Kamis, 12 April 2018

Renungan hari ini: TUHAN MENCUKUPKAN

Renungan hari ini: 

TUHAN MENCUKUPKAN


Lukas 22:35 (TB) Lalu Ia berkata kepada mereka: "Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?" 

Luke 22:35 (NRSV) He said to them, "When I sent you out without a purse, bag, or sandals, did you lack anything?" They said, "No, not a thing.” 

Pengutusan para murid untuk melakukan segala tugas pelayanannya telah TUHAN cukupkan segala keubutuhan mereka. Namun perasaan para murid mereka tidak memiliki bekal apa-apa, sehingga Yesus menanyakan mereka apakah mereka kekurangan apa-apa. Menyimak akan ayat tersebut yang terlihat Yesus sungguh mempertanyakan suatu hal, yang sebenarnya menentang keberadaan kita saat ini. Pengutusan kita tanpa dibekali apa-apa, dan kala itu sungguh tak ada perasaan berkekurangan, dan sebuah kehampaan, justru kala pengutusan (kehadiran dan kelahiran) kita yang jadi kekayaan terbesar adalah Anugerah Allah dalam bentuk nafas hidup. Jika demikian maka apakah sulitnya bagi kita manusia untuk senantiasa menaikan rasa ungkapan syukur kita setiap saatnya untuk pemberian nafas kehidupan yang adalah paling berharga di mata yang mengutus kita yakni Tuhan Semesta Alam.

Apapun kelebihan kita jelaslah kita manusia tak dapat memungkiri bahwa kita akan senantiasa berada dalam kondisi merasa berkekurangan, oleh karenanya manusia dalam segala akal adalah anugerahkan Tuhan diharapkan mampu memaksimalkan semuanya dengan selalu berada dalam kondisi berkecukupan. Suasana dan kondisi berkecukupan dalan penafsiran manusia terkadang bias. Suasana berkecukupan yang seharus tergambar dalam pemikiran kita bersaman sebagai dasar acuan melangkah di hidup ini, yakni kita senantiasa memahami apa yang diamanati dalam 2 Korintus 8:15 yakni “Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.". Makna sesungguhnya dari suasana dan kondisi kecukupan termaknai secara baik sebagai situasi atau kondisi dimana tidak kurang dan juga tidak lebih. 

Selaku manusia situasi dan kondisi ini merupakan fenomena keberlangsungan hidup, mengapa demikian karena terkadang menusia masih, memunculkan prinsip hidup penuh ketidakpuasan, namun jika disadari sungguh yang memunculkan ketidakpuasan dalam diri pribadi kita hanyalah kedagingan yang sarat akan kahampaan atau ketidakberartian apa-apa hidup ini. Namun dalam segala kepenuhan janji Allah masih perlu kita pegang erat dalam kehidupan kita akan kemustahakan dalam artian mustahil tidak mustahil adalah milik Allah bukanlah milik manusia, karena itu sejumlah ayat dalam Firman Allah senantiasa memberikan penghiburan serta jaminan kekuatan bagi kita manusia seperti menghadapi fenomena hidup cukup yakni pada kitab 2 Korintus 9:8 yakni “Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan”. Kalaulah telah ada janji Allah bagi kita manusia apakah lagi yang diragukan dari kehidupan ini? Akan tetapi yang terpenting sebenarnya bagi kita bersama adalah sejauhmana kita mengaminidan mengimani ayat tersebut, melalui tindakan –tindakan bermakna sehingga tidakdapat membuat kita manusia selalu terperangkap dalam tindakan-tindakan yang tidak seharusnya dilakukan.

Tindakan-tindakan yang tidak seharusnya dilakukan oleh kita manusia, dalam pandangan keimanan kita sangat perlu kita perkuat sehingga apapun yang kita lakukan senantiasa sepadan dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Lalu bagaimana berbagai gejolak hidup yang berkecamuk kapan dan dimana saja yakni sibuk-sibuknya mengusahakan kesejahteraan pribadinya masing-masing ketimbang kepeduliannya terhadap sesamanya. Apakah ini merupakan kenyataan hidup yang harus dipahami sebagai fenomena sederhana, tidaklah demikian. Sesungguh yang paling diharapkan dari hidup kita seperti yang diamanatkan oleh Firman Tuhan yakni seperti terlihat pada kitab Amsal 15:16 yang mengamanatkan demikian “Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan”. Dengan demikian prinsip hidup yang konsisten untuk takut akan Tuhan adalah yang terbaik dan kelak akan membuahkan ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan kita, dan bukan seperi apa kata Firman Tuhan yakni hidup yang banyak dilingkupi rasa cemas.

Lalu bagaimana pula penghasilan kita terkadang jadi ukuran kebahagiaan kita manusia, lalu jika demikian apa yang selayaknya kita perhatikan untuk sebuah penghasilan yang sering menjadi ukuran seseorang dalam menilai kebahagian hidupnya.Di dunia ini banyak tawaran tersedia bagi kita manusia, tawaran-tawaran ini terkadang menjadi momok besar keterpurukan Iman manusia kepada Tuhan dan yang terlihat manusia tidak lagi taku melakukan berbagai penyimpangan-penyimpangan kapan dan dimana saja, sebagai akibat tidak adanya rasa takut akan murka Tuhan atas dirinya. Untuk semua itupun Tuhan telah mengamatkan dalam Firman-Nya pada Amsal 16:8 yakni “Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyaktanpa keadilan”.

Selanjutnya jika demikian hidup takut akan Tuhan seperti bagaimanakah yang hendaknya mewarnai keseharian hidup kita, tidak lain dan tidak bukan adalah hidup dalam kepenuhan kasih. Kalaupun kekayaan yang kita miliki adalah bersifat sementara, karena nikmat dunia adalah bersifat temporer semata. Oleh karenan kehidupan yang Takut akan Tuhan seperti yang diamanatkan oleh-Nya, sebenarnya merupakan suatu hal yang sederhana terlihat namun dalam kenyataannya terasa sulit hendaknya terwujud nyata di kehidupan keseharian kita, namun yang pasti semua yang kitalakukan dalam kasih mutlak mengandung janji keselamatan berasal dari padaNya seperti yang tertulis dalam Injil Lukas 7:47 yakni “Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih”. Karena itu, teruslah yakin bahwa kebutuhan kita setiap hari telah dan akan dipenuhi TUHAN senantiasa. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN


Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...