Kamis, 09 April 2020

KOTBAH JUMAT AGUNG Jumat, 10 April 2020 “PENGORBANAN YESUS YANG MENYELAMATKAN”

Jumat, 10 April 2020

Kotbah: Matius 27:45-56 Bacaan: Ibrani 10:19-29



Hari ini kita merayakan hari besar umat Kristiani yang mengagungkan yakni Peringatan Hari Kematian Yesus, Jumat Agung. Disebut Jumat Agung karena pada hari inilah Yesus mati disalibkan di Golgota demi menanggung dosa manusia dan dunia ini.

Pada Ibadah Jumat Agung ini kita akan membahas tema “Pengorbanan Yesus yang Menyelamatkan”. Peranyaan Jumat Agung 2020 ini istimewa karena kita merayakannya di rumah kita masing-masing, baik dengan ibadah virtual (Langsung – Online/Live Streaming dan Siaran Tunda – Ofline) yang diikuti melalui tv, laptop, dan HP, maupun Ibadah Konvensional dengan Tata Ibadah yang dipimpin oleh keluarga masing-masing. Ibadah ini dilakukan dalam rangka memutus penyebaran Virus Corona 19 yang masih mewabah di negara kita dan bahkan di dunia ini.

Peristiwa Jumat Agung tentu akan membawa kita kepada pengenangan peristiwa pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib sebagai tanda kasih dan pengampunan dari Allah bagi kita umat manusia. Peristiwa pengorbanan Yesus ini haruslah kita peringati dengan sungguh-sungguh agar kita tidak terjebak pada peringatan yang rutinitas sehingga tidak berdampak dalam kehidupan kita. Jika Jumat Agung diperingati hanya sekedar peringatan akan sejarah yang berlalu tanpa mengambil hikmat dibalik kisah tersebut, maka peristiwa Jumat Agung itu tidak akan membawa perubahan hidup dan tanpa membawa makna bagi kita.
Yesus hanya diperingati dalam konteks sejarah masa lalu yang menjadikan Salib Kristus hanya sebuah aksesoris dan sebuah kisah yang sadis, sehingga kita hanya menempatkan diri sebagai penonton padahal Tuhan melakukannya agar manusia dapat melihat bagaimana penderitaan yang dirasakan manusia akibat dari dosa. Tidak heran jika hingga saat ini salah satu kenyataan kuasa dosa yang menguasai manusia adalah kesenangannya melihat penderitaan yang dibencinya. Sehingga tidak heran juga jika akhirnya banyak orang Kristen yang terbuai dalam suatu cerita atau film ketika musuh akhirnya dikalahkan oleh bintang film dengan pembalasan dendam.

Kematian adalah hal biasa atau lumrah bagi semua manusia, terjadi pada kanak-kanak, remaja, pemuda atau orang tua, tidak mengenal usia, siapa pun akan menghadapinya. Apalagi kematian yang ada di depan mata kita sekarang ini sungguh mengerikan. Kematian karena Covid 19 tidak bisa dilihat dan dilayat oleh kaum kerabat karena takut terkena virus Corona. Anjuran pemerintah juga membuat keluarga dan sahabat tidak bisa memberikan penghormatan terakhir bagi mereka yang meninggal karena Covid 19. Keluarga sangat bersedih karena yang dikasihi keluarga tidak bisa disemayamkan di rumah mereka karena masyarakat menolaknya. Keluarga tidak bisa membuat acara sebagaimana biasanya karena ketakutan penyebaran virus yang massif. Bahkan terkadang ada juga Gereja yang “terpaksa” melakukan ibadah penguburan secara “online” demi menjaga penularan virus ini. Pastilah semua bersedih. Keluarga bersedih karena tidak bisa dilayat orang lain, tidak bisa dilayani Gereja dengan baik. Pihak Gereja juga bersedih tidak bisa melakukan tugasnya seperti sediakala bagi jemaatnya yang berduka. Inilah kesedihan yang diakibatkan Covid 19.

Dibandigkan dengan kematian Yesus, maka kematian karena Covid 19 pun tidak setara dengan kematian-Nya. Kematian Yesus adalah luar biasa karena kematian Yesus Kristus digantung di atas kayu salib dengan cara hina.  Kematian-Nya disetarakan dengan kematian penjahat kelas kakap di dunia ini. Karena sangkin ngerinya kematian Yesus itu, maka kegelapan pekat mencekam menyelimuti bumi tiga jam mulai pukul 12.00 hingga 15.00 mewarnai peristiwa kematian Kristus ini. Tidak hanya itu, “tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka...” (Mat. 27:51-52).

Kisah ini sangat menggemparkan di langit mau pun di bumi, sebab karya terbesar telah digenapi Kristus pada hari itu. Jadi, Yesus mati di kayu salib 2020 tahun lalu adalah peristiwa sejarah yang sungguh-sungguh terjadi, bukan rekayasa atau dongeng pengantar tidur. Bahkan kehidupan Kristus, khususnya tentang penyaliban-Nya, juga sudah dinubuatkan Yesaya, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan” (Yes. 53:3).

Peristiwa Golgota ini adalah peristiwa sejarah yang mengubah kehidupan manusia, sebab kematian Yesus adalah kematian yang menyelamatkan, menyembuhkan, memulihkan, memberkati dan memberikan pengharapan baru. Di atas Kalvari Yesus telah membayar harga bagi dosa-dosa kita. Ia yang benar, sempurna dan tanpa dosa rela dikutuk, dituduh, difitnah, menderita dan mencurahkan darah-Nya seperti domba sembelihan, supaya kita dapat dibebaskan dan diselamatkan. Yesus hidup bukan untuk diriNya sendiri tetapi untuk menjadi pengganti bagi kita. Kristus telah mengambi alih semua yang harus kita tanggung karena dosa-dosa kita. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2Kor.5:21).

Megapa kematian Yesus disebut kematian yang menyelamatkan? Ada beberapa alasan yang bisa kita pelajari dari perikop ini, yakni:

Pertama, kematian Yesus menciptakan perdamaian (ay. 45-50). Dalam keadaan terpisah dari Allah, Allah sendiri menunjukkan kasih-Nya kepada manusia dengan cara “Dia yang tidak mengenal dosa telah dijadikan dosa ganti kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan Allah” (2 Kor. 5:21). 

Kedua, kematian Yesus menciptakan persekutuan (ay. 51). Keberadaan tabir dalam Bait Allah menggambarkan ketidaklayakan manusia menghampiri Allah. Allah yang Maha Suci tidak mungkin bersekutu dengan manusia yang berdosa. Matius menulis: “Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dari atas sampai ke bawah” (ay. 51). Kematian Yesus telah merobek tirai pemisah antara Allah dengan manusia. Kematian Yesus memungkinkan manusia bersekutu kembali dengan Allah (Ibr. 10:19-20). 

Ketiga, kematian Yesus menciptakan kehidupan (ay. 52-53). Makna peristiwa yang diungkapkan dalam ayat 52 dan 53 adalah bahwa dengan kejadian ini Allah menyatakan bahwa kematian Yesus sebagai Anak Domba Paskah akan menjadi jaminan bagi kebangkitan orang yang percaya kepada-Nya (orang-orang kudus). Melalui peristiwa Jumat Agung ini Allah mendemonstrasikan kasih-Nya dengan cara menyalibkan Kristus sampai mati sebagai ganti kita, sehingga kita memeroleh kehidupan yang kekal. Keempat, Paskah menciptakan keyakinan (ay. 54). Jauh sebelumnya Yesus sendiri telah berkata: “Apabila Aku dinaikkan dari atas bumi, Aku akan menarik orang datang kepada-Ku” (bdg. Yoh. 3:14-15).

Selamat merayakan Hari Kematian Yesus Kristus

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...