Jumat, 22 Juni 2018

Kotbah Minggu Trinitatis 4 Minggu, 24 Juni 2018 "ALLAH BERKUASA ATAS SELURUH CIPTAAN”

Minggu, 24 Juni 2018

"ALLAH BERKUASA ATAS SELURUH CIPTAAN”
Kotbah: Mazmur 104:19-20 Bacaan: Kolose 1:15-23


Minggu ini kita akan memasuki Minggu keempat setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Allah berkuasa atas seluruh ciptaan-Nya”.Allah sebagai pencipta tentu Dialah yang paling berkuasa atas seluruh ciptaan-Nya baik tumbuhan, hewan dan binatang dan juga manusia. Semua ciptaan-Nya berada dalam kendali dan pengaruh-Nya. Dalam mazmur ini kita akan melihat bagaimana pemazmur memberikan gambaran tentang Allah yang menciptakan segala sesuatu dan pemeliharaan atas hasil pekerjaan-Nya. Mazmur ini menekankan keterlibatan Allah dengan segala hal yang telah diciptakan-Nya karena Ia tinggal di dunia serta menopangnya. Apa yang terus dilakukan oleh Allah di alam semesta ini mencerminkan kemuliaan-Nya. Namun ciptaan Allah tercemar karena dosa dan kejahatan manusia jadi mazmur ini diakhiri dengan doa agar Allah menyingkirkan semua hal yang jahat dan semua orang berdosa. Ini kidung yang berdekatan dengan  memuji Allah sebagai Pencipta dan Pengurus alam semesta. Ia memang mahabesar dan patut dipuji,  sebab Ia menjadikan alam dan segala makhluk patuh kepada-Nya,  Allah mengurus semua ciptaanNya dengan kebaikan,  Karya Allah itu adalah mulia,  dan semua makhluk tetap bergantung pada Dia yang memberi dan mengambil hidup,  Maka Allah yang Mahabesar patut dipuji orang benar dan ditakuti orang berdosa, Kemuliaan Allah dalam Puji-pujian. Biarlah kemuliaan Tuhan tetap untuk selama-lamanya. Pemazmur bernazar bahwa ia akan menyanyikan pujian bagi Allah sepanjang hidupnya. Kerinduannya agar orang-orang jahat dilenyapkan sejalan dengan konsepnya tentang kebaikan ciptaan Allah.

Agak unik membaca Mazmur ini, sebab ia bukan berbicara tentang kita dan Allah, tetapi Mazmur ini bercerita tentang Allah dan alam semesta. Ketika kita mendiami lingkungan sepi dari kicauan burung dan hijaunya pepohonan, kita sangat mendambakan kembali kepada lingkungan yang asri dan sejuk. Tidak heran banyak perumahan-perumahan di kota yang tandus dibangun dengan tema alam dan menjanjikan suasana yang teduh, namun terkadang inipun hanya impian belaka, penulis punya pengalaman tinggal di taman, yaitu Taman Harapan Baru tetapi hampir semua taman sudah jadi bangunan. Kita sangat merindukan untuk dapat menikmati keindahan dan alam yang asri, sampai-sampai orang-orang modern rela untuk membayar mahal dan pergi ke tempat yang sangat jauh demi mendapatkan tempat yang sejuk dan asri. Apakah masih ada kesempatan bagi kita untuk memahami kebesaran Allah melalui alam ciptaanNya? Ada banyak pihak yang oleh kemajuan ilmu dan teknologi ingin memahami lingkup kebesaran Allah melalui tingkat intelektual, pergumulan-pergumulan dan pemikiran-pemikiran teologis maupun secara emosional melalui pengalaman-pengalaman yang bernuansa rohani yang mempengaruhi suasana batin atau perasaan. Bagaimanapun kita harus ingat dengan mandat dari Tuhan untuk melestarikan alam ciptaan-Nya. Tanpa itu kita akan kehilangan besar dan tidak dapat menikmati lagi ciptaan Allah seperti yang ada di taman Eden sebelum Hawa dan Adam jatuh kedalam dosa, dengan melihat pada ciptaan Allah yang terpelihara dengan baik, kita dapat melihat Allah dalam kebesaranNya, sehingga timbul rasa kagum dan hormat kita atas segala perbuatan Allah. Tidak seperti saat ini dimana marak terjadi kebakaran hutan.

Mazmur 104 sendiri memberikan sebuah gambaran bagaimana keindahan berbagai unsur ciptaan Allah yang begitu agung, indah dan semarak untuk menggambarkan keagungan-Nya dan membuktikan kuasa-Nya yang telah menciptakan dan memeliharanya untuk makhluk ciptaan-Nya yang dikasihi-Nya.
Ketika menghadapi kepenatan dalam berkatifitas seharian, bukankah kita membutuhkan suasana yang nyaman dan teduh dan inilah yang Allah rancangkan untuk hidup kita, agar kita dapat bersukacita dan mendapatkan kelegaan dari rasa letih dan lelah kita (ay. 15). Inilah salah satu alasan, mengapa kita harus bertanggung jawab untuk melestarikan lingkungan alam yang asri dan tidak merusak alam ciptaan-Nya.

Salah satu bukti bahwa Allah ada, yaitu melalui ciptaan-Nya. Jadi alam adalah gambaran keagungan Allah sebagai Sang Pencipta. Kemuliaan dan pemeliharaan Allah tampak didalam kemegahan alam semesta, betapapun menakutkan alam ini maupun hewan-hewan buas lainnya, tapi tetaplah Allah ada diatas semuanya ini (ay. 26-32). Dan semua diciptakan dengan perhitungan yang matang untuk menjaga ekosistem dan memberikan kehidupan kepada segala makhluk, mari syukuri dengan merawatnya baik-baik.

Dalam berbagai kesibukan kita, carilah kesempatan untuk menikmati alam ciptaan ini, sebagai dasar untuk merenungkan kebesaranNya, sehingga menimbulkan rasa heran dan kagum serta dapat menikmati keteduhan sehingga mendapatkan kembali kesegaran untuk memulai perjuangan kita setiap hari.

Namun harus kita pahami bahwa pemazmur tidak hendak mengajak kita untuk memuji dan menyembah alam ciptaan TUHAN. Bagi pemazmur penyembahan terhadap benda-benda alam, adalah tidak benar dan bertentangan dengan perintah Allah. Mengapa karena pemazmur melihat, siapa yang menciptakan semuanya yaitu Allah yang dipuja dan disembah. Pujian kepada Allah dalam kebesaran-Nya menjadi penting, karena Dia yang menciptakan-Nya. Segala alam ciptaan-Nya dikaruniakan Allah untuk menunjang kebutuhan manusia di dunia. Jadi bukan untuk disembah manusia. Allah juga menjadlkan matahari dan bulan hanya sebagai pelayan-pelayan-Nya untuk memelihara kehidupan manusia dan dunia. Bukan untuk disembah. Mazmur ini berfungsi menolak penyembahan terhadap benda-benda langit. Segala sesuatu berasal dari Allah: langit, bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia - Allah menciptakan menjadikan semua itu dan menjadi bukti tentang kemahakuasaan Allah. Penciptaan Allah sekaligus menunjukkan Allah adalah pembangun dan pemelihara. Kekuasaan dan hikmat Allah begitu luar biasa mencengangkan dalam ciptaan-Nya, dan Ia masih terus bekerja untuk kebutuhan manusia sebagai umat-Nya. Pujilah Allah dalam kebesaran-Nya dan jangan menyembah kepada ciptaan. Pujilah Allah yang ada di dalam sorga, dan yang masih mencipta dan memelihara dunia serta isinya,

Bagaimanakah Allah berkuasa atas seluruh ciptaan-Nya? 

Pertama, Allah menciptakan bayang-bayang senja menemani istirahat di malam hari (ay. 20).Di bawah perlindungan malam segala binatang hutan bergerak untuk mencari makan, yang takut mereka lakukan di siang hari, sebab Allah telah membuat segala binatang di bumi takut dan gentar kepada manusia (Kej. 9:2), yang banyak mendatangkan keamanan bagi manusia sama seperti kehormatan bagi Allah. Lihatlah betapa hampir serupa dengan sifat binatang-binatang buas orang-orang yang menunggu senja (Ayb. 24:15) dan yang bersekutu dengan pekerjaan-pekerjaan kegelapan yang tidak berbuah. Dan bandingkanlah dengan ini bahaya dari ketidakacuhan dan kesedihan, yang keduanya seperti kegelapan bagi jiwa. Ketika, dalam kedua hal tersebut, hari mulai malam, maka bergeraklah segala binatang hutan. Pada waktu itulah godaan-godaan Iblis menyerang kita dan mengambil keuntungan melawan kita. Pada waktu itulah singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa. Dan, sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli ilmu alam, auman mereka membuat takut binatang-binatang jinak sehingga mereka tidak mempunyai kekuatan ataupun keberanian untuk menghindar dari binatang-binatang buas itu, padahal mereka bisa. Dengan demikian mereka menjadi mangsa yang empuk bagi binatang-binatang itu. Dikatakan bahwa mereka menuntut makanannya dari Allah, karena makanan itu tidak dipersiapkan bagi mereka oleh pemeliharaan dan perhitungan manusia, tetapi secara lebih langsung oleh pemeliharaan Allah. Auman singa-singa muda, seperti teriakan burung-burung gagak, ditafsirkan sebagai menuntut makanan dari Allah. Bukankah Allah memberikan tafsiran ini pada apa yang sekadar merupakan bahasa alam, bahkan pada makhluk-makhluk yang berbisa? Dan bukankah Dia akan memberikan tafsiran yang jauh lebih baik lagi pada apa yang merupakan bahasa anugerah dari umat-Nya sendiri, meskipun bahasa itu lemah dan berantakan, meskipun berupa keluhan-keluhan yang tidak terucapkan? 

Kedua,  Allah menemani ciptaan-Nya dengan cahaya (ay. 22-23).Apabila matahari terbit maka pada waktu itulah binatang-binatang buas kembali ke tempat peristirahatan mereka. Bahkan mereka mempunyai perkumpulan mereka sendiri, sebab mereka berkumpul semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya. Dan ini sungguh merupakan kasih setia yang besar bagi anak-anak manusia, sebab ketika mereka sedang berada di luar selama waktu antara matahari terbit dan terbenam, sebagaimana yang biasa dilakukan para pelancong, mereka terhindar dari pertemuan dengan binatang-binatang buas, sebab binatang-binatang itu tidak berkeliaran di luar pada saat itu. Karena itu, para pemalas tidak punya dalih untuk tidak bekerja di siang hari dengan alasan bahwa ada singa di jalan. Oleh sebab itu, pada saat itu manusia pun keluarlah ke pekerjaannya. Binatang-binatang pemangsa bergerak dengan takut. Manusia maju dengan berani, sebagai orang yang berkuasa. Binatang-binatang bergerak untuk merusak dan berbuat jahat. Manusia maju untuk bekerja dan berbuat baik. Ada pekerjaan setiap hari, yang harus dikerjakan pada hari itu, yang harus ditekuni manusia setiap pagi (sebab terang disediakan bagi kita untuk bekerja, bukan bermain). Dan pekerjaan itu harus terus ditekuninya sampai senja hari. Akan ada cukup banyak waktu untuk beristirahat ketika malam tiba, ketika tidak ada seorang pun yang dapat bekerja. 

Ketiga,Tuhan mengatur Alam dengan bijak, teratur dan sempurna (ay. 19-30).Pemazmur mengajak kita untuk memandang lagi ke langit dan menyebutkan beberapa benda angkasa yang ada. Semua beraktivitas sesuai dengan jadwal masing-masing secara teratur. Alam semesta penuh dengan ciptaan Tuhan, tetapi mereka bisa teratur. Tuhan juga mementingkan keteraturan. Di ayat 26 disebut mengenai Lewiatan, yaitu sejenis makhluk air yang besar berbentuk seperti ular. Binatang ini disebutkan beberapa kali di dalam Alkitab (Ayb. 3:8; Mzm. 74:14; Yes. 27:1) dan digambarkan di Ayub 41.

Kita patut merenungkan kemahakuasaan Tuhan di dalam kehidupan ini. Sesungguhnya Tuhan berkuasa atas seluruh ciptaan-Nya. Tuhan yang mengendalikan seluruh ciptaan dengan kuasa yang ada pada-Nya.
Memahami kuasa Pencipta dunia dengan segala isinya, bagi pemazmur tiada lagi kuasa yang melampauinya. Kekuasaan Tuhan bukan hanya menciptakan dunia tetapi Ia juga akan memeliharanya. Merenungkan kuasa Tuhan itu, maka yang dapat dilakukan pemazmur adalah menyanyi, mengungkapkan rasa kekagumannya, dan tentunya dalam sukacita.

Manusia adalah bagian dari ciptaan-Nya. Dengan demikian, hidup kita berada dalam pengendalian Tuhan. Kita tidak berkuasa atas segala yang terjadi dalam hidup ini. Karena itu, kita senantiasa menyerahkan hidup ini dalam pengendalian Tuhan. Satu hal yang patut kita lakukan dalam hidup ini adalah memuji dan memuliakan Tuhan dalam seluruh kehidupan ini. (rsnh)


Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: SEGAMBAR DENGAN ALLAH

Renungan hari ini: 

SEGAMBAR DENGAN ALLAH


Kejadian 1:26 (TB) Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi" 

Genesis 1:26 (NRSV) Then God said, "Let us make humankind in our image, according to our likeness; and let them have dominion over the fish of the sea, and over the birds of the air, and over the cattle, and over all the wild animals of the earth, and over every creeping thing that creeps upon the earth” 

Kata “segambar” di dalam bahasa Ibrani adalah “tselem”,yang artinya mirip wujud dan kemampuannya. Diterjemahkan juga sebagai bayangan. Sedangkan kata “serupa” diambil dari bahasa Ibrani “damah” yang artinya mirip dalam tingkah laku, kepribadian, dan karakter. Sehebat inilah manusia saat pertama kali diciptakan oleh TUHAN. Namun, seperti kita ketahui, manusia jatuh ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan TUHAN (Rm. 3:23).

Memiliki “gambar” atau “rupa” Allah, dalam pengertian yang paling sederhana, berarti manusia dibuat menyerupai Allah.  Adam tidak serupa dengan Allah dalam arti memiliki darah dan daging. Alkitab berkata bahwa “Allah itu Roh” (Yoh. 4:24) dan karena itu memiliki keberadaan tanpa tubuh. Namun, tubuh Adam mencerminkan hidup Allah karena diciptakan dengan kesehatan yang sempurna dan tidak tunduk kepada kematian.

Gambar Allah menunjuk pada bagian non-material dari manusia. Hal ini membedakan manusia dari binatang dan memampukan manusia mengemban “kekuasaan,” sebagaimana direncanakan Allah (Kej. 1:28), dan memampukan manusia berkomunikasi dengan Pencipta-Nya. Keserupaan ini termasuk dalam hal mental, moral dan sosial.  

Apa makna manusia segambar dengan Allah?

Pertama, secara mental, manusia diciptakan sebagai makhluk yang rasional dan berkehendak – dengan kata lain, manusia dapat menggunakan pikirannya dan bisa memilih. Ini adalah refleksi dari akal budi dan kebebasan Allah.  

Kedua, secara moral, manusia diciptakan dalam kebenaran dan kepolosan yang sempurna, suatu refleksi dari kesucian Allah. Allah melihat semua yang diciptakan-Nya (termasuk manusia) dan mengatakan, “sangat baik” (Kej. 1:31). Hati nurani kita atau “kompas moral” itu sisa dari keadaan yang asli itu.  Ketika seseorang menaati hukum, berbalik dari kejahatan, memuji kelakuan baik, atau merasa bersalah, orang itu meneguhkan fakta bahwa ia diciptakan menurut gambar Allah. 

Ketiga, secara sosial, manusia diciptakan untuk bersekutu. Hal ini mencerminkan ketritunggalan Allah dan kasih-Nya. Di taman Eden, relasi manusia yang terutama itu dengan Allah (Kej. 3:8 menyiratkan persekutuan dengan Allah), dan Allah menciptakan perempuan pertama karena "tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja” (Kej. 2:18). 

Setiap kali seseorang menikah, berteman, memeluk anak kecil, mengikuti kebaktian, dia menyatakan bahwa ia diciptakan menurut gambar Allah. Karena diciptakan menurut gambar Allah, Adam memiliki kebebasan untuk memilih. Meskipun dia diberikan pribadi yang suci, Adam memilih berdosa dan memberontak melawan Pencipta-Nya. Dengan berbuat demikian, dia mencemarkan gambar Allah yang ada dalam diri-Nya, dan mewariskan keserupaan yang rusak itu pada semua keturunannya, termasuk kita (Rm. 5:12). 

Saat ini, kita masih memiliki gambar Allah (Yak. 3:9), namun harus menanggung bekas-bekas dosa. Secara mental, moral, sosial dan fisik, kita memperlihatkan efek-efek dari dosa. Kabar baiknya, ketika Allah menebus seseorang, Dia mulai memulihkan gambar Allah yang asli itu, menciptakan “manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef. 4:24; Kol. 3:10). Karena itu, banggalah menjadi segambar dan serupa dengan Allah sebab di dalam dirikita ada Allah yang akan memberkati kita. (rsnh)

Selamat berakhir pekan dan besok ke Gereja

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...