Selasa, 29 Juni 2021

Renungan hari ini: “TAWAR HATI PADA MASA KESESAKAN” (Amsal 24:10)

 Renungan hari ini:

 

“TAWAR HATI PADA MASA KESESAKAN”




 

Amsal 24:10 (TB) "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu"

 

Proverbs 24:10 (NET) "If you faint in the day of trouble, your strength is small!"

 

Hidup yang penuh kesesakan hendaknya dihadapi dengan tenang dan menghindari diri dari kesesakan agar tidak tawar hati, sebab tawar hati pada masa kesesakan akan membuat kekuatankita menjadi kecil.Hidup yang kita jalani adalah hidup yang dinamis. Kadang kita merasa hidup begitu indah, namun kadang juga merasa hidup ini suram. Suramnya hidup biasanya kita alami jika kita berhadapan dengan kesusahan hidup, kesulitan, atau pergumulan hidup lainnya. Pada saat seperti itulah seringkali godaan datang berupa pikiran-pikiran yang membuat kita menjadi tawar hati, dan iblis tentu senang dengan keadaan ini. Ia akan memanfaatkannya untuk membujuk kita menjadi pribadi yang lemah.

 

Tawar hati diartikan sebagai suasana hati yang tidak gembira, tidak bernafsu, tidak bersemangat, atau tidak menaruh perhatian. Tawar hati membuat kita menjadi lemah, tidak memiliki daya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga agar tidak menjadi tawar hati, terlebih saat kita berada dalam situasi sulit hidup ini.

 

Tawar hati adalah merupakan suatu kondisi emosional negatif atau energi negatif yang akan merusak hidup dan kesehatan seseorang. Tawar hati merupakan akumulatif dari beragam energi negatif sepeti patah semangat, pesimis, tidak mempunyai pengharapan, tidak berdaya, putus asa dan perasaan negatif lainnya. Tawar hati dipicu oleh persoalan yang berkaitan dengan kesehatan, masalah finansial, persoalan dalam keluarga, problematika dalam dunia kerja, persoalan sosial yang tidak sehat dan sebagainya.

 

Dalam masa kesukaran, pada umumnya orang cenderung kecil hati, semangat menjadi menurun, energi positif menjadi berkurang, dan energi negatif semakin mendominasi. Roh kita menjadi lemah, dan diikuti oleh serangan fisik atau reaksi fisik seperti kaki kehilangan kekuatan, kehilangan daya, kekurangan semangat, kehilangan damai sejahtera dan kehilangan semangat hidup.

 

Amsal 24:10 ini mengajarkan kepada kita bahwa akan ada saatnya kita mengalami kesesakan akibat masalah-masalah kehidupan. Kita dapat merasakan kesesakan ketika muncul sakit penyakit, bisnis yang tidak berjalan lancar, atau ketika kemalangan terjadi. Ya, kita tidak dapat memilih apa yang akan terjadi dengan kehidupan ini. Namun, kita selalu dapat memilih respons atau sikap kita terhadap segala situasi kehidupan. Kita dapat menghadapi kesesakan hidup dengan pilihan sikap yang terbaik.

 

Menjadi tawar hati atau kehilangan semangat dalam kesesakan memperkecil kekuatan kita. Sebaliknya, menghadapi kesesakan dengan semangat juang yang tinggi akan menghasilkan sesuatu yang baik. Pilihan sikap kita di masa kesesakan akan menentukan masa depan. Hadapi kesesakan dengan semangat juang agar kita muncul sebagai pemenang!

 

Pertanyaan penting yang patut diajukan ialah bagaimana kita mengatasi tawar hati dalam hidup kita? Berdasarkan firman Tuhan, maka ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi rasa tawar hati, yaitu:

 

Pertama, menerima kenyataan dari hidup ini.  Hidup yang kita jalani adalah hidup yang real atau nyata. Karena hidup kita real atau nyata, maka ada masa di mana kita mengalami keadaan yang baik, tetapi juga ada saat di mana kita mengalami keadaan yang buruk. Artinya bahwa dalam realita kehidupan kita sesungguhnya ada beragam musim dan kita tidak bisa menghindarinya. Ada banyak orang yang tidak siap menerima kenyataan yang terjadi dalam hidupnya. Itu sebabnya banyak orang ingin menghindar dari hal-hal yang tidak sesuai dengan harapannya bahkan berusaha untuk meniadakannya.

 

Memang pada umumnya kita ingin supaya berada pada musim yang baik, musim yang sesuai dengan keinginan kita. Sikap inilah yang pada akhirnya mendatangkan kekecewaan dan kepahitan serta menjadi tawar hati. Bahkan timbul sikap yang mempersalahkan Tuhan. Sebagai pembawa damai, kita harus mengerti dan memahami bahwa sesungguhnya Tuhan tidak menjanjikan hidup kita berjalan mulus. Hidup kita bebas dari masalah. Yang Alkitab tegaskan bahwa Tuhan berjanji untuk senantiasa menyertai kita pada masa-masa sukar di hidup kita. Tuhan berjanji untuk memberikan pertolongan yang kita butuhkan (Yer. 17:7-8).

 

Kedua, kita harus memperkuat manusia roh kita.  “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu”. Kata "kekuatan" dalam ayat ini bukan berbicara fisik atau materi tetapi berbicara tentang kejiwaan. Orang yang berfisik besar atau orang yang berfinansial limpah belum tentu kuat ketika menghadapi persoalan hidup. Dan kata "kesesakan" bukan identik dengan kekurangan saja tetapi juga keadaan yang kecukupan. Jadi kesimpulannya kesesakan bisa terjadi kepada siapa saja. Seringnya orang Kristen mengabaikan pembangunan kerohanian dan lebih mementingkan kebutuhan jasmani. 

 

Mereka berpikir bahwa kekuatan hidupnya bersumber kepada jasmaninya. Kesehatan dan kedewasaan rohani itu sangat penting untuk menghadapi persoalan-persoalan dalam hidup kita sebab musim hidup selalu berganti namun seringkali kita mengabaikannya. Kualitas rohani kita akan tampak ketika kita diperhadapkan dengan masalah. 

 

Kita tidak akan pernah tahu perubahan musim hidup kita, tetapi kita bisa mengantisipasinya dengan membangun kekuatan kerohanian kita sehingga tidak mudah putus asa ketika musim kering itu tiba. Sama-sama umat Tuhan tetapi kadar iman yang dimiliki masing-masing orang tidaklah sama, seperti contohnya iman Daud dengan saudara-saudaranya. Ketika tentara Israel diperhadapkan dengan Goliat, iman Saul dan saudara-saudara Daud menciut. Tetapi sebaliknya iman Daud bertambah kuat sehingga Daud hanya membutuhkan umban kecil untuk membunuh Goliat. Sekecil apapun yang kita miliki jika disertai dengan iman, maka apa yang tidak mungkin akan menjadi mungkin (Mrk. 9:23). Jangan mudah patah semangat sebab ada Tuhan yang selalu menolong kita dan tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.

 

Ketiga, kita harus belajar untuk mengucap syukur dalam semua situasi. Bersyukur dalam segala hal itu adalah kehendak Tuhan, artinya dalam keadaan baik maupun buruk tetap bersyukur (1 Tes. 5:18). Bersyukur artinya kita mempercayai apa yang sedang terjadi dalam hidup kita semua atas seizin Tuhan dan tidak ada sedikitpun keraguan. 

 

Ayub adalah contoh pribadi yang bersyukur dalam segala hal. Di saat senang maupun susah Ayub mengawali ucapannya dengan pujian (Ayb. 1:21). Bersyukur menjadi kunci kekuatan kita sebab dengan bersyukur membuktikan bahwa kita percaya kepada Tuhan dan disitulah Roh Kudus memberi kekuatan kepada kita untuk tetap tegak berdiri. 

 

Orang yang tidak pernah bersyukur sesungguhnya mereka kurang percaya. Sebaliknya orang yang selalu bersyukur mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Tuhan dan mampu menyerahkan dan mempercayakan hidupnya kepada Tuhan sehingga tidak tawar hati di waktu kesesakan. Ingatlah juga firman Tuhan dalam Amsal 17:22, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." Karena itu, mari tumbuhkan kegembiraan dalam hati, dan pelihara semangat, agar kita tidak menjadi tawar hati, dan kehilangan kekuatan hidup. (rsnh)

 

Selamaat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...