukan sekedar berorientasi menjalankan program (program oriented), yang penting programnya berjalan, beres.
Orientasi kepada jiwa bisa dilakukan bila kita melayani jemaat Allah dengan segala kerendahan hati (ay. 19a). Paulus orang yang luar biasa terpandang dari segi martabat dan dari segi intelektual, tapi ia melupakan semua itu demi orang yang dilayaninya. Bahkan, demi orang-orang yang dilayani ini, Paulus rela bekerja dengan tiada henti menasihati mereka. Dan, seringkali dalam menghadapi mereka, tanpa terasa air matanya berjatuhan (ay. 31). Air mata sang rasul adalah tanda dari ungkapan hati yang terdalam akan jemaat (meskipun bukan satu-satunya tanda). Air mata tersebut kadang adalah air mata sukacita karena melihat jemaat yang bertobat. Kadangkala juga merupakan air mata kesedihan melihat jemaat yang hidupnya tetap cemar walaupun mengaku jemaat Allah. Entah jenis air mata apalagi yang tercurah dari dalam hati sang rasul, tapi yang pasti air mata tersebut menandakan cintanya yang besar akan orang-orang yang sedang dilayaninya. Tidak hanya sekedar memberitakan injil dengan sepenuh hati, sang rasul juga mengabaikan haknya untuk dipelihara oleh jemaat. Ia rela bekerja keras demi tidak memberatkan jemaat yang dilayani tersebut (ay. 34). Betapa mengharukan kecintaan sang rasul kepada jemaat tersebut, walaupun nyawanya terancam oleh orang-orang yang mau mengusir bahkan mau membunuh dirinya (ay. 19b).
Kedua, pelayanan yang berpusat pada Allah atau God Centered (ay. 22-25). Betapa pun kita mencintai suatu jemaat atau pelayanan yang telah Tuhan percayakan, bagian kita tetaplah pelayan. Arti sederhana dari pelayan adalah siap ketika sang tuan memberi perintah dan melakukan tugas yang baru. Bahkan walaupun demi melakukan tugas tersebut, kenyamanan atau pun jiwa kita dipertaruhkan. Inilah rahasia kedua dari pelayanan sang Rasul. Hidupnya adalah untuk menuruti kehendak Allah dan nyawanya tidak dihiraukan sedikit pun demi menyenangkan sang Tuan, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” itulah ucapan yang pernah sang rasul keluarkan dalam suratnya kepada jemaat Filipi. Inilah juga teladan yang telah dengan sempurna diperagakan oleh sang Allah sendiri dalam rupa Yesus Kristus “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34).
Walaupun Paulus sangat mencintai jemaat Efesus, ada waktunya ia harus siap melakukan tugas baru yang dipercayakan Allah kepadanya. Setelah tiga tahun melayani di Efesus, selesailah tugasnya (ay. 25) dan tibalah saatnya Allah mengutus Paulus kepada pelayanan di tempat lain. Inilah tugas baru yang diberikan Allah kepada sang rasul. Bagi Paulus, arti hidupnya adalah melakukan kehendak Allah sehingga keinginannya adalah menyenangkan Allah. Walaupun ia punya kehendak bebas, ia mengatakan dirinya adalah “tawanan Roh” (ay. 22). Dengan step-by-step, Paulus berusaha taat kepada Allah, dia hanya tahu bahwa penjara dan sengsara menunggunya (ay. 23). Apakah Paulus manusia super? Otot kawat, tulang besi? Tidak! Dia manusia biasa, tetapi yang berbeda dengan kita adalah ketaatan Paulus kepada Allah dan keyakinannya akan penyertaan Allah dalam kehidupan-Nya mau pun kematiannya (ay. 24). Luar biasa!
Ketiga, kesadaran bahwa pelayanan adalah milik Allah atau God’s Ministry (ay. 28-32). Paulus sangat menyadari bahwa setelah ia pergi akan muncul serigala-serigala ganas yang akan mengacaukan jemaat, yaitu pengajar-pengajar palsu yang akan menarik orang dari ajaran yang benar (ay. 29, 30). Lalu mengapa Paulus tetap memutuskan untuk pergi? Selain poin 2 diatas, Paulus juga menyadari bahwa pelayanan adalah milik Allah. Allah yang akan memelihara jemaat-Nya. Allah yang akan terus memanggil generasi-generasi baru untuk melayani dia. Bahkan untuk kota Efesus, Allah telah memanggil dan meneguhkan para penatua menjadi gembala yang baru untuk pelayanan di Efesus (ay. 28). Allah melalui Roh Kudus menetapkan penilik untuk menjaga kawanan domba-Nya. Luar biasa, ketika Allah memberi tugas pelayanan baru kepada Paulus, Allah tidak melalaikan jemaat-Nya. Ia menyediakan gembala-gembala baru untuk jemaat-Nya. Allah lah pemilik pelayanan, Allah lah yang lebih mencintai jemaat-Nya dibandingkan dengan siapa pun. Nilai jemaat di mata Allah adalah luar biasa berharga. Nilai jemaat adalah nilai darah Kristus, karena jemaat diperoleh dengan mencurahkan darah Kristus (ay. 28). Bagian kita adalah mengerjakan pelayanan Allah sebaik-baiknya bila dipercayakan suatu jemaat, menjaga mereka dari serigala-serigala jahat, dan memberi mereka Firman agar terus bertumbuh (ay. 31). Tugas mulia yang dahulu dipercayakan kepada Paulus, pada saatnya akan diregenerasikan kepada orang lain yang telah Allah panggil. Pada akhirnya kita harus menyadari bahwa pelayanan bukanlah milik kita, Allah lah sang pemilik pelayanan (ay. 32). Sudahkah kita sadar bahwa kita tidak akan selamanya melayani suatu jemaat? Sudahkah kita mengerjakan dengan baik bagian kita selama masih dipercayakan? Sudahkah kita mempersiapkan pengganti-pengganti bagi pelayanan kedepan.
Biarlah melalui teladan rasul Paulus, kita bisa berkaca dan memperbaiki hidup kita dalam mengerjakan pelayanan yang sedang Tuhan percayakan. Semoga hidup kita makin menjadi pelayan Tuhan yang sejati: Seorang pelayan yang berorientasi jiwa (Man Oriented); Pelayan yang berpusat pada Allah (God Centered); dan Pelayan yang memiliki kesadaran bahwa pelayanan adalah milik Allah (God’s Ministry). Karena itu teruslah hidup untuk melayani TUHAN hingga akhir hidup kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN