Renungan hari ini:
“MENGUJI DALAM DAPUR KESENGSARAAN”
Yesaya 48:10 (TB) "Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan"
Isaiah 48:10 (NET) "Look, I have refined you, but not as silver; I have purified you in the furnace of misery"
Untuk melihat kemurnian emas diperlukan pembakaran. Dengan dibakar maka kita akan mengetahui jenis emas itu, apakah 24 karat, atau 22 karat, atau emas murni. Artinya, untuk melihat kualitas emas itu, harus melewati masa penderitaan dengan dibakar pada suhu tertentu. Demikianlah kita umat percaya. Untuk mengetahui kadar imankita, maka TUHAN memberikan ujian bagi kita. Proses pemurnian itu bukan seperti perak, namun proses pengujian itu dalam darpur kesengsaraan.
Tuhan akan menggunakan kesengsaraan untuk menguji kita agar menjadi emas yang murni! Namun, karena kasih kemurahan Tuhan, Ia tidak akan menguji kita seperti perak, karena kuatir kita menderita terlalu lama di dalam dapur kesengsaraan dan tidak tahan terhadap banyaknya sengsara yang membuat kita kehilangan pengharapan dan iman. Jadi, hai anak-anak Tuhan! Janganlah takut terhadap dapur kesengsaraan, karena itu adalah penderitaan yang harus diterima untuk masuk ke dalam pintu Sorga.
Tuhan sungguh tidak akan memilih manusia di dalam dapur pesta pora, kebebasan, kenyamanan, dan kedamaian.Karena tidak akan ada orang yang merespon pemilihan Tuhan dalam keadaan semacam itu. Manusia tidak akan mencari dan mendekat kepada Tuhan ketika hidupnya lancar, segala sesuatu berjalan sesuai keinginan hati, merasa puas dan sukses. Hanya dalam dapur kesengsaraan seperti sakit penyakit, jiwa gundah gulana, tertekan, dan penuh kekhawatiranlah yang membuat manusia mendekat kepada Tuhan.
Jika Tuhan pernah menguji bangsa Israel dengan menggunakan berbagai penderitaan, seperti tekanan dari bangsa kafir, penawanan, hingga kemusnahan negara, maka Tuhan juga akan menggunakan berbagai macam kesukaran untuk menguji kita, agar kita menjadi alat yang berkenan dan dapat dipakai oleh Tuhan. Namun, ujian dari Tuhan masih belum mencapai tahap pengujian semurni perak, Tuhan akan menghentikan pengujian untuk sementara waktu, karena kuatir tingkat kepanasan untuk menguji perak itu akan membuat kita meleleh dan hancur terbakar. Jadi, segala pengujian yang Tuhan berikan kepada kita sesungguhnya dapat kita tahan, maka waspadalah jangan sampai kita kehilangan iman dan bersungut-sungut.
Proses pengujian dengan cara dibakar dalam dapur kesengseraan merupakan tindakan Allah yang lebih lunak.Sebab jika dimurnikan seperti perak, perlu proses lama dan tingkat panas yang paling tinggi (gambaran tentang ujian/penderitaan yang paling berat). Tetapi dimurnikan dalam dapur kesengsaraan, berarti tidak berat. Jadi, ketika orang percaya alami kesengsaraan, sesungguhnya itu bukanlah ujian yang berat (pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita – 1 Korintus 10:13). Yang terpenting adalah, melalui kesengsaraan itu, Allah mau memberikan masa depan yang baru kepada anak-anakNya.
Kata “dapur” menunjuk pengertian perapian. Di setiap rumah, pasti mempunyai dapur / perapian, yang umumnya digunakan untuk memasak makanan. Memasak adalah proses mengolah bahan mentah menjadi makanan yang matang sehingga dapat dinikmati. Secara rohani, ini menggambarkan bahwa, Tuhan pakai kesengsaraan di setiap rumah tangga atau keluarga anak-anak Tuhan, untuk memproses iman, sikap hati, dan karakter mereka yang masih “mentah”, supaya menjadi matang (dewasa rohani), sehingga mereka bisa menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Ini sesuai dengan istilah sengsara membawa nikmat. Untuk itu, jangan tolak kesengsaraan; sebab kesengsaraan dari Tuhan memurnikan hidup kita menjadi lebih mulia.
Kata “Kesengsaraan” dalam Bahasa Ibrani ony yang artinya: penderitaan, kemalangan, kemelaratan. Kita diuji bukan hanya dalam kemelaratan, tetapi kita juga diuji dalam panasnya api penderitaan. Allah melakukan ini karena ada sesuatu yang kita lakukan yaitu dalam ayat 11. Di sini dikatakan bahwa Tuhan melakukan itu karena nama-Nya dinajiskan.Tuhan melakuakn itu karena kita yang sudah menajiskan nama Tuhan. Secara tidak sadar seringkali sikap kita mencoreng nama Tuhan. Yesaya 48:1. “Dengarlah Firman ini, hai kaum keturunan Yakub, yang menyebutkan dirinya dengan nama Israel, dan yang adalah keturunan Yehuda yang bersumpah demi nama Tuhan dan mengakui Allah Israel tetapi bukan dengan sungguh-sungguh dan dengan Tulus hati.” Seringkali kita menyebut nama Tuhan tetapi tidak dengan sungguh-sungguh. Orang yang menyebut nama Tuhan dengan sungguh-sungguh tentu dia tidak akan melakukan dosa. Oleh karena itu dalam Surat 2 Timotius 2:19 dikatakan bahwa; “Dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ”Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya” dan setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.” Jadi orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan. Kalau kita masih melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan maka kita akan ada dalam dapur penderitaan.
Ketika penderitaan itu datang sadarilah bahwa Tuhan mau kita hidup seperti Dia. Tuhan mau agar hidup kita itu kudus dan berkenan kepada-Nya. Oleh karena itu bertobatlah apabila kita diperingatkan oleh-Nya. Tinggalkan hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya. Ketika kita mau tinggalkan semua hal yang kotor maka kita tidak akan masuk dalam dapur penderitaan. Ingat bahwa mengapa Tuhan membawa kita masuk dalam dapur penderitaan? Karena kita yang seringkali mencoreng nama Tuhan lewat sikap hidup kita. Karena itu, cerminkalah kemuliaan Tuhan dalam setiap hidup kita, sehingga hidup kita ini menjadi berkat bagi orang lain dan nama Tuhan dipermuliakan. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN