Sabtu, 02 Januari 2021

Khotbah Minggu Setelah Tahun Baru Minggu, 3 Januari 2021 “KEKAYAAN KASIH KARUNIA TUHAN” (Efesus 1:3-14)

 Khotbah Minggu Setelah Tahun Baru

Minggu, 3 Januari 2021

 

“KEKAYAAN KASIH KARUNIA TUHAN”

Kotbah: Efesus 1:3-14  Bacaan: Yeremia 31:7-14




 

Minggu ini kita memasuki Minggu Setelah Tahun Baru. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Kekayaan Kasih Karunia TUHAN”. Ada begitu banyak kekayaan yang luar biasa dalam hidup kita di dalam dunia ini, tetapi sering kekayaan itu tersembunyi dan tidak dilihat, bahkan secara umum kita hanya melihat kekayaan yang bersifat lahiriah (sementara), tetapi kekayaan yang bersifat prinsip, tahan uji, tahan lama tidak di lihat. Secara umum umat manusia kesehariannya hanya mengejar kekayaan, sementara kekayaan yang dikejarnya itu hanya seperti hidup mengejar angin atau menjaring angin. Hal ini dapat digambarkan dengan kata bijak berikut: “meniggalkan api, mengejar asap.”

 

Ada begitu banyak orang hidup dalam kuatir atau hidup dalam kecemasan yang berlebihan dalam menjalani hari-hari mereka. Keadaan yang seperti ini, sebagai akibat tidak memahami rahasia kekayaan yang sesungguhnya; sebaliknya jika seseorang  memahami rahasia kekayaan akan hidup dalam ucapan syukur. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah seperti apa kekayaan itu? Siapa sumber kekayaan? Apa bentuk-bentuk kekayaan yang sejati itu dan bagaimana mencapainya?

 

Rasul Paulus menjelaskan kekayaan di sini bukanlah kekayaan dunia yang kita peroleh melalui kerja keras, namun kekayaan rohani yang kita peroleh melalui anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Apakah kekayaan Rohani itu? Siapakah yang memilikinya dan bagaimana seharusnya sikap orang yang memiliki kekayaan rohani itu? Kita akan menelusuri melalui penjelasan di bawah ini.

SUMBER KEKAYAAN

Kepada umat-Nya telah diberikan  kekayaan atau berkat yang tidak ternilai harganya dan kekayaan itu terjaga dengan baik. Sumber kekayaan itu adalah Kristus. Jadi sumber berkat adalah Allah Bapa dalam Tuhan Yesus, bukan setan, malaikat, ataupun manusia walaupun Allah bekerja melalui manusia. Inilah kekayaan yang sesungguhnya. 

 

Allah mengaruniakan kepada kita berkat rohani yang berada dalam sorga ini merupakan sesuatu yang istimewa karena, jika berbicara di dalam sorga berarti pernyataan Firman Tuhan ini bersifat profetik, akan tetapi jika kita membaca selanjutnya maka berkat berupa dipilih, diangkat menjadi anak, dan sebagainya itu dikerjakan sebelum dunia dijadikan. Hal ini menarik untuk kita teliti sebagai suatu upaya untuk memahami esensi dari frasa. Sebelum lebih lanjut kita mengulas mengenai rupa-rupa berkat tersebut maka terlebih dahulu kita  harus memahami frasa “di dalam sorga”

 

Sebelum lebih jauh mengetahui apa maksud frasa “di dalam sorga” ada baik kita mengetahui latarbelakang sejarahnya. Firman Tuhan mengenai kekayaan akan sangat berarti bagi para pembacanya, karena Efesus dianggap sebagai Bank Asia. Salah satu tuju keajaiban dunia, kuil artemis, berada di Efesus, dan bukan hanya sebagai pusat penyembahan berhala, tetapi utama juga sebagai tempat penyimpanan kekayaan sejati. Sebagian harta kekayaan yang bernilai seni yang terbesar dari zaman kuno, disimpan di dalam bangunan yang megah ini. Dalam surat ini, Paulus menunjukan bahwa jemaat Kristus mempunyai kekayaan yang jauh lebih besar dibanding kekayaan yang ada di Efesus.

 

Dalam bahasa asli Alkitab, bahasa Yunani. Ungkapan en epouraniois (εν επουρανιος), yang diterjemahkan di sini dengan “di dalam sorga” sebenarnya berarti bersifat sorgawi. Dari nas-nas, di mana ungkapan ini dipakai (selain dari 1:3, juga 1:20; 2:6; 3:10; 6:12) nyata, bahwa yang dimaksud di sini dengan “epouraniois”, bukanlah “sorga”  (atau “lapisan sorga”) dalam arti yang biasa, tetapi “tempat” di mana Kristus bersemayam dan memegang pemerintahan, juga atas penguasa-penguasa angkasa (2:2), penghulu-penghulu dunia, roh-roh jahat (6:12), dan lain-lain, yang ada di sana. Jadi “tempat”, yang tidak dapat kita lihat dan raba dengan pancaindera kita. 

 

Sekalipun frasa “di dalam sorga” sifatnya juga dipakai di bagian lain, di Perjanjian Baru frasa ini hanya dipakai dalam surat Efesus (Ef 1:3; 1:20; 2:6; 3:10; 6:12). Yang dimaksudkan dari frasa ini ialah suasana dari hubungan kita dengan Kristus, kita belum sungguh-sungguh di sorga; tetapi panggilan kita sifatnya sorgawi; kuasa yang ada pada kita untuk hidup setiap hari sifatnya sorgawi; pemeliharaan Allah sifatnya sorgawi. Perhatikan pengulangan frasa di dalam Kristus di sepanjang surat ini. Hanya di dalam Dia saja kita berkesempatan menerima semua berkat ini. 

 

Dengan demikian maka, maksud pernyataan: “di dalam sorga”  adalah suatu berkat yang sifatnya profetik tetapi sekaligus sudah kita terima saat ini, walaupun keberadaan kita masih di dunia ini. Ini suatu paradox dalam iman Kristen yang sangat ajaib dan melampaui rasio manusia. Pernyataan yang ditulis ini pararel dengan pernyataan Tuhan Yesus dalam doa Bapa kami: “.., datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga” (Mat. 6:10). Maka berkat sejati yang melimpah itu kita terima di dunia ini, dan berkat itu akan lebih sempurna setelah masuk sorga.

 

KEKAYAAN KASIH KARUNIA TUHAN

Timbul pertanyaan kita, apakah kekayaan kasih karunia TUHAN itu?


Pertama, Allah telah memilih kita sebagai anak-anak Allah bahkan sebelum dunia dijadikan supaya kita kudus dan tak bercacat dihadapannya (ay. 4). Pemilihan itu bukan karena kehebatan kita, tetapi  kasih karunia, ini merupakan inisiatif Allah sebagaiman ditegaskan dalam injil Yohanes mencatat perkataan Yesus “Bukan kamu yang memilih aku, tetapi akulah yang memilih kamu” (Yoh. 15:16). Tujuan pemilihan itu adalah menjadi kudus dan tidak bercacat.Menjadi Kudus berarti tidak berada dalam kenajisan, tidak ternodai dari hawa nafsu, dari kecemaran dan tidak bercacat di hadapan Allah. Tidak Bercacat berarti segala sesuatu yang kita lakukan misalnya di pekerjaan, rumah tangga, harta, hobby dan lain-lain, harus kita kita lakukan dengan tidak bercacat, karena itulah yang diinginkan Tuhan supaya hidup kita ini menyembah Dia dengan persembahan tubuh yang tidak bercacat.

 

Kedua, kita beroleh penebusan (ay. 7). Penebusan yang telah dilakukan di bukit golgota di mana Tuhan Yesus telah mati disalibkan untuk menebus dosa-dosa kita, akan menjadi bagian dari penebusan diri kita sebagai pewaris kerajaan sorga.

 

Ketiga, Allah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita (ay. 9). Kekayaan orang percaya adalah Allah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita. Biasanya rahasia tersebut diungkapkan kepada orang yang dipercaya dan dianggap dekat. Dengan demikian kita memiliki pengetahuan sebagaimana disebut: “Sebab didalam dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan” (1 Kor. 1:5). Allah menyingkapkan rencana-Nya, program-Nya bagi kita melalui Yesus Kristus. Melalui Kristus kita memahami rencana Allah bagi hidup kita dan bagi dunia ini sebagaimana Yesus katakan: “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya anak itu berkenan menyatakannya” (Mati. 11:27).


Keempat, kita dimateraikan oleh roh kudus (ay. 13). Allah telah menjanjikan kepada kita sebuah Roh Kudus, Allah berjanji pada saat hari Pentakosta, Dan roh kudus ini hanya bekerja bagi setiap orang yang percaya dan mengenal yesus sebagai jurusselamat umat manusia, ini merupakan warisan yang sangat luar biasa yang bukan warisan akhir tetapi warisan awal berkat surgawi yang akan kita terima kelak yang selengkapnya. Roh kudus adalah jaminan terhadap apa yang akan kita warisi di masa akan datang. Allah telah membebaskan umat-Nya, tetapi kesempurnaan pembebasan itu masih berlangsung di masa depan. Semua yang percaya adalah pewaris, tetapi warisan tersebut belum diterima semuanya, masih menunggu penyempurnaannya di masa depan.


BAGI SIAPA?

Kita bertanya bagi siapakah kekayaan kasih karunia TUHAN ini diberikan? Kekayaan rohani itu diberikan sebagai anugerah Allah bagi mereka yang percaya kepada Yesus Kristus. Namun kekayaan rohani tidak tidak terkumpul dengan sendirinya. Sebagaimana mempunyai rekening bank tidak otomatis terkumpul. Dibutuhkan perjuangan keras sebagaimana dalam Matius 6:20 menyebutkan “Timbunlah bagi dirimu harta disorga”. Ternyata tidak cukup sekedar mempunyai agama agar kita memiliki kekayaan secara rohani. Kita perlu memupuk hubungan yang erat dengan Allah, Sebagaimana Yesus mengatakan: ”di mana hartamu, di situ hatimu”(Mat. 6:21). Jika kita menjadikan kekayaan rohani harta yang abadi tentu hati kita akan ke sana. Orang yang kaya rohani akan merasa miskin di hadapan Allah sebagaimana kata Yesus: ”berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya kerajaan Allah” (Mat. 5:3). Apa yang dimiliki saat ini belumlah seberapa dibandingkan ke masa yang akan datang. Karena itu dia terus akan berjuang mendapatkannya.

 

RENUNGAN


Banyak orang mengorbankan kebahagiaan mereka karena terlalu fokus dalam memenuhi kekayaan harta benda dan mencari uang sebanyak-banyaknya. Mereka rela mengorbankan kesehatan dan waktu terbaik dengan keluarganya. Di sisi lain banyak orang tua yang berpikir bahwa jika ia sudah memberikan sarana pendidikan yang terbaik, kebutuhan sandang pangan yang berlimpah serta warisan materi berlimpah bagi anak-anaknya berarti ia sudah memenuhi kewajibannya sebagai orang tua yang sukses. Namun mereka lupa bahwa harta warisan sejati terbaik bagi anak-anak dan setiap keturunan bagi setiap generasi adalah warisan iman dan karakter yang berkualitas.

Semua berkat rohani itu Allah tuangkan di dalam kristus Yesus. Malah Kristus sendiri adalah berkat Allah bagi manusia. Oleh karena karya penyelamatan-Nya kita telah menerima segala berkat rohani. Kita telah menjadi anak-anak Allah. Tentu yang menjadi fokus perhatian kita bukan semata-mata kekayaan di dunia ini sebagaimana Yesus menegaskan: ”apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat.16:26). Nyawa jauh lebih berharga dari pada seluruh harta di dunia ini, kekayaan dunia menjadi tidak berarti tanpa kekayaan dan kemenangan rohani dan itu adalah anugerah Allah (Ef. 2:8-9). Karena itu, teruslah mencari kekayaan kasih karunia TUHAN di sepanjang perjalanan hidup kita di 2021 ini. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...