Kotbah Minggu Trinitatis 1
Minggu, 18 Juni 2017
"KEKUASAAN ALLAH ATAS DUNIA INI"
Kotbah: Wahyu 16:1-7 Bacaan: Keluaran 7:14-25
Minggu ini kita memasuki Minggu Pertama Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Kekuasaan Allah atas dunia ini”. Kita sangat membutuhkan kekuatan Allah di dalam dunia ini. Karena dunia ini selalu menuju pada kehancuran. Dunia ini selalu merencanakan agar manusia mati dan tinggal di dunia ini tanpa memiliki kehidupan yang kekal. Di dalam dunia ini ada banyak malapetaka, marabahaya yang hendak mencelakakan hidup orang percaya. Manusia sendiri tidak mampu melawan kuasa kehancuran itu. Kita sangat membutuhkan kekuatan dan kuasa Allah untuk melawan dan mengatasinya.
Yohanes melihat dalam nubuatannya rancangan malapetaka yang akan datang menimpa manusia. Dalam catatan Yohanes setidaknya ada tiga simbol kehancuran dunia yang dilihatnya, yakni: pertama, tujuh meterai(Why. 6:1-17; 8:1-5), kedua, sangkakala(Why. 8:6-21; 11:15-19), dan ketiga, cawan(Why 16:1-21). Ketiga simbol ini merupakan tiga seri penghakiman yang berbeda dan susul menyusul dari Allah. Penghakiman ini semakin dahsyat dan akibatnya semakin parah seiring dengan makin dekatnya akhir zaman. Ketujuh meterai, sangkakala dan cawan berhubungan satu dengan yang lain – meterai ketujuh berlanjut pada ketujuh sangkakala (Why. 8:1-5). Sangkakala ketujuh berlanjut pada ketujuh cawan (Why. 11:15-19; 15:1-8).
Empat meterai pertama dari ketujuh meterai dikenal sebagai keempat pengendara kuda zaman akhir. Meterai pertamamemperkenalkan si Antikristus (Why. 6:1-2).Meterai keduamenyebabkan peperangan besar (Why. 6:3-4).Meterai ketigamengakibatkan kelaparan (Why. 6:5-6).Meterai keempatmengakibatkan terjadinya penyakit, kelaparan yang lebih dahsyat dan peperangan yang lebih dahsyat (Why. 6:7-8).Meterai kelimamemberitahu kita mengenai orang-orang yang akan mati bagi iman mereka pada akhir zaman (Why. 6:9-11). Allah mendengar seruan mereka meminta keadilan, dan akan memberikan keadilan pada waktunya – dalam wujud meterai keenam, bersama dengan sangkakala dan cawan penghakiman. Materai keenammemberitahukan gempa bumi yang dahsyat. Ketika meterai keenam dibuka, gempa bumi yang dahsyat akan terjadi, mengakibatkan kehancuran yang dahsyat – bersamaan dengan berbagai fenomena astronomis yang tidak biasa (Why. 6:12-14). Materai ketujuhruntuhlah bintang-bintang ke bumi. Mereka yang bertahan hidup saat itu akan berteriak, "Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu." Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?” (Why. 6:16-17).
Ketujuh sangkakala digambarkan dalam Kitab Wahyu 8:6-21. Ketujuh sangkakala merupakan “isi-”nya ketujuh meterai (Why. 8:1-5). Sangkakala pertamamengakibatkan hujan es dan api yang menghancurkan kebanyakan tanaman dalam dunia (Why. 8:7).Sangkakala keduamengakibatkan apa yang kelihatannya merupakan meteor jatuh ke dalam laut dan mengakibatkan musnahnya kebanyakan makhluk hidup dalam laut (Why. 8:8-9). Sangkakala ketigasama dengan sangkakala kedua, kecuali pada dampaknya yang mempengaruhi danau-danau dan sungai-sungai, bukannya pada lautan (Why. 8:10-11). Sangkakala keempat mengakibatkan matahari dan bulan menjadi gelap (Why. 8:12).Sangkakala kelimamengakibatkan wabah “belalang setan” yang menyerang dan menyiksa umat manusia (Why. 9:1-11).Sangkakala keenammelepaskan tentara setan yang membunuh sepertiga umat manusia (Why. 9:12-21).Sangkakala ketujuh memanggil ketujuh malaikat dengan membawa ketujuh cawan murka Allah (Why. 11:15-19; 15:1-8).
Teks kita Minggu ini berbicara tentang Ketujuh Cawan penghakiman. Ketujuh cawan penghakiman itu merupakan akibat dari dibunyikannya ketujuh sangkakala. Cawan pertamamengakibatkan bisul yang menyakitkan di antara umat manusia (Why. 16:2).Cawan keduamengakibatkan matinya semua makhluk hidup dalam laut (Why. 16:3).Cawan ketigamengakibatkan sungai berubah menjadi darah (Why. 16:4-7).Cawan keempatdari ketujuh cawan mengakibatkan panas matahari menjadi amat dahsyat dan mengakibatkan sakit yang luar biasa (Why. 16:8-9).Cawan kelimamengakibatkan kegelapan yang dahsyat dan kesakitan yang makin hebatkarena bisul dari cawan pertama (Why. 16:10-11). Cawan keenammengakibatkan Sungai Efrat menjadi kering.Bala tentaranya si Antikristus akan dikumpulkan untuk perang Harmagedon (Why. 16:12-14). Cawan ketujuhmenghasilkan gempa bumi yang dahsyat;yang kemudian diikuti oleh hujan es besar (Why. 16:15-21).Wahyu 16:5-7 mengatakan, “Dan aku mendengar malaikat yang berkuasa atas air itu berkata: "Adil Engkau, Engkau yang ada dan yang sudah ada, Engkau yang kudus, yang telah menjatuhkan hukuman ini. Karena mereka telah menumpahkan darah orang-orang kudus dan para nabi, Engkau juga telah memberi mereka minum darah; hal itu wajar bagi mereka! … Ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, benar dan adil segala penghakiman-Mu.”
Apakah makna cawan itu?Di satu sisi, cawan dan murka menandakan hukuman Allah.Di sisi lain, cawan dan murka mencerminkan kondisi kemarahan Allah.Kemarahan Allah terhadap kebejatan perilaku dan kedegilan hati manusia membuat kesabaran-Nya hilang. Untuk memuaskan rasa keadilan-Nya, Allah mengirim bencana mengerikan secara beruntun. Intensitas penghukuman Allah dalam setiap cawan semakin meninggi kadarnya, mulai dari bisul, kekeringan, air tercemar, polusi udara, sampai gempa bumi yang dahsyat (Why. 16:2-18).
Dalam bahasa Yunani ”cawan” ini adalah phiale (Inggris: vial) artinya ”lepek”mungkin kalau di-Indonesia-kan berbunyi “piala”.Tetapi kata ”cawan” ini berbeda dengan ”cawan” yang diminum Yesus di taman Getzemani. ”Cawan”yang diminum Yesus adalah poterion (Inggris:Cup) artinya ”cangkir”yang membawa pembebasan dan keselamatan.Sedangkan phiale adalah cawan yang membawa kehancuran dan penghakiman.Kata ”buli-buli” atau vial yang dipakai oleh Samuel untuk mengurapi Saul dengan minyak sebagai raja adalah sebuah cawan tempat minyak urapan disimpan. Kata tersebut adalah yang sama yang dipakai dalam Wahyu 16. Bedanya hanya pada fungsinya, yang satu cawan urapan dan yang lainnya cawan murka Allah. Ada tujuh cawan murka Allah yang ditumpahkan ke bumi ini. Setiap cawan berisikan murka Allah yang berbeda-beda. Tentunya Allah punya alasan menumpahkan cawan murka-Nya ke atas bumi ini. Alasannya sangat klasik yaitu dosa.Bukan hanya sekedar dosa tetapi dosa yang telah membuat hati Allah tidak tenang bila tidak menumpahkan murka-Nya atau penghakiman-Nya. Allah bukan hanya Allah yang Maha Kasih tetapi Dia juga Allah yang Maha Adil. Setiap pelanggaran dan dosa harus dihukum itulah wujud manifestasikan keadilan-Nya.Kita ingat kisah Ananias dan Safira? Karena kesalahannya mereka dihukum Tuhan. Dosa yang tidak diakui membawa cawan penghukuman.Memang cawan murka Allah seperti yang ada di dalam kitab Wahyu 16 akan terjadi nanti. Tetapi sebenarnya setiap kesalahan dan dosa yang tidak kita akui hanya akan membuat cawan itu terisi penghukuman bukan minyak urapan. Semakin banyak dosa yang kita lakukan dan tidak kita akui atau alias tidak bertobat maka isi cawan itu akan terus bertambah banyak hingga meluber yang pada akhirnya tertumpah atas hidup kita. Hidup kita akan terus menerus ada di bawah penghukuman dan kutuk. Memang di dalam Kristus tidak ada lagi penghukuman (Rm. 8:1) tetapi hanya bagi mereka yang tidak hidup menurut daging.
Tujuh malapetaka ini memiliki sedikit kemiripan antara sepuluh tulah di Mesir (Kel. 7:20-25)dan suara tujuh sangkakala (Why. 8-11). Yang berbeda hanyalah cakupan wilayah dan daya rusaknya. Malapetaka di Keluaran 7:20-25 dan Wahyu 8-11 bersifat terbatas dalam lingkup tertentu. Lain halnya dengan kehancuran di Wahyu 15:5-16:21 memiliki daya rusak yang menyeluruh. Contohnya, semua pulau dan gunung hilang; bongkahan besar hujan es seperti meteor yang menghantam bumi. Tidak ada orang berdosa yang dapat lolos dari penghakiman Allah.
Yang menarik di sini adalah kebebalan pikiran dan hati manusia.Setiap murka Allah yang dituangkan ke dunia tidak membuat mereka bertobat.Kegelapan hati mereka semakin menjadi-jadi sampai mereka memaki, menghujat, dan mengutuki Allah (Why. 16:9, 11, 14, 21). Peristiwa ini sama seperti yang terjadi pada diri Firaun, di mana Allah mengeraskan hati Firaun dengan tujuan membinasakannya. Demikian juga dengan manusia akhir zaman, di mana Allah mengeraskan hati yang gelap menjadi lebih pekat. Tujuan Allah adalah menuntut keadilan bagi darah orang-orang kudus-Nya. Seperti kisah Kain membunuh Habel sehingga darah Habel berteriak kepada Allah meminta keadilan. Dengan hancurnya bumi dan langit yang lama, baru ada harapan munculnya bumi dan langit yang baru. Allah itu panjang sabar, namun bukan berarti kesabaran Allah tidak punya batas. Selama masih ada kesempatan, marilah kita memperbarui diri dan hidup benar dihadapan-Nya. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!