Rabu, 25 Mei 2022

KOTBAH KENAIKAN TUHAN YESUS Kamis, 26 Mei 2022 “MENJADI SAKSI KRISTUS SAMPAI KE UJUNG BUMI” (Kisah 1:6-11)

 KOTBAH KENAIKAN TUHAN YESUS

Kamis, 26 Mei 2022

 

“MENJADI SAKSI KRISTUS SAMPAI KE UJUNG BUMI”

Kotbah: Kisah 1:6-11     Bacaan: Mazmur 68:8-19




 

Hari ini kita memperingati Hari Besar Umat Kristen yang Keempat, yakni: Hari Kenaikan Yesus ke Surga” (sebelumnya Natal, Jumat Agung, Paskah). Dalam perayaan ini tema yang akan kita renungkan adalah “Menjadi Saksi Kristus sampai ke Ujung Bumi”. “Menjadi saksi Yesus” ternyata menjadi bagian dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Kita semua sudah mengerti apa artinya “saksi”, yakni orang yang menceritakan apa yang dialaminya, yang terjadi dalam dirinya di lingkungan tempat ia berada. Saksi tidak mendengar dari orang lain. “Kata orang itu” atau “menurut orang ini” tidak ada di dalam kamusnya. 

 

Seorang saksi menyaksikan pengalaman langsung, yang dilihatnya secara pribadi. Menarik sekali apabila pengenalan kita akan Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat tidak berhenti sampai pada pengalaman pribadi saja, tetapi pengalaman itu terus disampaikan kepada orang lain. Pengalaman yang terus dibagikan agar mereka juga mengalami pengalaman dengan Tuhan dan Juru Selamat mereka secara pribadi. Pengalaman yang nyata, yang bukan hanya secara verbal, bukan wacana atau bahan diskusi semata! Banyak orang menyaksikan Kristus dalam bentuk verbal saja dan terpisah dari realitas hidup sehari-hari. Dunia “tidak membutuhkan kesaksian verbal!” yang hanya diucapkan tanpa ada realitas kehidupan manusia baru. Tidak heran bila kesaksian Kristen kadang-kadang malah dicemooh karena sangat kontradiktif antara apa yang dikatakan dan apa yang dijalaninya dalam kehidupan sehari-hari. Ada orang yang pandai berbicara tentang Tuhan Yesus, tetapi praktik hidup di tengah dunia kerjanya menjadi batu sandungan dalam masyarakat.

 

Bukan kesaksian yang demikian yang diperlukan oleh dunia ini, melainkan kesaksian kehidupan yang nyata sebagai anak-anak Tuhan di tengah dunia. Kesaksian hidup yang memiliki perbedaan yang jelas dengan dunia. Situasi dunia sangat mudah menghalalkan segala cara, yang penting mendapatkan keuntungan sekalipun hal itu merugikan orang lain. Tidak demikian dengan anak-anak Tuhan! Bagi orang dunia, hal itu biasa dilakukan, bahkan mereka tidak pernah merasa hal itu sebagai sesuatu yang salah. Namun, jelas berbeda dengan umat Kristen!

 

Untuk menjadi saksi Kristus, kita membutuhkan kuasa, hikmat dan keberanian yang berasal dari Roh Kudus. Kisah 1:8, merupakan janji Tuhan Yesus yang terakhir yang disampaikan menjelang kenaikan-Nya ke surga. Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah bukan hanya memerintahkan kita untuk menjadi saksi, tetapi Ia berjanji memperlengkapi kita dengan kuasa Roh Kudus (bnd. dengan Luk. 24:48-49). Roh Kudus yang berdiam di dalam diri setiap orang percaya akan memampukan orang percaya untuk menjadi saksi Kristus.

 

Saksi yang benar harus mengenal dan mengalami sendiri kebenaran yang hendak dia saksikan (1Yoh. 1:1). Sebagai orang percaya, kita yang telah mengenal Tuhan Yesus dan telah menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat harus memberi diri untuk dipimpin oleh Roh Kudus. Kita terpanggil untuk menyaksikan karya Kristus yang telah kita alami kepada orang lain. Kita terpanggil untuk menyaksikan bahwa di dalam Kristus terdapat pengharapan, pengampunan dosa, kehidupan yang diperbarui dan kehidupan yang kekal. Semuanya itu harus kita ceritakan kepada orang lain dari semua suku bangsa. 

 

Allah dapat dan berkenan memakai setiap orang percaya untuk menjadi saksi-Nya. Bersediakah kita menjadi saksi-Nya? Roh Kudus akan menolong kita dan memberi kuasa agar kita mampu untuk menjadi saksi.

 

Pernahkah kita diminta menjadi saksi? Bisa jadi saksi di ruang pengadilan, saksi perjanjian jual-beli, saksi pernikahan atau saksi-saksi yang lain? Ketika menjadi saksi, apa yang kita lakukan? Bila dalam hidup bersama ada banyak orang diminta menjadi saksi. Timbul pertanyaan kita, mengapa seorang saksi diperlukan? 

 

Setidaknya ada dua alasan seorang saksi diperlukan, yakni: 

 

Pertama, karena saksi dinilai memiliki pengetahuan tertentu dan dinilai penting dalam sebuah proses mencari kebenaran. Saksi semacam ini disebut dengan saksi ahli. 

 

Kedua, karena saksi adalah seseorang yang melihat, mengetahui suatu kejadian. Apa yang dilihat, diketahuinya itu menjadi bukti penting. Berdasar pengalaman yang dilihat dan diketahui itu, seorang saksi tidak bisa mengatakan “kata seseorang” atau “yang saya rasakan” saat menyatakan kesaksiannya. Bila saksi mengatakan “kata seseorang” maka kesaksiannya bukan berdasar apa yang dilihat dan diketahui oleh saksi itu. 

 

Ini penting, sebab setiap kita adalah saksi-saksi Tuhan Yesus. Tidak ada yang namanya orang Kristen biasa-biasa saja. Setiap kita adalah saksi Tuhan Yesus;

di Yerusalem artinya menjadi saksi di keluarga,

di Yudea artinya di antara Saudara-Saudara seiman,

di Samaria artinya diantara orang-orang bukan seiman, dan sampai

ke ujung bumi kita semua adalah saksi-saksi Tuhan Yesus.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah mengapa kita harus menjadi saksi Kristus? Ada beberapa alasan mengapa kita dipanggil menjadi saksi Kristus, yakni:

 

Pertama, untuk melanjutkan pekerjaan Yesus Kristus. Kita melanjutkan apa yang Yesus sudah mulai. Kekristenan ada untuk menjadi saksi. Tuhan mau memakai kita semua untuk menjadi saksi-Nya; manusia berdosa dan penuh kelemahan, yang dijamah oleh Yesus Kristus. Padahal Tuhan dalam kuasa-Nya bisa memakai apa saja kalau Dia mau.

 

Kedua, karena tugas menjadi saksi adalah hal yang sangat berharga yang kita bisa berikan pada seseorang atau pun kepada orang lain. Kita bisa memberikan harta benda, tapi itu semua tidak akan bisa dibawa ke kekekalan. Biar kiranya semakin kita mengenal Dia, kita semakin mengerti dan yakin akan pengorbanan Yesus Kristus di salib; dan kita punya beban dan kasih untuk mengabarkan kabar gembira ini.

 

Ketiga, karena menjadi saksi kita akan menyatakan karakter Tuhan. Kasih, kebaikan, anugerah, kemuliaan Tuhan dinyatakan melalui kesaksian kita. Kita bersaksi bukan hanya karena keharusan, tapi karena compassion, karakter Tuhan yang dinyatakan melalui kita.

 

Tuhan Yesus tidak hanya menyuruh murid-murid-Nya untuk menjadi saksi bagi-Nya, namun Ia memperlengkapi mereka supaya mereka bisa memberitakan Injil dan menjadi saksi-Nya yang handal.  Pertanyaan kita selanjutnya adalah dalam hal apa saja Yesus memperlengkapi murid-murid-Nya?

 

Pertama, dalam hal pengertian (ay. 6). Pertanyaan murid-murid dalam ayat 6 menunjukkan adanya banyak pengertian yang salah dalam diri mereka, yang lalu dibetulkan oleh Yesus. Secara implisit mereka menanyakan waktu pemulihan kerajaan Israel. Ini dijawab oleh Yesus dalam ayat 7: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya”. Lalau mereka ingin mendapatkan kerajaan tanpa perang. Ini terlihat dari pertanyaan mereka dalam ayat 6: “Tuhan maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”. Dari pertanyaan ini terlihat bahwa mereka mengira bahwa Yesus sendirilah yang akan memulihkan kerajaan bagi Israel, dan dengan demikian murid-murid tidak perlu berjuang / berperang untuk itu. Yesus menjawab pertanyaan ini dalam ayat 8 di mana Ia berkata bahwa mereka harus menjadi saksi / harus memberitakan Injil. Ini berarti mereka harus berperang (secara rohani)!

 

Dan tempat pertama yang harus mereka injili adalah Yerusalem, yang adalah tempat di mana Yesus baru saja disalibkan! Ini jelas menunjukkan kepada murid-murid bahwa dalam pemberitaan Injil/perang itu akan ada banyak kesukaran/penderitaan!  Mereka membayangkan suatu kerajaan duniawi (Ini memang merupakan konsep Yahudi). Yesus menjawab ini dengan ayat 8 di mana Ia mengatakan bahwa mereka harus menjadi saksi/memberitakan Injil. Kalau kerajaan itu dibangun dengan cara memberitakan Injil, maka jelas bahwa kerajaan itu bukan kerajaan duniawi tetapi kerajaan rohani.

 

Sebelum murid-murid pergi untuk memberitakan Injil, mereka diperlengkapi oleh Yesus dalam hal pengertian. Karena itu, kalau kita mau menjadi orang yang memberitakan Injil/Firman Tuhan, kita pun juga harus mau rajin dan tekun dalam belajar, supaya kita mempunyai pengertian yang memadai untuk pelayanan kita! Jangan menjadi orang yang mau melayani tetapi tidak mau belajar Firman Tuhan. Ketidakmengertian kita akan Firman Tuhan akan menyebabkan pelayanan kita menjadi salah. Amsal 19:2 berkata: “tanpa pengetahuan, kerajinan pun tidak baik”. 

 

Kedua, dalam hal kuasa pada saat memberitakan Injil (ay. 8). Ayat 8 ini mengajar mereka untuk tidak bersandar kepada diri sendiri pada waktu memberitakan Injil, karena ayat ini menjanjikan Roh Kudus yang akan memberikan kuasa kepada mereka pada waktu memberitakan Injil. Tetapi satu hal yang sangat berbeda antara murid-murid Yesus pada saat itu dengan kita, adalah bahwa mereka saat itu ada sebelum hari Pentakosta, dan kita hidup sesudah Pentakosta. Karena itu mereka harus menunggu, sampai Roh Kudus diberikan kepada mereka pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-dst). Tetapi kita yang hidup sesudah hari Pentakosta, langsung menerima Roh Kudus pada saat kita percaya. Ini terlihat dari Efesuss 1:13b yang berbunyi: “... di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.

 

Tapi, sekalipun kita yang percaya Yesus sudah menerima Roh Kudus sehingga tidak perlu menunggu Roh Kudus lagi, kita tetap harus bersandar kepada-Nya dalam memberitakan Injil. Kita harus menyadari bahwa pertobatan/keberhasilan dalam Pemberitaan Injil sepenuhnya tergantung kepada-Nya, bukan tergantung pada kepandaian/kemampuan kita.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dalam Hari Kenaikan Yesus ke Surga ini?

 

Pertama, kita harus ada hubungan pribadi dengan Kristus. Murid-murid mempunyai keyakinan yang kuat akan pengorbanan dan kebangkitan Kristus setelah penampakan Kristus. Dari hubungan pribadi dan kesaksian hidup kita, kita bisa mengabarkan tentang kasih Yesus Kristus.

 

Perubahan hidup kita, dirasakan oleh orang-orang sekitar kita; kita yang dulu malas lalu mejadi rajin, atau diperbudak oleh sesuatu dan bebas, dll. Memang ada orang-orang yang tidak ikut Tuhan yang bisa keluar dari itu, tapi ujungnya adalah mereka akan membanggakan kekuatan diri sendiri. Sebagai orang Kristen, kita harus mengembalikan semuanya itu kembali kepada Tuhan dan menjadi kesempatan untuk kita bisa bersaksi bahwa Tuhan memberikan kekuatan dan bekerja dalam kehidupan kita!

 

Kedua, kita harus bergantung pada Roh Kudus (ay. 8). Murid-murid bertanya dari segi waktu (kronos). Yesus menjawab dari segi kronos (kronologi waktu) dan kairos (masa), yang dimana kerajaan-Nya kekal selamanya, tidak perlu diketahui oleh para murid. Yang perlu dilakukan adalah menjadi saksi Kristus, dan Roh Kudus akan datang untuk menjamah dan menguatkan.

 

Kita harus bergantung penuh pada Roh Kudus, satu pribadi Allah yang tinggal dalam diri kita. Kita diberikan kuasa oleh Roh Kudus - meyakinkan dosa, menghibur kita, menguatkan kita. Roh Kudus menolong kita menjadi saksiNya sehingga kita kuat dan berani dalam bersaksi. Ketika kita bersaksi, bukan kekuatan kita, tapi Roh Kudus lah yang meyakinkan seseorang akan dosa.

 

Ketiga, kita harus bersedia menjadi saksi-Nya. Kita harus bersedia, mampu untuk menjadi saksi-Nya. Para murid-murid punya banyak alasan untuk tidak melakukan misi yang diberikan Yesus Kristus. Tentu akan ada pergumulan dan pengorbanan yang para murid (dan kita) akan tempuh, tapi kita harus fokus pada orang lain (tidak egois) dan punya kerinduan untuk orang-orang yang belum percaya. Dari egois, kita mau share the Gospel pada orang lain. Orang egois tidak akan mau share kabar gembira karena bisa banyak tantangan dan penderitaan (ditolak, dll). Yesus memilih orang-orang yang sederhana untuk menjadi murid-murid-Nya (seorang nelayan, dll). Tapi mereka bersedia, mau belajar, mau berkorban untuk Tuhan. Karena itu, jadilah saksi yang baik dan benar agar banyak orang mengikuti dan memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. (rsnh)

 

Selamat merayakan Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke surga!  

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...