Selasa, 26 Desember 2018
Kotbah: Yesaya 60:1-5 Bacaan: Yohanes 1:9-14
Hari ini kita merayakan Natal Kedua. Pada perayaan Natal Hari Kedua ini akan membahas tema “Bangkit dan Menjadi Teranglah”. Kita tidak dapat hidup tanpa terang. Penelitian telah membuktikannya. Ketika kita tinggal dalam kegelapan, kita akan merasa gelisah, lalu mulai emosional dan kehilangan kendali diri. Jika keadaan ini terus dibiarkan, kita dapat menjadi paranoid dan mengalami halusinasi. Bahkan, di titik yang paling ekstrem, kehilangan keinginan untuk hidup. Ketiadaan cahaya dalam rentang waktu yang panjang, dapat menjadi penyebab hilangnya pengharapan. Begitulah keadaan bangsa Israel kala itu. Mereka hidup dalam ketiadaan cahaya yang mengarahkan hidup mereka.
Itulah sebabnya urgensi kedatangan “Terang” disebutkan dalam ayat 2. “Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa…” Kegelapan dan kekelaman yang dimaksud tentu dosa dan dampak dari dosa itu sendiri dan kegelapan hanya dapat ditaklukkan oleh terang dan terang itu telah datang ke tengah-tengah Israel, yakni dengan kedatangan pertama kali Kristus sebab Dialah Terang yang akan terbit atas bangsa Yahudi dan dalam Yohanes 8:12 disebutkan bahwa Yesus adalah Terang dunia, terang yang memberi kehidupan. Dengan demikian bangsa Israel akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Disebutkan dalam ayat 3 dan 4, bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu”. Tidak hanya itu dalam ayat 4-6 disebutkan bahwa bangsa-bangsa, baik anak laki-laki dan perempuan semua akan berhimpun kepada bangsa Israel demikian juga kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepada mereka. Maksudnya adalah baik bangsa Israel yang berserakan juga bangsa-bangsa lain yang bertobat diceritakan sedang datang berhimpun ke kerajaan itu dan mempersembahkan semua milik dan talenta mereka sebagai korban syukur bagi Tuhan. Ini akan membuat mereka (bangsa Tuhan) heran, tercengang sekaligus berbesar hati (ayat 5) sebagai umat Tuhan, walaupun mereka pernah menjadi bangsa yang ditaklukkan dan di buang sebagai tawanan ke Babel, walaupun jumlah mereka tidak banyak ketika mereka kembali ke Yerusalem tetapi mereka akan menjadi bangsa yang luar biasa karena terang yakni kemulian Tuhan akan terbit di atas mereka dan hal itu telah digenapi dengan kedatangan Mesias yakni Yesus Kristus sebagai Terang Dunia.
Kesulitan hidup memang kerap membuat sekeliling kita terasa gelap. Kegagalan demi kegagalan yang kita alami seakan menyerpihkan setiap harapan yang tersisa. Meski demikian, Tuhan tidak pernah menghendaki kita untuk terus diam dalam kegelapan. Saat Tuhan mengangkat kita menjadi anak-Nya, Dia bukan hanya memberikan terang-Nya untuk tinggal di dalam kita, tetapi Dia juga memberikan sebuah identitas baru. Dia melabeli kita sebagai terang dunia. Siapa pun kita, terlepas dari segala kesalahan dan kegagalan di masa lalu, kita telah diberikan kapasitas untuk bersinar. Agar kita dapat menerangi kegelapan dalam hidup banyak orang. Agar mereka memperoleh pengharapan dalam terang Allah yang terpancar melalui kita. Maka dari itu, bangkitlah dari keterpurukan. Terobosan besar telah Tuhan sediakan. Dia akan kerjakan pemulihan, kemenangan dan menyediakan berkat yang membawakan sukacita sejati bagi hidup kita. Dia, Tuhan, akan melaksanakannya dengan segera. Tepat pada waktu-Nya yang sempurna.
Pertanyaan kita sekarang adalah seperti apakah yang disebut dengan bangkit dan menjadi terang?
Pertama, kita harus sadar untuk bangun dari ketiduran rohani. Dalam Efesus 5:14 dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” Perkataan ini disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Efesus untuk mengingatkan akan status mereka sebagai anak-anak terang yang seharusnya sudah tidak “berkawan” lagi dengan kegelapan. Karena bagaimana mungkin terang dapat berbuahkan kebaikan, keadilan, dan kebenaran apabila terang itu masih berkompromi dengan kegelapan. Sebagai anak-anak terang, tugas orang percaya bukanlah sekedar tidak berkompromi saja, melainkan berani “menelanjangi” kegelapan itu sendiri. Dan untuk dapat menelanjangi kegelapan diperlukan kekuatan ilahi untuk terus memancarkan terang kemuliaan Kristus. Dan kekuatan itu diperoleh saat seseorang mau sadar dan “bangun” dari ketiduran rohaninya.
Tidurnya kerohanian seseorang membuat ia juga dapat terlena dengan mimpi-mimpi kosongnya. Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk memiliki mimpi-mimpi besar dalam hidupnya. Namun sayangnya, mimpi-mimpi besar yang lahir dari kedagingan hanya akan membuat manusia cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapainya dan seringkali berakhir dengan kehancuran. Sebaliknya, mimpi yang lahir dari kesadaran diri sebagai anak terang akan melahirkan visi dari Tuhan yang berujung kepada perkara-perkara yang luar biasa yang diraih dalam Tuhan, sebagai misal, Yusuf.
Kedua,kita harus sadar bahwa terang Tuhan telah terbit (Yes. 60:1). Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Seruan nabi Yesaya kepada Yerusalem untuk bangkit dan menjadi terang, selain merupakan sebuah pernyataan profetik atas kota, juga merupakan seruan untuk mengingatkan Yerusalem agar sadar bahwa terang kemuliaan Tuhan sesungguhnya telah terbit atas mereka. Mereka tidak menyadari bahwa sejak keluarnya mereka dari pembuangan hingga tiba di Yerusalem adalah berkat penyertaan dan campur tangan Tuhan semata atas kehidupan mereka, namun sayangnya mereka tidak menyadari hal itu. Bahkan, ketika tiba saatnya untuk membangun kembali kota dan Bait Suci di Yerusalem, mereka masih ragu dan berpikir mungkinkah apa yang telah runtuh dapat kembali pulih seperti sedia kala. Itulah sebabnya, mereka terkesan seperti maju-mundur atas tugas besar yang Tuhan telah percayakan. Saat itulah Tuhan menyuruh Yesaya untuk mengingatkannya kembali bahwa terang Tuhan telah terbit.
Seringkali orang percaya didapati ragu akan tugas dan rencana besar yang Tuhan telah percayakan dalam hidupnya. Mereka acapkali tidak yakin bahwa mereka bisa melakukannya, sehingga yang terjadi adalah mereka maju-mundur untuk melaksanakan pekerjaan yang Tuhan telah percayakan. Lewat pesan ini Tuhan sedang mengingatkan bahwa, tidak ada alasan untuk ragu, karena sesungguhnya terang Tuhan telah terbit atas umat-Nya, yaitu kita. Yang diperlukan adalah sadar dan bangkit lalu melakukan apa yang telah dipercayakan. Ketika bangsa Israel menyadari hal itu, maka mereka mulai menyelesaikannya. Alhasil, kemegahan bait yang mereka bangun melebihi kemegahannya yang semula.
Mari umat, perhatikanlah pesan demi pesan Tuhan dalam Natal kedua ini. Ia mau kita menjadi orang-orang yang terus bernyala-nyala di dalam Dia. Jangan padamkan Roh, sadari bahwa kemuliaan Tuhan telah terbit atas kita, dan ada perkara-perkara besar yang Tuhan mau “datangkan” ke dalam kehidupan kita. Inilah saatnya untuk bangkit dan menjadi terang. (rsnh)
Selamat Hari Natal 26 Desember 2018 bagi kita semua!