Renungan hari ini:
“KESUKAAN SAAT MENANTI PENGHAKIMAN TUHAN”
Yesaya 26:8 (TB) "Ya TUHAN, kami juga menanti-nantikan saatnya Engkau menjalankan penghakiman; kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau"
Isaiah 26:8 (NET) "Yes, as your judgments unfold, O Lord, we wait for you. We desire your fame and reputation to grow”
Mengisi masa penantian atau menunggu adalah sesuatu yang menarik. Ada orang menanti dengan membaca buku, menanti dengan mendengarkan musik, menanti dengan makan-minum, menanti dengan jalan-jalan, dan lain sebagainya. Menarik dari nas hari ini kita belajar sesuatu ketika menanti pada masa penghakiman. Yesaya memberikan suatu kegiatan yang perlu kita lakukan pada masa penantian TUHAN akan menjalankan penghakiman-Nya.
Ada dua kegiatan yang disarankan Yesaya dalam mengisi masa penantian penghakiman TUHAN ini, yakni:
Pertama, kita menyebut nama TUHAN. Dalam tradisi Yudaisme seseorang dilarang menyebut nama Tuhan sehingga setiap membaca tulisan Ibrani YHWH diucapkan Adonai (Tuan) atau Ha Shem (Sang Nama). Yudaisme memiliki tradisi penyucian nama Tuhan (Kiddush Ha Shem) sehingga menghindari penyebutan nama-Nya di muka publik karena dianggap menodai kesucian nama-Nya (Khilul Ha Shem). Larangan mengucapkan nama TUHAN ini dicatat dalam Keluaran 20:7 yang berbunyi, “Lo tissa et shem YHWH Eloheika lashaw” yang artinya “Jangan menyebut nama YHWH Tuhanmu dengan sembarangan”. Apakah perintah tersebut melarang kita untuk mengucapkan nama Yahweh secara audible atau terdengar oleh telinga?
Ayat di atas dimaknai oleh orang-orang Yahudi setelah mereka pulang dari pembuangan Babilonia sehingga para rabi mereka memutuskan untuk tidak menyebut nama Yahweh ketika membaca Kitab Suci atau berkotbah namun menggantikannya dengan sapaan penghormatan Adonai (Tuan) dan Ha Shem (Nama Itu). Sumber larangan berasal dari Talmud yang mengatakan, “…di tempat suci, seseorang mengucapkan Sang Nama sebagaimana tertulis, namun di luar tempat itu, harus dengan bentuk euphemisme”(Misnah Sotah 7:6; Berakhot Sotah 38b; Misnah Tamid 7:2).
Terlepas dari interpretasi rabi-rabi dalam Yudaisme, jika kita perhatikan dengan seksama larangan “Lo tissa et shem YHWH Eloheika lashaw” adalah agar kita jangan sembarangan mempergunakan nama YHWH seperti bersumpah palsu demi namanya sebagaimana dikatakan dalam Keluaran 19:12 “Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Tuhanmu; Akulah YHWH”.
Bertentangan dengan teks Keluaran 20:7 tadi kita juga diajar untuk menyebut nama-Nya dan memanggil nama-Nya sebagaimana dikatakan dalam 1 Tawarik 16:8, “Bersyukurlah kepada YHWH, panggillah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa!”. Bahkan dikatakan, “...kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau” (Yes. 26:8). Demikian pula Daud memberikan teladan, “Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah” (Mzm. 22:22). Jika nama-Nya berkuasa, mengapa kita tidak memanggil dengan nama-Nya?
Kedua, kita mengingat nama TUHAN. Mengingat nama Tuhan, berarti mengingat perbuatan-perbuatan besar yang telah Tuhan lakukan di sepanjang perjalanan bangsa Isrsel. Leluhur Israel telah menyaksikan sendiri bagaimana Tuhan membebaskan mereka dari Mesir, perjalanan padang gurun, hingga memasuki tanah Kanaan dan memberkati Israel dari abad ke abad. Tuhan itu baik dan penuh kuasa. Maka dengan mengingat Tuhan mereka diteguhkan kembali akan kuasa dan penyertaan Tuhan. Mengingat perbuatan Tuhan yang besar Israel membuat kredo sebagaimana tertulis dalam Ulangan 6:20-25.
Jika kita memiliki kesukaan menyebut nama Tuhan dan mengingat-Nya maka hal itu akan membawa dampak yang besar bagi hidup orang percaya, yakni:
· Berbahagia dalam penyertaan Tuhan ( Mzm. 1:1-3)
· Damai sejahtera dalam kehidupannya
· Pertolongan Tuhan dalam hidupnya.
· Mengerti maksud dan rencana Tuhan dalam hidupnya.
Tentu tidak mudah untuk melakukannya, terlebih pada jaman yang sudah semakin canggih seperti ini. Anak-anak bahkan orang dewasa lebih suka main game dari pada beribadah, lebih suka main media sosial daripada berdoa, lebih suka baca WA ketimbang baca Alkitab. Tetapi ada pepatah mengatakan “Ala bisa karena terbiasa”, kita pun bisa jika mencoba untuk membiasakan hal tersebut kepada diri sendiri, dan juga anggota keluarga yang lain. Kapan waktunya? Setiap saat tanpa kenal lelah. Karena itu, isilah masa penantian penghakiman ini dengan baik melalui menyebut nama-Nya dan mengingat nama-Nya setiap hari. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN