Renungan hari ini:
“STATUS KITA”
Efesus 2:19 (TB) "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah"
Ephesians 2:19 (NET) "So then you are no longer foreigners and noncitizens, but you are fellow citizens with the saints and members of God’s household"
Nas hari ini berbicara soal status kewarganegaraan. Paulus hendak menjelaskan bahwa kita bukanlah orang asing, pendatang melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan bahkan anggota keluarga Allah. Apakah yang dimaksud dengan semua status itu dan apakah sebenarnya status kita di hadapan ALLAH?
Pertama, kita bukan orang asing. Dahulu kita memang disebut orang asing atau kafir dan tidak mempunyai Allah (yang hidup) tetapi menyembah banyak allah/berhala. Masing-masing bangsa dan suku/etnis mempunyai allahnya sendiri seperti dikatakan oleh Rasul Paulus ketika dia berada di Atena dan sedih menyaksikan kota itu penuh patung-patung berhala dan penduduknya beribadah kepada dewa-dewa dan allah yang tidak dikenal (Kis. 17:16,22-23). Tak dapat disangkal, untuk berbalik kepada Allah yang hidup tidaklah mudah karena budaya, adat istiadat dan kebiasaan lama yang diwarnai dengan kepercayaan-kepercayaan nenek moyang begitu melekat dalam hidup kita.
Untuk diakui “bukan lagi orang asing” di hadapan Tuhan diperlukan proses saling mengenal yang mengalami progres. Kita bukan orang asing lagi sebab kita dibawa mendekat kepada Bapa oleh Anak-Nya. Siapa mengenal Bapa Surgawi dengan baik? Anak-Nya – Sang Firman. Jelas sekarang, kita mengenal Allah yang esa melalui Yesus di dalam Firman-Nya. Dengan pengenalan itu maka kita bukan lagi orang asing.
Kedua, kita bukan pendatang. Seorang pendatang tidak menetap secara permanen di suatu tempat. Misal: pegawai bagian sales/penjualan atau marketing/pemasaran harus berkeliling dari satu kota ke kota lainnya; bila malam tiba mereka berhenti untuk istirahat di tempat penginapan (sebagai transit) sebelum melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Mereka tidak menetap permanen di tempat penginapan tersebut.
Kita dahulu seorang pendatang dengan jiwa tidak menetap alias mengembara. Seorang pengembara hidupnya tidak tenang dan aman karena adanya ‘ancaman’ direndahkan, diintimidasi, tidak diterima dengan baik bahkan diusir dll. berdampak jiwanya menderita. Itu sebabnya Tuhan menginginkan kita menjadi penghuni tetap di dalam rumah Bapa (Yoh. 8:34-36).
Ketiga, kita menjadi kawan sewarga dari orang-orang kudus. Pada hakikinya setelah kita menerima Yesus, maka kita sudah menjadi bagian orang warga orang-orang kudus. Itu sebab dalam pengakuan iman rasuli dikatakan bahwa kita menjadi orang-orang yang bersekutu dengan orang-orang kudus. Setiap bertemu dengan orang percaya, maka kita sedang bertemu dengan orang-orang kudus.
Keemapt, kita menjadi anggota keluarga Allah. Setelah percaya dan beriman kepada Yesus kita menjadi bagian dari keluarga ALLAH. Sebagai keluarga Allah maka hidup kita dijamin oleh Allah. Allah akan memelihara, memberikan kebutuhan hidup selama di dunia ini dan bahkan kita diberikan hidup yang kekal. Sebagai keluarga Allah maka kita memiliki hubungan persaudaraan yang rukun dan indah dengan sesama orang percaya lainnya. Karena itu, pastikanlah status kita apakah kita masih orang asing, pendatang, ataukah kita sudah menjadi kawan sewarga orang-orang kudus dan sudah menjadi anggota keluarga Allah? (rsnh)
Selamat memulai karya dalam Minggu ini