Sabtu, 23 Mei 2020

KOTBAH MINGGU EXAUDI Minggu, 24 Mei 2020 “TUHAN MENDENGAR SERUAN ORANG PERCAYA”

KOTBAH MINGGU EXAUDI 
Minggu, 24 Mei 2020

“TUHAN MENDENGAR SERUAN ORANG PERCAYA”
Kotbah: Matius 20:29-34    Bacaan: Mazmur 27:7-14



Minggu ini kita memasuki Minggu Exaudi, yang artinya, “Dengarlah seruan yang  ku sampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku” (Mzm. 27:7). Dalam Minggu ini tema yang akan kita renungkan adalah “TUHAN Mendengar Seruan Orang Percaya”. Seruan kepada Tuhan menunjukkan satu permohonan yang sangat mengharapkan pertolongan Tuhan. Dan Allah kita adalah Allah yang selalu gemar mendengar seruan umat-Nya, bahkan “TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan“ (Mzm. 145:18). Terhadap orang yang berseru kepada Tuhan, Tuhan berjanji untuk menjawab doa-doanya dan bahkan memberikan kelegaan, seperti yang tertulis dalam Mazmur 118:5, “Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan.”

Dalam perikop Matius 20: 29-34 kita melihat ada dua orang buta yang berseru kepada YESUS untuk memohon mujizat penyembuhan agar mereka dapat melihat. Peristiwa ini sangat jelas menunjukkan, bahwa mujizat penyembuhan itu terjadi karena adanya belas kasihan Tuhan Yesus kepada kedua orang buta tersebut. Dari perikop ini kita dapat belajar dari sikap kedua orang buta ini, yang akhirnya dapat menarik perhatian dan belas kasihan Tuhan Yesus. Apa yang dilakukan kedua orang buta itu, sehingga Yesus mencelikkan mata mereka? Setidaknya ada dua hal yang dilakukan oleh orang buta itu, yaitu:

Pertama, kedua orang buta itu berseru kepada Tuhan Yesus (ay. 30). Ketika kedua orang buta itu mengetahui bahwa Yesus lewat di jalan itu, maka yang mereka lakukan adalah mereka berseru “Tuhan Anak Daud, kasihanilah kami”.Lewat seruan kedua orang buta ini mereka berisi “pengakuan mereka akan Kristus. Tuhan anak Daud menunjuk kepada Sang Mesias, sang Raja yang diurapi yang telah dinubuatkan dari sejak Perjanjian Lama. Selain itu seruan kedua orang buta ini mengandung permohonan yang ditandai dengan kata “kasihanilah kami” berilah kemurahan, berilah belas kasihan. Kedua orang buta ini menyadari bahwa mereka membutuhkan belas kasihan Tuhan dalam persoalan yang mereka sedang hadapi. Saat kita sedang menghadapi persoalan, pergumulan, bahkan saat membuat rencana dalam kehidupan kita, mari datang pada Tuhan, memohon belas kasihanNya.

Kedua, kedua orang buta itu tidak menyerah meskipun ada tantangan (ay. 31). Ketika kedua orang buta itu berseru kepada Tuhan untuk mendapat pertolongan, orang yang disekitarnya bukan menolongnya tetapi orang yang ada disekitarnya malah menegor dan menyuruhnya diam. Kata menegor dalam terjemahan KJV menggunakan kata “rebuked” dapat diterjemahkan dengan secara tegas dilarang atau dimarahi, orang banyak memarahi mereka, menyuruh mereka untuk diam. Orang banyak menegor, melarang mereka untuk berseru. Tetapi yang kedua orang buta itu lakukan adalah semakin keras berseru. Dengan suara yang lebih keras mereka berseru kepada Yesus. Kedua orang buta itu tidak menyerah dengan situasi yang terjadi. Situasi yang terjadi tidak mampu membendung pengharapan dan kerinduan mereka untuk mendapat belas kasihan Tuhan Yesus. Saat mengahadapi situasi yang tidak baik, yang tidak kita harap, bahkan keadaan yang melemahkan iman pengharapan kita. Jangan pernah menyerah pada keadaan tersebut. Tetapi teruslah berseru, berharap pada Tuhan Yesus. Karena setiap kesulitan yang terjadi akan membuat kita lebih kuat berharap kepada-Nya.

Setelah keduanya berhasil menghentikan Yesus, ternyata Yesus pun tidak langsung menyembuhkan mereka. Dia malah bertanya, “Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Sebuah pertanyaan yang sedikit aneh karena tidak mungkin Yesus tidak tahu kalau mereka buta. Namun pertanyaan itu memancing keluar keinginan hati mereka yang terdalam. Mereka ingin disembuhkan! Yesus yang tergerak oleh belas kasihan pun menyembuhkan mereka.

Apa yang membuat kedua orang buta itu mengalami terobosan dan jawaban doa secara spektakuler? Apakah karena Yesus lebih mengasihi mereka dibanding yang lainnya? Ataukah karena Yesus tidak tahu bahwa banyak orang juga sesungguhnya membutuhkan pertolongan-Nya? Jelas Yesus bukan Pribadi yang seperti itu. Berarti, ada suatu hal yang lebih yang dimiliki oleh mereka berdua dibandingkan dengan semua orang yang ada di sana. Hal itu adalah kebutuhan yang sangat besar akan sebuah kesembuhan yang mereka rasakan. Kebutuhan itu membuat mereka tidak bisa menunggu Yesus lewat untuk kedua kalinya dan terus berteriak sekuat tenaga meminta belas kasihan dari Yesus. Apakah kita mau mengalami hal yang sama dengan mereka? Milikilah hati yang sungguh-sungguh membutuhkan-Nya dan “berteriaklah”sampai YESUS menghentikan langkah-Nya. Maka terobosan dan jawaban doa, akan segera datang dalam hidup kita.

Timbul pertanyaan dalam hati kita sekarang, mengapa Yesus tergerak hatinya mendengar teriakan kedua orang buta itu? Setidaknya ada beberapa alasan mengapa hati Yesus tergerak mendengar teriakan kedua orang buta itu, yakni:

Pertama, karena pelayanan Yesus terfokus pada kebutuhan orang.  Terbukti banyak orang yang mengikuti Dia. Karena, Yesus bukan hanya mengajar dengan kata-kata yang indah akan tetapi terfokus pada kebutuhan orang. Itu sebabnya, kalau kita sebagai orang Kristen/anak Tuhan/gereja Tuhan haruslah melayani dengan terfokus pada kebutuhan orang.  Seperi pada masa Covid 19 ini, kita harus mau menolong sesama warga dan masyarakat yang terdampak langsung Covid 19 ini, semisal memberikan dukungan doa dan pemberian sembako, dan lain sebagainya.

Jika kita terfokus pada kepentingan diri atau pada program-program yang kelihatannya menarik, atau hanya terfokus pada membesarkan kerajaan kita sendiri/kepentingan sendiri, maka kita sedang menuju pada kegagalan. Mungkin kita kelihatannya sibuk dengan pelayanan, atau kelihatannya sibuk karena sedang membangun gereja yang sangat besar. Itu berarti kita hanya terfokus pada kepentingan individu/ego kita sendiri, maka kita sebetulnya sedang menuju kehancuran dengan pelayanan itu.

Pelayanan Yesus terfokus pada kebutuhan orang. Saat berjalan, Yesus jumpai seorang wanita yg anaknya mati di pintu kota Naim, Yesus bangkitkan anak itu. Yesus jalan, kemudian Yesus jumpai orang yang kerasukan setan, orang itu berkata,"Mau apa Kau dengan Aku, hai Anak Allah yg maha tinggi!" Kemudian Yesus mengusir roh jahat itu keluar. Saat Yesus berajalan, Dia mencelikkan mata dua orang buta. Jadi dari sini kita bisa lihat, bahwa di mana pun Yesus berada, pelayanan-Nya terfokus pada kebutuhan orang. 

Kedua, karena pelayanan Yesus diikuti dengan tergerak oleh belas kasihan. Kalau kita lihat ayat 30 dikatakan bahwa ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan mendengar, bahwa Yesus lewat, lalu mereka berseru: "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!"  Mendengar seruan dan teriakan itu, hati Yesus tergerak oleh belas kasihan, lalu menolong mereka. Tergerak oleh belas kasihan adalah adalah ciri khas pelayanan Yesus. Jika hati-Nya sudah tergerak oleh belas kasihan, pasti Yesus akan menolong dan menyembukan siapapun yang berseru, berteriak kepada-Nya.

Bila kita mau lihat keberhasilan dalam hidup kita. Kita mau lihat pelayanan kita menjadi berkat, kita mau lihat diri kita menjadi alat dalam tangan Tuhan, kaka kita mesti melakukannya dengan belas kasihan. Ingat! Tidak semuanya terjadi di dalam hidup kita persis seperti apa yang kita harapkan. Tetapi, bila kita jalani dengan belas kasihan, kita jalani dengan kesabaran, maka kita akan menjadi berkat bagi orang lain.

Ketiga, karena pelayanan Yesus menyatakan Kuasa dan mujijat Allah. Lihat ayat 34, “Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia”. Yesus bukan hanya mengajar dengan kata-kata tetapi Yesus mengajar dengan Kuasa. Orang banyak berbondong-bondong datang. Mereka yang lemah dikuatkan, mereka yang goncang diberikan pengajaran, mulai mengisi satu persatu. Tetapi ketika ada orang buta, Yesus mulai menyatakan kuasa dan mujijat-Nya.

Allah yang kita sembah, bukan hanya Allah yang dapat merangkai kata-kata yang indah atau puisi-puisi yang menarik. Tetapi Allah yang kita sembah adalah Allah yang tidak pernah berubah dulu, kemarin, hari ini sampai selama-lamanya. Allah yang kita sembah adalah Allah yang menyatakan Kuasa dan Mujijat-Nya. Pelayanan Yesus berhasil karena Ia menyatakan Kuasa dan mujijat Allah. Karena itu, jika kita mengalami pergumulan seberat apapun itu, segeralah berteriak dan berseru kepada Yesus, maka Yesus pasti akan menolong dan menguatkan kita. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!
Renungan hari ini:

BERNYANYI BAGI ALLAH



Mazmur 68:5 (TB) "Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah nama-Nya, buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan! Nama-Nya ialah TUHAN; beria-rialah di hadapan-Nya!"

Psalms 68:4 (NET) "Sing to God! Sing praises to his name! Exalt the one who rides on the clouds! For the Lord is his name! Rejoice before him!”

Nyanyian adalah ungkap hati yang dilantunkan dengan melodi dan syair yang indah. Kata-katanya syarat makna. Nyanyian menjadi gambaran pergumulan hidup, serta juga menjadi isi dari sebuah permohonan kepada Sang Ilahi. Dengan menyanyikan sebuah lagu pujian, hati terasa lega, seolah-olah beban berat sudah hilang. Itu sebabnya, pemazmur mengajak kita untuk bernyanyi bagi Allah.

Orang percaya tentu tidak asing dengan memuji Tuhan. Bernyanyi menjadi aspek penting dalam ibadah kita. Apa jadinya jika nyanyian dan kemampuan untuk bernyanyi tidak ada? Pada umumnya, manusia mencurahkan hatinya dengan nyanyian jauh sebelum ia bisa mengungkapkan pikirannya dengan kata-kata. Jujur saja, hidup akan begitu hampa dan kering jika Tuhan tidak memberi manusia kemampuan ini.

Raja Daud dalam ayat hari ini menegaskan agar kita bernyanyi bagi sang Pencipta. Tanpa hadirat Tuhan, musuh-musuh tak bisa dikalahkan dengan kekuatan Daud sendiri. ”Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya” (ay. 2). Daud memuliakan nama Tuhan, yang sudah menumpas lawan-lawan, dengan nyanyian dan pujian. Daud mengucap syukur dengan mempersembahkan banyak hal, termasuk di dalamnya puji-pujian bagi sang Mahakuasa.

Bernyanyi adalah berkat besar yang disingkapkan Tuhan bagi kita. Ini merupakan satu karunia dasar yang kapan pun kita bisa hadirkan bagi Tuhan. Sebagai ciptaan-Nya, kita patut memberi kemuliaan atas segala kebaikan yang telah Dia berikan. Saat kita belum mampu memuliakan Tuhan dengan cara lain, bernyanyi adalah bentuk sederhana memuliakan Tuhan. 

Jika kita mau bernyanyi untuk TUHAN, maka TUHAN sendiripun sangat menghargainya. Bagi pemandangan ALLAH nyanyian pujian kita kepada-Nya lebih baik daripada sapi jantan (Lih. Mzm. 69:31). Artinya, saat kita bernyanyi untuk TUHAN, maka bagi Allah itu lebih berharga dari seekor sapi jantan. Harga sapi jantan mungkin sekitar Rp.15 juta-an. Maka jika kita bernyanyi bagi TUHAN, maka nyanyian kita kita itu dihargai ALLAH sebesar Rp.15 juta-an.  Tentu selain bernyanyi bagi TUHAN kita pun harus mampu memberi harta, waktu, dan tenaga sebagai wujud ucapan syukur, kita juga tidak boleh lupa untuk menyembah Dia dengan puji-pujian. Karena itu, bernyanyilah bagi Tuhan, sebab Dia layak untuk dipuji. (rsnh)

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...