Rabu, 21 Juli 2021

Renungan hari ini: “TUHAN YANG AWAL DAN AKHIR” (Yesaya 44:6)

 Renungan hari ini:

 

“TUHAN YANG AWAL DAN AKHIR”




 

Yesaya 44:6 (TB) Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku"

 

Isaiah 44:6 (NET)  his is what the Lord, Israels king, says, their protector, the Lord who commands armies: “I am the first and I am the last, there is no God but me"

 

Dalam nas hari ini penulis Yesaya menyatakan bahwa TUHAN itu adalah yang terdahulu dan yang terkemudian. Dalam Bahasa Perjanjian Baru kalimat itu dikenal dengan TUHAN yang awal dan yang akhir. Allah Israel itu unik. Artinya, Dia lain daripada ilah yang lain. Unik berasal dari kata Latin “Una”, juga berarti “tunggal, esa, hanya satu-satunya, tidak ada yang lain”. Keunikan Allah Israel ditunjukkan dalam sebutan “Yang Awal dan Yang Akhir.” Dalam bahasa Yunani disebut Alfa dan Omega, yaitu huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani.

 

Sebagai Yang Awal, Dia adalah Pencipta segala sesuatu, seluruh alam dan semua isinya. Injil Yohanes menjelaskan status Yesus sebagai Yang Awal. “Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yoh. 1:2-3).

 

Sebagai Yang Akhir, Dia akan mengakhiri dunia yang rusak karena dosa, dan mendatangkan langit baru dan bumi baru. Yohanes dalam wahyunya melihat langit dan bumi yang baru turun dari langit, lalu mendengar suara yang berkata bahwa “Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir” (Why. 21:6). Nubuat Yesaya tentang Allah Israel, menurut Yohanes sudah digenapi dalam Yesus Kristus. Sebab itu, umat Kristen memandang Yesus sebagai yang datang dari Allah, bahkan Yesus adalah Allah sendiri yang datang ke dunia dalam wujud manusia. Dalam istilah Yohanes, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh. 1:14).

 

Untuk memahami teks yang ditulis Yesaya ini, kita perlu melihat kondisi umat Israel kala itu. Umat Israel tertawan oleh Babel, sehingga mereka sangat dipengaruhi secara mendalam oleh budaya menyembah dewa-dewa bangsa-bangsa asing. Dewa pelindung kota Babel adalah Marduk, ia adalah dewa dari para dewa. Kuil dewa ini termasuk bangunan terbesar di Babel dan sangat megah. Sistem pengorbanan kuil Marduk sangat terintegrasi dalam masyarakat Babel. Bidang pekerjaan, perdagangan, pendidikan, administrasi, pengadilan, dan sebagainya semua terhubung dengan kuil ini, membentuk sistem komunitas yang tidak terpisahkan, oleh karena itu, orang Babel sangat dipengaruhi oleh agama Marduk, di berbagai bidang kehidupan selalu terkaitkan dengan penyembahan untuk dewa ini. Sebaliknya, di sisi lain, ketika orang-orang Yehuda ditawan oleh Babel, tempat kudus mereka di Yerusalem telah dihancurkan, dibandingkan dengan kuil Marduk yang indah megah ini, mereka mungkin memiliki sesuatu perasaan yang mempertanyakan: Jika TUHAN (Yahweh) benar-benar pencipta langit dan bumi, mengapa Bait tempat menyembah TUHAN menjadi reruntuhan sepi? Mengapa agama dewa Marduk begitu makmur? Apakah Marduk ataukah TUHAN Allah yang sejati?

 

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, penulis Yesaya berfokus pada diri TUHAN, ia menunjukkan bahwa TUHAN adalah satu-satunya Allah yang sejati dan sesungguhnya. Hanya Dia yang layak mengklaim sebagai “Akulah yang terdahulu” dan “Akulah yang terkemudian” (ay. 6), dan hanya Dia yang yang bisa mengonfirmasi bahwa “tidak ada Allah selain dari pada-Ku” (ay. 6). Bagaimana kita memahami perkataan “tidak ada Allah selain dari pada-Ku?” Perkataan ini tidak berarti bahwa sesuatu yang diberi sebutan dewa tidak ada, keberadaan roh-roh spiritual tidak dapat sepenuhnya kita sangkal. Namun, makna “tidak ada Allah selain dari pada-Ku” harus dipahami bersama dengan “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian”, itu berarti bahwa tidak ada allah lain yang mampu menyatakannya seperti TUHAN (Yahweh). Karena itu, betapapun megahnya kuil Marduk saat ini, ia paling banter tidak lebih dari makhluk ciptaan, sesungguhnya TUHAN yang menyatakan “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian” adalah Allah Pencipta yang sejati.

 

Ungkapan “tidak ada Allah selain dari pada-Ku” harus dipahami bersama dengan ayat 8, yang menyatakan “Adakah Allah selain dari pada-Ku? Tidak ada Gunung Batu yang lain, tidak ada Kukenal!” Gunung Batu melambangkan perlindungan dan sandaran. Alkitab mengatakan bahwa hanya TUHAN yang merupakan Gunung Batu, berarti bahwa dewa-dewa lain bahkan jikalau ada, sama sekali tidak dapat diandalkan dan tidak dapat menjadi tempat berlindung bagi manusia. Fakta bahwa kerajaan Babel mengalami hari kejatuhan, hanya menunjukkan bahwa Marduk tidak dapat menyelamatkan Babel dari tangan Persia, dewa-dewa lain tidak pernah bisa menjadi batu karang dan keselamatan, hanya TUHAN adalah satu-satunya batu karang dan keselamatan.

 

Melihat ke seluruh dunia, kita menyembah dewa-dewa yang berbeda di dalam hati, uang, ketenaran, status, derajat, properti, dewa-dewa modern ini sangat kuat dan tampaknya layak dipercaya. Tetapi jika kita percaya bahwa dewa-dewa ini bukan “yang terdahulu” atau “yang terkemudian”, maka penampilan yang terkuat dan terbesar tidak dapat menggoyahkan iman kita. Karena itu, mari kita selidiki hati kita masing-masing, pernahkah hati kita diduduki oleh dewa-dewa ini? (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...