Sabtu, 07 Desember 2019

KOTBAH MINGGU ADVENT II Minggu, 8 Desember 2019 “FIRMAN YANG MENJADI MANUSIA”

KOTBAH MINGGU ADVENT II
Minggu, 8 Desember 2019

FIRMAN YANG MENJADI MANUSIA
Kotbah: Yohanes 1:14-18  Bacaan: Imamat 18:15-19



Minggu ini kita memasuki Minggu Advent II. Tema yang akan kita renungkan adalah “Firman yang Menjadi Manusia”. Firman ALLAH sangat sulit dipahami dan dikenal manusia. Sejak Perjanjian Lama (PL) manusia selalu gagal memahami dan mengenal Firman ALLAH itu. Padahal ALLAH sendiri telah berkali-kali memperkenalkan diri-Nya kepada manusia melalui Hakim-hakim, Raja-raja, dan Nabi-nabi. Tetapi manusia masih saja sulit mengenal dan memahami Firman ALLAH itu. Satu-satunya cara agar Firman ALLAH itu bisa dikenal dan dipahami oleh manusia ialah FIRMAN itu menjadi MANUSIA.

Firman itu telah menjadi manusia. Kata “menjadi” bisa digunakan dalam 2 arti:
Ø  Dari ada menjadi tiada. Misalnya kalau kita berkata “nasi sudah menjadi bubur”, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya sudah hilang dan tidak ada lagi.
Ø  Ditambahkan sesuatu pada keberadaannya. Misalnya, kalau saya berkata “tahun lalu saya menjadi pendeta”, maka itu berarti mula-mula saya ada, dan setelah itu saya tetap ada dan tidak hilang, tetapi lalu kepada saya ditambahkan tahbisan pendeta. Itu berarti saya masih ada namun ditambahkan tahbisan pendeta.

Kalau kita berbicara tentang “Firman atau Allah menjadi manu­sia”, maka kita harus mengambil arti kedua dari kata “menjadi” tersebut! Pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang (bahkan tidak berkurang sedikitpun), tetapi kepada-Nya ditambahkan hakikat manusia.

Jadi, kalimat “Firman telah menjadi manusia” itu tidak boleh diar­tikan seakan-akan Yesus telah kehilangan ke-Ilahian-Nya, melainkan kepada-Nya ditambahkan hakikat kemanusiaan.

Pandangan ini hendak melawan pemahaman ajaran-ajaran yang menyimpang, seperti: 
Ø  Docetisme. Nama ini berasal dari kata bahasa Yunani dokein [= kelihatannya (to seem to be)]. Ajaran ini mengatakan bahwa Yesus cuma kelihatannya saja mempunyai tubuh manusia, tetapi sebetulnya itu bukan betul-betul tubuh. Mengapa ada orang yang bisa mempunyai pandangan seperti itu? Karena mereka dilatarbelakangi oleh filsafat Yunani yang menganggap bahwa Allah yang suci dan murni tidak bisa menyentuh matter (= zat / bahan). Mereka percaya bahwa Yesus adalah Allah, dan karena itu mereka beranggapan tidak mungkin Allah itu bersatu dengan tubuh (yang jelas adalah matter). Karena itulah mereka lalu mengatakan bahwa tubuh Yesus bukan betul-betul tubuh.
Ø  Anabaptist. Ajaran ini mengatakan bahwa Yesus  adalah Allah dan Ia juga adalah manusia, baik tubuh maupun jiwa/roh. Tetapi hakikat manusia (=human nature) Yesus ini Ia bawa dari surga. Dengan kata lain Yesus bukan betul-betul anak dari Maria; Ia hanya semacam “bayi tabung” buatan surga (=made in heaven  yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, dan lalu dilahirkan oleh Maria. Ini jelas juga ajaran yang salah / sesat, karena: (a) Ini berarti bahwa Yesus bukan betul-betul keturunan Daud, maupun Abraham, maupun Adam dan Hawa (bandingkan dengan Ro 1:3  Ro 9:5  Kej 12:3  Kej 3:15). (b) Ini berarti Yesus cuma serupa dengan kita, tetapi secara organ­ic sama sekali tidak berhubungan dengan kita, sehingga Ia tidak mungkin menebus kita (bdk. Ibr 2:14-17).

Apakah tugas kita di masa Advent II ini?

Pertama, kita memberikan kesaksian (ay. 15). Setelah rasul Yohanes mengajarkan bahwa Yesus atau Firman itu adalah Allah yang bersifat kekal (ay. 1-2), dan bahwa Yesus atau Firman itu telah menjadi daging atau manusia (ay. 14), maka sekarang dalam ayat 15 ini rasul Yohanes mendukung ajarannya tadi dengan menggunakan kesak­sian Yohanes Pembaptis tentang Tuhan Yesus.

Kalau kita mengajarkan sesuatu, adalah baik kalau kita bisa mendu­kung ajaran kita dengan menggunakan kata-kata seorang tokoh (ahli theologia / penafsir tertentu, Pendeta yang top dsb). Tetapi pada saat yang sama kita tidak boleh melupakan dukungan ayat Kitab Suci! Ini bahkan lebih penting dari dukungan kata-kata tokoh tersebut, betapapun besarnya dan hebatnya tokoh itu!

Kata-kata Yohanes Pembaptis dalam ay 15 itu menunjukkan bahwa sekalipun Yesus datang setelah Yohanes Pembaptis (ingat bahwa Yohanes Pembaptis lebih tua 6 bulan dari Yesus), tetapi ditinjau dari sudut keilahianNya Yesus sudah ada sebelum Yohanes.

Kedua,  kita menerima kasih karunia (ay. 16). Kasih karunia atau berkat rohani ini hanya bisa kita dapatkan kalau kita ada di dalam Kristus. Artinya, masa advent ini kita mempersiapkan diri untuk menerima kedatangan Yesus kali kedua, maka pada saat yang sama kita pun akan mendapatkan kasih karunia demi kasih karunia dari ALLAH. Istilah “kasih karunia demi kasih karunia” ini menggambarkan bahwa kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus itu seperti gelombang laut, di mana gelombang dan ombak yang di bela­kang menumpuki gelombang dan ombak yang di depan secara terus menerus. Karena itu asal kita ada di dalam Kristus, kita tidak akan kekurangan kasih karunia. Dalam keadaan apapun kita berada, dalam susah atau senang, dalam kelimpahan atau kekurangan, dalam sehat maupun sakit, kasih karunia Allah selalu mencukupi kebutuhan kita (bdk. Maz 23:1  2Kor 12:9).

Ketiga, berusahalah melihat ALLAH yang sudah menjadi MANUSIA itu (ay. 18). Memang kita harus mengakui bahwa tak seorangpun yang pernah melihat Allah (bnd. Kel. 33:20,23;  Yoh. 6:46;  1Tim. 6:16;  1Yoh. 4:12a). Yang mampu melihat ALLAH hanya MANUSIA yang ADA di PANGKUAN BAPA. Kata “Pangkuan” dalam bahasa aslinya adalah bosom, artinya dada (bnd. Luk. 16:23 - Lazarus duduk di pangkuannya). Karena itu jangan membayangkan seolah-olah Yesus adalah seorang anak kecil yang sedang dipangku oleh ayahnya. Gambaran yang seha­rusnya adalah: Yesus ada di dada, atau ada dalam pelukan, BapaNya. Ini menunjukkan bahwa Yesus dan Bapa saling mengasihi, dan mempunyai hubungan dan persekutuan yang sangat intim. Jadi supaya kita bisa melihat kedatangan Yesus kali kedua, maka kita harus berusaha berada dalam pelukan (baca: dada) ALLAH. Artinya, kita bisa duduk di pangkuan ALLAH sehingga kita bisa melihat ALLAH dengan baik dan benar. Dengan kata lain untuk bisa melihat ALLAH dengan baik dan benar maka kita harus bersama Yesus, karena kita tidak mungkin bisa mengenal Bapa tanpa melalui YESUS. Karena itu, marilah kita menyambut kedatangan Firman yang telah menjadi Manusia itu kali kedua. (rsnh)

Selamat Merayakan Mingugu Advent II!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...