Renungan hari ini:
KE DALAM TANGANMU KUSERAHKAN NYAWAKU
Mazmur 31:6 (TB) "Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia"
Psalms 31:5 (NET) "Into your hand I entrust my life; you will rescue me, O Lord, the faithful God”
Perkataan ini merupakan cuplikan dari perkataan Yesus di kayu salib sebelum mati. Pernyataan Yesus ini merupakan bagian dari perkataan pemazmur. Jika kita membaca Kitab Suci dalam bahasa asli Ibrani, memiliki nilai dan rasa tersendiri yang tidak dapat terwakili jikalau kita membaca terjemahannya saja (walaupun itu dalam bahasa Inggris). Sangat menarik sekali pada kata "Aku menyerahkan/ I Commit", karena kata ini tidak bermakna "Aku menyerahkan lalu sudah", tetapi bermakna "Aku menitipkan" atau "Aku menyerahkan dan nanti aku klaim kembali," seperti kita "menyerahkan uang kepada Bank untuk disimpan dan suatu saat kita dapat menariknya kembali”
Kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai "I commit" adalah אַפְקִיד - AF'QID, suatu bentukan kata dari verba dasar פָּקַד - PAKAD,yang artinya menyimpan, mengingat, mengindahkan.
Dan אַפְקִיד - AF'QID, I commit dalam makna bahasa Ibrani-nya memiliki makna yang jauh lebih dekat dengan "I deposit/Aku akan menyetor/Aku akan menitipkan" - yang tentu menandakan adanya sesuatu yang akan diterima kembali dari apa yang sudah "dititipkan" itu. Gambaran dari istilah Ibrani אַפְקִיד - AF'QID ini seperti kita sedang menabung/menyetor/menitipkan uang ke bank, dengan tujuan yang pasti untuk mendapatkannya kembali.
Terjemahan bahasa Inggris "I commit" juga dapat digunakan untuk menggambarkan memberikan sesuatu dengan tujuan mengklaim-nya kembali di masa yang akan datang. Inilah maksud "aku akan menyerahkan/menyetorkan/ menitipkan. I commit yang dilakukan dengan maksud yang pasti akan menerimanya kembali.
Yesus melakukan inisatif secara sadar bahwa "Dia hendak menyerahkan sesuatu", apa yang hendak diserahkan-Nya? Yaitu "Nyawa-Nya." Jadi jika kita membaca Kitab Suci bahasa asli Ibrani (dan bukan terjemahannya), kita akan merasakan sesuatu penyampaian kisah yang begitu dalam, yang melibatkan feeling dari si pelaku. Seperti kita membaca naskah sekaligus visualnya. Dan bahkan dengan membaca naskah Ibrani-nya, kita ini tidak perlu membaca "buku tafsir", sebab "The Hebrew text interpreting itself". Itulah keunggulannya jika kita mempelajari bahasa Ibrani.
Maka, dapat dipahami mengapa Yesus Kristus mengutip Mazmur ini secara khusus pada perkataan-Nya yang terakhir di Kayu Salib. Yang stem-nya adalah ada tindakan yang secara sadar dan rela telah Dia lakukan. Bahwa Dia menyerahkan nyawa-Nya, dan olehnya Yesus dapat mati di Kayu Salib. Dan dengan makna פָּקַד - PAKAD, harf: menyimpan (menyerahkan dalam artian menitipkan/ mendepositokan) ini bersifat dapat kembali seperti semula. Dan dengan penggunaan kata Ibrani פָּקַד - PAKAD ini, nyawa Yesus dapat kembali lagi. Yang karenanya Yesus Kristus memang tidak selamanya mati.
Dan ini merupakan suatu deklarasi keimanan yang juga menjadi pijakan iman kita. Bahwa Yesus Kristus "mendepositokan" nyawa-Nya ke tangan Bapa Surgawi, dan Dia pasti akan mendapatkannya kembali pada kebangkitan-Nya dari antara orang mati pada hari yang ketiga.
Mazmur 31:6: “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku - Ke dalam tangan-Mulah aku akan menitipkan roh-ku" juga lazim menjadi penutup "doa malam sebelum tidur" bagi orang-orang Yahudi yang Saleh. Dan ketika mereka bangun pagi, dan mendapati diri mereka ada di dalam keadaan yang aman. Mereka mengucapkan "formula doa pagi" yang disebut מוֹדֶהאֲנִי - MODEH ANI, aku bersyukur/ aku berterima kasih, doa ini juga disebut dengan istilah "Thank God I'm Alive" (terimakasih Tuhan, saya masih hidup).
Doa pagi "Modeh Ani" adalah untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada Raja Surgawi untuk kembalinya "nyawa-nya" kepadanya. Pernyataan ini diungkapkan, sebab pada malam sebelum mereka tidur, mereka telah menyerahkan nyawanya kepada yang Maha Kuasa untuk disimpan (didepositokan) dengan aman. Dan mereka mendapatkannya kembali.
Doa-doa di atas adalah contoh formula doa yang baik, dapat kita gunakan, dapat kita ajarkan kepada anak-anak Anda. Hendaknya kita selalu berserah kepada Allah kita yang memberi kita hidup, dan menyerahkan segala sesuatu yang kita punya kepada-Nya. Karena itu, marilah kita menyerahkan nyawa kita kepada TUHAN agar Dia yang menjaga dan memeliharanya. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN