Sabtu, 25 Desember 2021

KOTBAH NATAL 2 Minggu, 26 Desember 2021 “FIRMAN ITU TELAH MENJADI MANUSIA” (Yohannes 1:14-18)

 KOTBAH NATAL 2

Minggu, 26 Desember 2021

 

FIRMAN ITU TELAH MENJADI MANUSIA

Kotbah: Yohannes 1:14-18   Bacaan: Yesaya 52:7-10




 

 

Hari ini kita memasuki Hari Raya Natal Kedua Kelahiran Yesus di dunia ini. Tema kita hari adalah “Firman itu Telah Menjadi Manusia”. Bahasa Yunani untuk firman adalah λογος logos yang berarti kata (word). Kata itu berarti “perkataan, pikiran, konsep, dan ungkapan.” Pada dasarnya, kata ini mengacu kepada suatu komunikasi yang unik. Yohanes menyatakan bahwa ketika Allah mengkomunikasikan diri-Nya sendiri kepada manusia, Ia melakukan ini dalam tubuh manusia (ay. 14) melalui Logos. Yohanes mengumumkan bahwa dari permulaan, Logos itu sudah ada. Ia tidak lain adalah Allah itu sendiri. Bukan hanya membawa Firman itu, namun bersamanya di dalam pribadi-Nya sendiri, hidup dan keberadaan-Nya sendiri. Akhirnya Logos itu adalah Allah yang kekal. Tidak pernah ada waktu di mana Logos itu tidak sepenuhnya Allah.  

 

Ada beberapa hal yang kita pelajari dari perikop kotbah Natal 2 ini, yakni:

 

Pertama, Allah menjadi manusia. Yohanes dalam pimpinan Roh Kudus menuliskan: pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (Yoh 1:1). Jadi, Allah menjadi manusia berarti Allah masuk dalam kronologi dan hal menjelaskan mengenai Allah membatasi diri-Nya untuk menjadi sama dengan manusia. Dalam bahasa Yunani menjadi adalah γινομαι, ginomai yang berarti menjadi (to become). Kata ini menjelaskan bahwa Allah menjadikan diri-Nya menjadi manusia. Dalam Filipi 2:6-7 menyatakan bahwa: yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 

 

Allah adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu. Allah yang menciptakan kronologi, tetapi Dia sendiri masuk kedalam kronologi dengan menjadi manusia. Allah menjadi manusia  adalah peristiwa yang unik dan satu-satunya di dalam dunia. Berbicara mengenai penciptaan, ada empat metode penciptaan, antara lain:

a.    Pertama, Tanpa manusia yakni laki-laki dan perempuan Allah menciptakan Adam manusia pertama.

b.    Kedua, Tanpa perempuan, hanya laki-laki Allah menciptakan manusia dengan tulang rusuk milik laki-laki.

c.    Ketiga, Allah menciptakan manusia melalui manusia, laki-laki dan perempuan, itu kita semua.

d.    Dan yang keempat, Allah meminjam rahim perempuan yaitu Maria untuk mengandung dan kemudian melahirkan Tuhan Yesus sebagai juruselamat manusia. 

 

Menjadi manusia, kata manusia dalam teks Yohanes 1:14 diterjemahkan dalam bahasa Yunani dengan σαρξ, sarx yang berarti daging (flesh). Maksud kata ini adalah bahwa pribadi kedua tritunggal mengambil rupa manusia bagi diri-Nya sendiri. Tetapi, Ia tak memiliki kemanusiaan sampai kelahiran, karena Tuhan menjadi mausia. Meskipun demikian, kemanusiaan-Nya adalah tanpa Dosa. Waktu menjadi manusia, kelilahian-Nya tidak ditanggalkan atau berkurang, atau mengkerut, dan Dia tidak berhenti melaksanakan fungsi kelilahian-Nya yang ada pada-Nya sebelumnya. 

 

Dengan demikian, inkarnasi atau menjadi manusia itu bukanlah pengurangan dari keilahian, melainkan penerimaan kemanusiaan. Bukan bahwa Anak Allah menyusup mendiami jasad manusia, seperti Roh dikemudian hari berbuat demikian. Dia bukan membajui diri-Nya dalam tubuh manusia, dengan merampas tempat dari tubuh itu dan mendiaminya. Akhirnya, Allah menjadi manusia berarti Allah dalam kedaulatan-Nya membatasi diri untuk tujuan-Nya yang mulia.

 

Kedua, menjadi manusia adalah pengorbanan. Menjadi manusia adalah suatu pengorbanan. Pengorbanan sebenarnya bermula tidak dari salib. Salib adalah puncak atau klimaks dari kasih Allah itu. Tetapi permulaannya adalah Allah dalam kedaulatan-Nya rela mengosongkan diri-Nya untuk datang ke dunia dengan cara mengosongkan diri yaitu dengan mengambil rupa sebagai seorang hamba. Dalam inkarnasi sebagai Kristus, Dia lahir di kandang binatang, diasuh oleh Maria dan Yusuf seperti seorang yang tidak tidak bisa berbuat apa-apa dan harus mati di atas kayu salib. Pengorbanan ini dapat di kelompokkan dengan beberapa hal, antara lain:

 

a.    Meninggalkan kemuliaan. Meninggalkan kemuliaan-Nya berarti, dengan inisitif-Nya merelakan diasuh atau dipelihara bahkan dilindungi oleh manusia yang adalah ciptaan-Nya sendiri yakni Maria dan Yusuf. Tindakan yang demikian adalah pengorbanan, karena dengan tujuan-Nya harus turun sampai kepada suatu level yang rendah yakni sama dengan manusia berdosa. Sama seperti orang berdosa dalam pengertian Dia juga mengalami kelelahan, naluri untuk makan tetapi tidak berbuat dosa.

b.    Menjadi rupa seorang hamba atau pengosongan, padahal Dia adalah pencipta. Pernyataan pengosongan diri Kristus atau kenosis (Flp. 2:7) telah dibicarakan di sepanjang sejarah gereja. Kenosis adalah suatu nasihat untuk merendahkan diri, menuruti teladan Kristus yang telah meninggalkan kemuliaan untuk menderita di kayu salib. Tidak seorangpun memaksakan Tuhan Yesus turun ke dalam dunia dan akhirnya mati di kayu salib selaku penanggung dosa. Menjadi rupa seorang hamba nyata dalam pribadi Tuhan Yesus saat membasuh kaki murid-murid-Nya. Mambasuk kaki orang pada waktu itu adalah tugas seorang budak, tetapi Tuhan Yesus melakukannya. Hal ini tidak pernah terjadi, dan hanya Kristuslah yang melakukannya dan itulah moralitas yang paling tinggi dan juga sekaligus menunjukkan sesuatu yang melampaui rasio manusia, Karena Kristus melakukan sesuatu yang tidak normal atau tidak sesuatu dengan biasanya.

c.    Membatasi diri-Nya dan menjadi manusia sehingga turut merasakan apa yang dirasakan manusia. Yang tidak terbatas menjadi terbatas. Yang tidak kelihatan menjadi kelihatan, Yang transenden menjadi imanen. Yang jauh menjadi dekat. Yang melampaui pencapaian pikiran manusia menjadi dapat dilihat… “Firman itu telah menjadi manusia.” Ia menjadi apa yang sebelumnya bukan. Ia tidak kehilangan esensinya sebagai Allah, namun Ia menjadi manusia.

 

Ketiga, dampak menjadi manusia.

a.    Meruntuhkan tembok pemisah antara manusia dengan AllahDalam PL para imam adalah perantara antara umat dan Allahnya yang berkuasa. Fungsi utamanya adalah membawakan korban-korban, dengan tugas tambahan mengajarkan hukum Taurat. Tetapi, peristiwa tabut Allah yang terbelah pada saat Yesus Kristus menghembuskan nafas dan menyatakan bahwa sudah selesai sebagai simbol bahwa antara manusia dengan Allah sudah diperdamaikan. Akses untuk datang kepada Allah tidak harus melalui manusia, dengan segala korban bakaran tetapi melalui Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian pengorbanan Kristus, siapa saja dapat datang kepada Allah harus melalui imam. Jadi, tidak benar jika seorang menjadikan dirinya seolah-olah Allah dan beranggapan bahwa dia benar dan orang yang datang kepadanya itulah yang berkenan di hadapan Allah.

 

b.    Meruntuhkan tembok pemisah antara manusia dengan manusia. Di dalam Kritus tidak ada lagi diskrimimasi karena semua di hadapan Allah setara adanya. Hal dimungkinkan karena, Allah itu esa, atau satu; baik yang memiliki status social level high (tinggi), middle (menengah) dan level low (rendah) semua memiliki Tuhan yang sama. Itulah yang dikatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, bahwa: Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di surga dan Ia tidak memandang muka (Ef. 6:9). Selaras dengan itu pernyataan yang sama juga dinyatakan kepada Jemaat di Filipi bahwa: Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Flp. 2:5). Dengan demikian, maka diskriminasi seharusnya tidak ada karena Kristus telah mendamaikan manusia dengan Allah dan dampak secara langsungnya seharusnya menjadikan  hubungan manusia dan manusia harus harmonis

 

RENUNGAN

 

Allah menjadi manusia adalah keajaiban dalam sejarah yang terjadi hanya satu kali oleh pribadi yang ajaib pula yaitu Tuhan Yesus Kristus. Allah menjadi menjadi manusia adalah kehendak-Nya atau inisiatifnya bukan sebagai pengaruh dari pribadi manapun atau keadaan apapun. Allah menjadi manusia adalah suatu wujud pengorbanan yang nyata dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus; dalam karyanya sejak kelahiran sampai kematian-Nya. Allah menjadi manusia adalah cara Allah melalui Tuhan Yesus untuk meruntuhkan tembok pemisah antara Allah dengan manusia dan manusia dengan manusia

 

Berdasarkan semua hal-hal di atas, maka:

a.    Marilah kita meneladani Allah yang relah menghampakan diri karena kasih-Nya.

b.    Marilah di hari Natal ini kita memaknai arti natal ini kita sehingga hubungan antara kita dengan Allah semakin harmonis yang terwujud dalam kehidupan pribadi, keluarga dan gereja bahkan bangsa.

c.    Marilah kita mengeluarkan uang tidak untuk hal yang sia-sia, melainakn untuk pekerjaan Tuhan yang memproklamasikan bahwa Allah telah memperdamaikan manusia dengan Allah melalui Tuhan Yesus.

d.    Marilah kita membangun hubungan yang harmonis antara sesama dengan menghapus segala bentuk bentuk diskriminasi di keluarga, gereja dan bangsa.

 

Selamat Hari Natal Kedua 26 Desember 2021 bagi kita semua!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...