Sabtu, 31 Agustus 2019

KOTBAH MINGGU XI SETELAH TRINITATIS Minggu, 1 Septermber 2019 “YESUS ROTI HIDUP”

Minggu, 1 Septermber 2019

Kotbah: Yohanes 6:43-54 Bacaan: Yeremia 31:31-34



Minggu ini kita akan memasuki Minggu XI Setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema Yesus Roti Hidup”. Pernyataan ini muncul sesudah Yesus memberikan makan 5.000 orang. Lalu para umat mengikuti-Nya dengan motivasi yang salah yakni motivasi untuk mendapatkan makanan saja. Yesus melihat pikiran mereka bahwa dasar mereka untuk mengikut-Nya semata-mata hanyalah karena mereka telah keyang dari roti yang diberikan-Nya melalui mujizat (Yoh. 6:26). Kedatangan mereka bukan untuk mengenal Yesus lebih jauh, namun hanya supaya dapat melihat dan menikmati lagi roti dari mujizat Tuhan Yesus. 

Dari sikap orang-orang yang mencari-Nya, Yesus memberikan solusi atas pikiran mereka yang sesat itu, yaitu supaya mencari roti kehidupan, yang terkandung di dalamnya kekekalan, tidak lapar dan haus lagi. Roti hidup itu datangnya dari sorga, sebagaimana Tuhan memberikan Mannakepada bangsa Israel di Padang gurun, dan Roti Hidup itu sekarang telah datang ke dunia memberikan kepuasan dan kelegaan kepada setiap orang yang mau mengikuti dan percaya kepada-Nya.

Pangan merupakan kebutuhan pokok kita. Setiap hari kita memerlukan makanan. Sehingga kita harus menyadari bahwa sesungguhnya roti adalah tanda ketergantungan manusia kepada Allah. Sebab segala sesuatunya adalah berasal dari Tuhan. Namun Tuhan Yesus menyatakan pada kita bahwa ada yang lebih penting untuk kita miliki selain dari roti yang mengenyangkan itu, yakni roti hidup.Makanan yang kita konsumsi sehari-hari tentunya membuat kita kenyang, namun tidaklah bertahan lama, sebab setelahnya kita akan kembali lapar. Tidak demikian dengan roti hidup,yang dapat mengenyangkan dan melegakan kita sampai selama-lamanya. 

Yang mau kita cari bukanlah rotinya,tetapisumber dari roti itu berasal. Permasalahannya adalah siapa yang menjadi sumber hidup kita. Sehingga orang yang percaya kepada Yesus sebagai roti kehidupan tidak asal hidup, asal makan. Tetapi memiliki visi yang jauh kedepan, bahwa kita akan bersama-sama dengan Sumber Kehidupan itu selamanya.

Maka motivasi hidup kita harus jelas, kita bekerja bukan hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan sejengkal perut, namun Tuhan Yesus mengatakan: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal..” (Yoh. 6:27). Konsep kerja orang Kristen jauh lebih sekedar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi Tuhan mau kita bekerja atas dasar iman kepada Tuhan yang memberikan kebutuhan kehidupan kita. Tujuan kehidupan yang sesungguhnya bukan mencari hidup yang akan binasa, tetapi hidup yang kekal. 

Hidup manusia tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan fisik saja, sebagaimana yang kita ketahui bersama tidak ada yang dapat mempertahankan kekekalan kehidupan secara daging, namun Yesus menyadarkan kita untuk memperhatikan kehidupan jauh ke depan bahwa ada hidup yang abadi dan itu hanya dapat dimiliki oleh orang yang percaya kepada Kristus.

Gambaran akan hal ini sangat jelas terlihat dari pikiran dai umat Israel ketika Tuhan menurunkan Manna dan burung puyuh kepada mereka. Pikiran mereka yang duniawi condong pada sungut-sungut dengan tidak memandang masa depan. Sebab bagaimana mungkin mereka masih berpikiran tentang “kuali yang berisi daging dan makan roti sampai kenyang”, bahwa di Mesir mereka dapat merasakan hal demikian. Mereka sedang menyatakan tentang makanan yang sesungguhnya tidak berguna bagi hidup mereka. Sebab mereka bisa saja kenyang dengan makanan enak di tanah Mesir, tetapi sama sekali tidak akan berguna untuk masa depan mereka, sebab mereka akan tetap menjadi budak. Tetapi Tuhan menuntun mereka keluar dari Mesir supaya mereka dapat menjadi orang-orang yang merdeka dan berdaulat.

Demikianlah halnya dengan Roti Hidup yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus, bahwa orang-orang yang mencari-Nya itu menyadari bahwa ada yang lebih utama dari sekedar mencari makanan untuk kebutuhan fisik, yakni makanan rohani.Roti Hidup hanya diperoleh dengan percaya kepada Yesus yang turun dari sorga, yang memberikan jalan kehidupan yang kekal kepada manusia.

Ungkapan "Akulah roti hidup" ini hendak menegaskan, bahwa tujuan Yesus datang ke dunia ini bukan untuk memberikan makanan yang hanya dapat mengenyangkan tubuh jasmani yang bersifat sementara, melainkan makanan yang memelihara kehidupan rohani dan memberi hidup yang kekal. Dengan mentransformasikan diri-Nya menjadi roti hidup, Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai pusat dan Pemilik kehidupan universal. Sebab siapa pun yang memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya, pasti mendapatkan hidup kekal, bahkan dibangkitkan pada akhir zaman (Yoh. 6:54). Pernyataan ini sekaligus bermakna, bahwa menolak roti hidup berarti binasa. Kesimpulannya, dalam klaim, "AKULAH roti hidup", Tuhan Yesus menyatakan dengan tegas bahwa asal usul-Nya adalah surga, dan bahwa Dia sajalah yang memenuhi keseluruhan kerinduan rohani para pendengar-Nya.

Dalam perikop ini kita bisa melihat beberapa prinsip yang menekankan bahwa Yesus sungguh ingin agar kita memiliki hidup yang sejati. Prinsip-prinsip itu adalah:

Pertama,Yesus tertarik pada seluruh aspek kehidupan kita. Orang-orang yang datang kepada Yesus memiliki kebutuhan-kebutuhan yang besar untuk mendapatkan pengajaran yang berwibawa serta kesembuhan, baik untuk sakit penyakit maupun untuk ikatan kuasa-kuasa jahat. Dan Yesus pun mau memenuhi kebutuhan orang banyak itu. Namun Yesus bisa melihat kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan fisik lewat makanan, dan Ia pun berusaha memenuhi kebutuhan ini. Saya percaya, jika ditanya tentang apa kebutuhan kita saat ini, dengan cepat bisa kita berikan daftarnya. Tapi Yesus bisa melihat lebih dalam dari itu, dan Ia tahu kebutuhan yang tidak kita sadari sedikit pun. Dan Ia mau memenuhi kebutuhan tersebut.

Kedua,Yesus memenuhi kebutuhan kita dalam cara dan waktu-Nya. Dalam pasal sebelumnya kita sudah berbicara tentang Allah sendiri yang berinisiatif agar kita sembuh. Yesus mau memenuhi kebutuhan kita, namun bagaimana cara Dia melakukannya sebenarnya ada di luar kendali kita. Ketika Yesus bertanya kepada murid-muridnya bagaimana cara memberi makan kepada orang sebanyak itu, bisa kita bayangkan mereka akan berpandang-pandangan dengan mimik tidak percaya. Apalagi ketika Ia menyuruh orang-orang itu untuk duduk di rumput secara berkelompok, pasti murid-murid bertanya-tanya di dalam hati. Tapi sebenarnya Yesus telah memiliki rencana-Nya sendiri dan Ia tahu persis apa yang akan dilakukan-Nya.

Ketiga,Yesus bisa memakai apapun yang rela kita berikan pada-Nya. Seberapapun yang ada pada diri kita, bisa dipakai oleh Yesus, dan dipakai dengan luar biasa. Sering kita merasa tidak berarti dengan hal-hal yang kita punya, dan membayangkan apa yang akan kita lakukan dengan hal-hal yang tidak kita punya. Namun sebenarnya apapun yang kita miliki sekarang, kalau dipakai oleh Yesus, bisa menjadi sesuatu yang besar dan luar biasa. 5 roti dan 2 ikan tidak ada artinya untuk memberi makan 5000 orang laki-laki, tapi setelah disentuh oleh Yesus, membuat semua orang kenyang, dan bahkan berlebih. Ketika Yesus menyentuh dan menggunakan sesuatu, yang tidak berarti pun akan menjadi sangat berarti!

Keempat,Yesus mendorong kita untuk berpartisipasi dalam pekerjaan-Nya. Dengan segala mukjizat-Nya, Yesus tetap bekerjasama dengan kita untuk mencapai tujuan Allah. Sebenarnya Ia tidak membutuhkan roti dan ikan untuk membuat orang kenyang. Ia pun tidak membutuhkan kedua belas murid untuk membagikan makanan dan kemudian mengumpulkan sisanya. Ia bisa lakukan semua itu tanpa bantuan orang lain. Namun Yesus justru menyuruh muridnya untuk berpikir dan bekerja. Ketika Yesus memakai kita, tujuan-Nya adalah agar kita ikut ambil bagian dalam masterplan Allah, melakukan pekerjaan yang memiliki nilai kekekalan, dan itulah makna dari hidup yang sejati. Yesus memberi makna dalam hidup manusia dengan mengikutsertakan kita dalam rencana-Nya. Karena itu, marilah kita berjuang untuk mencari Roti Hidup yang akan membawa kita kepada kehidupan yang kekal. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...