Sabtu, 15 Juni 2019

KOTBAH TRINITATIS Minggu, 16 Juni 2019 “IMAN YANG MENYELAMATKAN”

KOTBAH TRINITATIS 
Minggu, 16 Juni 2019

“IMAN YANG MENYELAMATKAN”
Kotbah: Kejadian 22:1-12 Bacaan: Ibrani 11:7-12



Hari ini kita memasuki Minggu Trintatis. Dalam ibadah ini tema yang akan kita renungkan adalah “Iman yang menyelamatkan”.Iman itu selalu menghadapi ujian. Dengan ujian itu kita akan mendapatkan hikmatnya. Jika kita mampu menghadapi ujian itu dengan baik maka iman itu akan menyelamatkan hidup kita. Jika kita tidak mau dan menghindari ujian iman itu maka kita tidak akan memperoleh keselamatan.

Dalam perikope Minggu ini kita melihat sebuah kesaksian Abraham yang menghadapi ujian iman dari TUHAN. Abraham dikenal sebagai bapa orang beriman karena dia mampu menghadapi ujian iman dengan baik dan melewatinya deng penuh iman sehingga ia memperoleh keselamatan. Bagi Abraham, ia lebih mengasihi Sang pemberi daripada pemberian-Nya kepadanya. Abraham lebih mengasihi TUHAN daripada apa yang diberikan TUHAN kepadanya. Itu sebabnya ia dengan rela memberikan anaknya Ishak untuk dikurbankan di bukit Moria kepada TUHAN atas perintah TUHAN sendiri kepadanya.

Abraham dengan tenang menghadapi pergumulannya dan melakukan yang di Firmankan Tuhan kepadanya (ay. 3). Jika kita dalam posisi Abraham, mungkin bisa saja muncul pertanyaan dalam hati kita: apakah janji Tuhan itu tidak lagi diberikan kepadaku? Apakah Allah sekejam itu, anak yang telah lama dinanti harus diambil kembali? Sekejam itukah Allah, harus anaknya menjadi korban sembelihan? Kita tidak tahu apakah demikian juga pemikiran Abraham dalam menghadapi situasi ini. Namun dalam kisah ini kita dapat melihat bahwa begitu Firman Tuhan datang kepadanya untuk menyerahkan anaknya menjadi korban sembelihan, keesokan harinya dia berangkat tanpa protes kepada Allah.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi pergumulan hidup, Abraham mengandalkan keyakinan dan imannya (ay. 5). “Kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu” Apakah itu kalimat agar bujangnya tidak mengetahui apa yang akan mereka perbuat, namun yang pasti sepertinya Abraham mempunyai keyakinan akan janji Tuhan kepadanya seperti yang sudah dijanjikan Tuhan kepadanya menjadi bangsa yang besar; memberkati dan menjadi berkat dan membuat namanya masyur.

Firman ini ingin mengingatkan kita kembali bahwa apapun yang kita miliki itu adalah sumbernya dari Allah. Maka jangan pernah mengatakan bahwa itu adalah hasil usaha kita. Tuhan siap kapan saja untuk memberi dan mengambil kembali apapun yang telah kita terima dari Allah. Maka dari itu jangan pernah bermain-main dengan kuasa Allah yang besar.

Semua berkat yang kita terima dari Allah apakah kita siap memakainya sesuai dengan yang Tuhan Firmankan. Jika Tuhan masih memberi kehidupan, pakailah kehidupanmu untuk memuliakan Tuhan. Jika Tuhan memberikan kita rejeki gunakanlah untuk pelayanan Tuhan. Anak-anak yang telah Tuhan berikan TUHAN kepada kita ajarlah sesuai dengan Firman Tuhan dan berikan untuk melayani TUHAN.

Sebab itu, ingat kembali berkat Tuhan, apakah sudah kita persembahkan buat Tuhan menjadi persembahan yang kudus dihadapanNya. Yakinkan diri kita, bagaimanapun susahnya hidup yang kita hadapi tangan pengasihan Tuhan pasti bekerja dalam hidup kita asalkan kita mengandalkan iman.

Timbul pertanyaan kita, mengapa Abraham menjadi bapa orang beriman, apakah yang dilakukannya sehingga tindakannya dinilai oleh Allah sebagai suatu kebenaran dan akhirnya ia menjadi Bapa orang beriman?

Pertama,Abraham memulai dengan ketaatan kepada perintah Tuhan (ay. 1-4). Taat kepada suatu perintah yang tidak pasti adalah hal yang sangat sulit. Tapi inilah yang dilakukan oleh Abraham, ketika ia diperintahkan Allah untuk meninggalkan negerinya. Ibrani 11:8 mengatakan: Abraham ketika meninggalkan negerinya, ia tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Artinya Abraham tidak memiliki gambaran yang jelas bagaimana kondisi dan situasi negeri yang akan ia tuju. Walaupun demikian Abraham pergi juga dengan mentaati perintah Tuhan (Kej 12:1).

Kedua,ketaatannya disertai dengan penyerahan diri secara total kepada Tuhan. (Kej. 13:14-18). Dari tindakan Abraham kita dapat melihat ketaatan Abraham disertai dengan penyerahan diri secara total kepada Allah. Abraham mengantungkan seluruh hidupnya hanya kepada Allah karena ia tidak tahu apa yang akan terjadi. Walau janji Allah kepadanya belum juga tergenapi, Abraham tidak mundur tapi maju terus. Abraham tetap menunjukkan sikap ketaatannya dan penyerahan dirinya dengan mendirikan mezbah bagi Tuhan. Abraham tetap menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan. Tidak ada ketakutan bagi Abraham dalam menjalankan perintah Allah, karena ia menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah.

Ketiga, bersedia mengorbankan sesuatu yang paling berharga (ay. 1-12). Iman yang baik, hidup dan sempurna dari Abraham bukan hanya ditunjukkan dengan taat dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, tetapi juga melalui sikap bersedia mengorbankan yang paling berharga, yaitu Ishak anaknya yang tunggal kepada Tuhan di gunung Moria. Ini adalah ujian yang sangat sulit bagi Abraham tetapi ia tetap menunjukkan ketaatannnya dan penyerahan dirinya secara total kepada Allah. Pengorbanan seperti ini menunjukkan bahwa Abraham sungguh takut akan Allah.

Keempat,Abraham dengan segera melaksanakan perintah TUHAN yang diberikan kepadanya. Sikap Abraham dalam menghadapi ujian ialah dengan segera “bangun” dan “taat langsung” atas perintah TUHAN (ay. 3). Abraham tidak mau menunda perintah TUHAN, dan ia bahkan tidak mau bertanya “mengapa Tuhan?” Dalam perjalanan selama beberapa hari itu, Abraham tidak maju mundur dalam keputusannya untuk mentaati Tuhan. Apakah kita sering plin-plan dalam ketaatan / penyerahan / commitment saudara kepada Tuhan? Mungkin suatu kali kita memutuskan untuk mentaati Tuhan dalam memberikan persembahan persepuluhan, tetapi baru beberapa bulan, kita lalu menarik diri dari keputusan itu. Mungkin suatu kali kita memutuskan untuk rajin datang dalam Pemahaman Alkitab, tetapi baru beberapa minggu kita sudah berhenti datang ke Pemahaman Alkitab itu. Mungkin suatu kali kita memutuskan untuk melayani Tuhan, tetapi sebentar lagi kita kembali tertarik pada dunia dan berhenti melayani Tuhan. Kalau kita adalah orang yang seperti itu, belajarlah untuk bisa menjadi seperti Abraham.

Abraham telah melakukan segala perintah TUHAN dengan baik berlandaskan iman yang teguh dan kokoh.  Dari pengalaman hidupnya kita melihat bahwa keteguhan iman Abraham dalam menuruti perintah TUHAN kepadanya berbuahkan keselamatan. Imannya telah membawa Abraham pada keselamatan yang kekal. Allah akan bertindah jauh lebih hebat daripada apa yang kita pikirkan dan rencanakan jika kita mengasihi Dia lebih dari apa yang kita terima daripada Allah. Apakah tindakan Allah bagi orang yang memiliki iman yang kokoh dan kuat?

Pertama,TUHAN akan mengutus “Malaikat-Nya” menolong orang beriman (ay. 11-12). Siapakah “Malaikat Tuhan” ini?Pada satu segi, kelihatannya Malaikat Tuhan ini adalah Allah sendiri. Ini terlihat dari:Abraham menyebut-Nya “Tuhan” (ay. 11b).Malaikat Tuhan itu berkata “... engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu” (ay. 12b).Tetapi dari segi yang lain, kelihatannya Malaikat Tuhan ini membedakan diri-Nya dengan Allah. Ini terlihat dari kata-kataNya kepada Abraham dalam ay 12: “... telah Kuketahui sekarang bahwa engkau takut akan Allah”. Bahwa Ia mengatakan “takut akan Allah”, bukan “takut kepadaKu”, menunjukkan bahwa Ia membedakan diriNya dari Allah!

Kedua,Allah melarang membunuh Ishak (ay. 12).  Ini tidak berarti bahwa Tuhan mengubah rencana-Nya! Dari semula maksud Tuhan hanya menguji Abraham! Ini adalah suatu bagian yang bersifat  menggambarkan. Dan karena itu, hal ini tidak boleh dianggap sebagai rumus / hukum. Artinya: ini tidak selalu terjadi! Bisa saja Tuhan meminta sesuatu yang kita kasihi, dan pada waktu kita menyerahkannya kepada Tuhan, Tuhan betul-betul menerima-Nya!

Ketiga,Allah memberikan domba sebagai pengganti Ishak (ay. 13).Karena itu, domba ini sering dianggap sebagai tipe dari Kristus, karena Kristuspun juga adalah pengganti (substitute) kita dalam menerima hukuman Tuhan. Domba itu baru disediakan di atas gunung! Tuhan tidak memberikannya di kaki gunung, karena itu akan menghancurkan ujian untuk Abraham itu. Tetapi Tuhan juga tidak memberikannya secara terlambat pada waktu Abraham sudah menyembelih Ishak, atau pada waktu Abraham sudah turun dari gunung tanpa memberi persembahan apa-apa kepada Tuhan! Tuhan selalu memberikan pada waktunya!

Keempat,Tuhan bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang / makhluk yang lebih tinggi dari Dia (ay. 15-18; bdk. Ibr. 6:13,16). Karena Abraham taat kepada Tuhan, maka Allah mengulangi janji­-Nya dengan sumpah, untuk memberikan keyakinan yang baru, yang lebih teguh, kepada Abraham!

Dari perikop kotbah Minggu ini apakah kita merasa bahwa iman kita tidak bertumbuh? Kita masih sering kuatir, takut dsb? Mungkin itu disebabkan oleh dosa yang kita pertahankan! Taatlah kepada Tuhan dalam segala hal, maka iman kita akan bertumbuh!

Apakah kita mempunyai keyakinan bahwa dengan iman kita yang kokoh dan teguh akan membawa keselamatan bagi kita? Orang kristen yang terus mempertahankan dosa tertentu, tidak akan mempunyai keyakinan keselamatan, atau kehilangan keyakinan keselamatannya! tetapi orang yang memiliki iman yang teguh dan kokoh akan memperoleh keselamatan dari imannya. Karena itu bertobatlah dan taatlah kepada Tuhan, maka Ia pasti akan menumbuhkan iman kita. Abraham menerima berkat yang luar biasa dari Tuhan, karena ia menga­sihi Tuhan di atas segala sesuatu, dan Ia rela memberikan yang terbaik kepada Tuhan! (rsnh)

Selamat merayakan Minggu Trinitatis!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...