Renungan hari ini:
“JANGAN HATIMU IRI KEPADA ORANG BERDOSA”
Amsal 23:17 (TB2) "Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan TUHAN senantiasa"
Proverbs 23:17 (NET) "Do not let your heart envy sinners, but rather be zealous in fearing the Lord all the time"
Nas hari ini menyarankan agar kita tidak merasa iri terhadap orang-orang berdosa dan sebaliknya, tetap takut kepada TUHAN secara konsisten. Latar belakang pernyataan ini dapat dipahami melalui pemahaman prinsip-prinsip ajaran agama Yahudi dan Kristen yang terkandung dalam Kitab Amsal. Dalam konteks ajaran agama ini, iri hati dianggap sebagai sikap yang tidak sehat dan bertentangan dengan prinsip cinta kasih, keadilan, dan kebenaran yang diajarkan oleh TUHAN. Iri hati sering kali muncul ketika seseorang melihat orang lain memiliki sesuatu yang mereka inginkan atau merasa bahwa orang lain lebih berhasil atau bahagia daripada mereka. Iri hati dapat menghasilkan rasa ketidakpuasan, kekecewaan, dan kebencian yang merugikan diri sendiri dan hubungan sosial.
Dalam Kitab Amsal, penulis menekankan pentingnya menjaga hati agar terbebas dari iri hati. Penulis menyarankan agar kita tidak memandang orang-orang berdosa dengan iri hati, karena hal itu hanya akan menyebabkan kita terjerumus ke dalam kehidupan yang tidak benar dan mengabaikan nilai-nilai spiritual yang penting. Sebagai gantinya, penulis menekankan perlunya memiliki takut akan TUHAN. Takut akan TUHAN di sini bukanlah takut dalam arti takut akan hukuman, tetapi lebih pada rasa hormat, ketaatan, dan kagum kepada TUHAN. Hal ini mencerminkan kesadaran akan kehadiran-Nya yang sempurna, kebijaksanaan-Nya, dan kemampuan-Nya untuk memberikan petunjuk hidup yang benar. Dengan memiliki takut akan TUHAN, kita akan memiliki pegangan moral yang kokoh, menghindari jalan dosa, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Pesan ini mengajak kita untuk memfokuskan perhatian dan pemikiran kita pada hubungan kita dengan TUHAN serta kehidupan rohani yang benar, daripada membanding-bandingkan diri dengan orang lain atau merasa iri terhadap mereka. Dengan begitu, kita dapat menghindari jalan yang salah dan hidup dalam kebenaran dan kasih yang diperintahkan oleh TUHAN.
Tujuan penulis Kitab Amsal dalam menyampaikan pernyataan "Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan TUHAN senantiasa" adalah untuk memberikan nasihat yang bijaksana dan pedoman moral kepada pembaca. Kitab Amsal secara umum ditulis oleh Raja Salomo dan mengandung kumpulan ajaran hikmat dan prinsip hidup yang diperlukan untuk menjalani kehidupan yang benar di hadapan TUHAN. Dalam konteks ayat ini, penulis ingin mengingatkan pembaca agar menjauhi sikap iri hati terhadap orang-orang berdosa. Iri hati adalah sikap yang merugikan, yang sering kali melahirkan keinginan untuk mencapai apa yang dimiliki orang lain atau merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki sendiri. Penulis ingin menekankan bahwa iri hati tidak sejalan dengan prinsip hidup yang diperintahkan oleh TUHAN.
Sebagai gantinya, penulis mengajak pembaca untuk memiliki takut akan TUHAN secara konsisten. "Takut akan TUHAN" di sini mengacu pada rasa hormat, ketaatan, dan kesadaran akan kehadiran dan kebesaran TUHAN dalam hidup kita. Dengan memiliki takut akan TUHAN, kita akan menjadikan-Nya sebagai otoritas dan pegangan moral dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penekanan takut akan TUHAN adalah agar pembaca terhindar dari jalan dosa dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan menjaga hubungan yang baik dengan TUHAN, kita dapat mengembangkan karakter yang baik, membuat keputusan yang bijaksana, dan hidup dalam kebenaran serta kekudusan.
Pernyataan penulis dalam Kitab Amsal 23:17, "Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan TUHAN senantiasa," mengandung beberapa hal yang perlu direnungkan:
Pertama, kita perlu mengatasi rasa iri hati. Penulis menekankan pentingnya untuk tidak merasa iri terhadap orang-orang berdosa. Iri hati adalah sikap yang merugikan, dapat menciptakan ketidakpuasan dan merusak hubungan sosial. Pernyataan ini mengingatkan kita untuk fokus pada pengembangan diri sendiri dan menghargai apa yang kita miliki, daripada membanding-bandingkan dengan orang lain.
Kedua, kita harus mengutamakan takut akan TUHAN. Penulis menegaskan agar kita senantiasa memiliki takut akan TUHAN. Hal ini menunjukkan perlunya mengutamakan hubungan spiritual dan moral dengan TUHAN dalam hidup kita. Dengan memiliki rasa hormat, ketaatan, dan kesadaran akan kebesaran TUHAN, kita akan hidup sesuai dengan nilai-nilai-Nya dan mematuhi kehendak-Nya.
Ketiga, kita harus fokus pada nilai-nilai spiritual. Pernyataan ini mengajak kita untuk mengalihkan perhatian dan pemikiran kita pada hal-hal yang lebih penting, yaitu hubungan dengan TUHAN dan nilai-nilai-Nya. Dengan memusatkan perhatian pada takut akan TUHAN, kita dapat menghindari godaan untuk terlibat dalam perilaku yang salah dan menjaga integritas moral kita.
Keempat, kita perlu mempertimbangkan akibat dari iri hati. Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa iri hati dapat membawa kita ke jalan dosa dan menjauhkan kita dari hidup yang benar. Dengan merenungkan hal ini, kita dapat lebih waspada terhadap bahaya iri hati dan berusaha untuk membangun sikap yang sehat dalam hubungan dengan orang lain.
Kelima, kita harus memiliki kebijaksanaan hidup. Keseluruhan pesan dalam pernyataan ini adalah untuk membimbing kita dalam hidup dengan bijaksana. Dengan menghindari iri hati dan mengutamakan takut akan TUHAN, kita dapat mengembangkan karakter yang baik, membuat keputusan yang tepat, dan hidup dalam kebenaran serta kekudusan. Melalui pemahaman dan refleksi terhadap pernyataan ini, kita dapat merenungkan pentingnya menjaga hati dari iri hati, memprioritaskan hubungan dengan TUHAN, dan hidup sesuai dengan nilai-nilai-Nya. Karena itu, renungan ini akan membantu kita untuk tumbuh secara spiritual dan mencapai kehidupan yang lebih bermakna dan berarti. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN