Senin, 10 September 2018

Renungan hari ini: BERBAHAGIA KARENA DICELA DAN DIANIAYA

Renungan hari ini: 

BERBAHAGIA KARENA DICELA DAN DIANIAYA



Matius 5:11 (TB) "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat" 

Matthew 5:11 (NET) “Blessed are you when people insult you and persecute you and say all kinds of evil things about you falsely on account of me" 

Berbahagia selalu identik dengan suasana damai. Bahagia dalam suasana damai adalah biasa. Namun dalam nas hari ini kita diajak untuk berbahagia dalam suasana penderitaan. Kita harus bisa berbahagia walau dalam keadaan dicela, dianiaya dan difitnah. Di dunia ini orang yang menderita sama sekali tidak akan dianggap bahagia! Kita menganggap orang yang menderita itu harus dikasihani. 

Secara iman penderitaan bisa menjadi berkat bagi kita. Mengapa? Ada beberapa alasan mengapa penderitaan itu bernilai.

Pertama,karena kita bukan dari dunia ini.Inilah yang dikatakan oleh Yesus di Yohanes 15:19, “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya.” Dunia tidak akan menganiaya kita karena kita milik dunia. Dunia tidak akan menganiaya kita. Tetapi karena kita bukan dari dunia, melainkan dari TUHAN, sebab itulah dunia membenci kita.  

Kedua,karena penderitaan memurnikan iman kita.Kemurniaan iman kita diuji oleh penderitaan. Penderitaan juga akan memurnikan gereja dan menyingkirkan yang palsu. Tanpa mengalami penderitaan iman seseorang belumlah teruji dan akan masih banyak kepalsuan yang menutupi dirinya.

Ketiga,karena penderitaan membuat kita berhenti berbuat dosa. Karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kitapun harus juga mempersenjatai diri dengan pikiran yang demikian, – karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa – supaya waktu yang sisa jangan kita pergunakan menurut keinginan manusia. Seseorang yang dengan sengaja telah memilih untuk menerima penderitaan dengan senang hati demi Kristus sesungguhnya telah selesai dengan dosa. Ini tidak berarti bahwa ia tidak pernah berbuat dosa, tetapi ia telah memutuskan hubungannya dengan dosa. Terdapat satu perbedaan yang besar di sini. Jadi kita mendapati orang semacam inilah yang memahami nilai penderitaan karena mereka melihat bahwa ia tidak hanya menguji keaslian komitmen mereka, tetapi juga memungkinkan mereka oleh anugerah Allah memecahkan kuasa dosa dalam kehidupan mereka. Mereka mengizinkan penderitaan untuk memecahkan dosa dalam kehidupan mereka. Penderitaan menjadi satu alat yang menyebabkan pertumbuhan rohani.

Keempat,karena penderitaan menyebabkan kita tunduk kepada Allah.Penderitaan memberikan kesempatan kepada kita untuk tunduk dengan rela hati kepada kehendak Allah. Penderitaan mempunyai nilai rohani yang besar karena persis melalui penderitaan semacam inilah yang kita baca di Ibrani 5:8 bahwa Anak sendiri belajar menjadi taat, belajar menjadi tunduk kepada kehendak Allah. Sekalipun Yesus adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Jika Anak Allah harus belajar taat dari apa yang diderita-Nya, lebih-lebih lagi kita harus belajar taat dari apa yang kita deritai. Bagaimana kita belajar menjadi taat? Melalui penderitaan. Penderitaan adalah sekolah di mana kita belajar menjadi taat. Di mana lagi kita harus belajar menjadi taat jika kita tidak perlu menderita? Penderitaanlah yang mengajar kita betapa pentingnya untuk taat. Di tengah-tengah penderitaanlah kita belajar menjadi taat. Karena itu, janganlah takut mengalami penderitaan sebab kita akan memperoleh berkat berkelimpahan daripadanya. (rsnh)

Selamat Merayakan 1 Muharram 1440 H bagi yang merayakannya

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...