Sabtu, 06 Januari 2024

Kotbah Minggu Epiphanias I Minggu, 07 Januari 2024: “ALLAH YANG MEMBEBASKAN” (Keluaran 6:1-7)

 Kotbah Minggu Epiphanias I Minggu, 07 Januari 2024

 

“ALLAH YANG MEMBEBASKAN”

Khotbah: Keluaran 6:1-7   Bacaan: Efesus 3:1-12


 

Hari ini kita memasuki Minggu 1 Setelah Epiphanias (berarti menampilkan, menjadi kelihatan, tampil). Minggu ini kita akan membahas tema “Allah yang Membebaskan”. Kalimat "ALLAH yang Membebaskan" mengandung makna yang mendalam dan penuh harapan. Ungkapan ini menyoroti peran Allah sebagai Pembebas utama. Allah tidak hanya memiliki kemampuan untuk membebaskan, tetapi juga memiliki keinginan untuk melihat umat-Nya terbebas dari perbudakan dan penderitaan.

 

Kalimat ini mencerminkan janji Allah yang tak tergoyahkan. Meskipun umat Israel berada di bawah perbudakan dan mengalami penderitaan, Allah tetap setia pada janji-janji-Nya kepada leluhur mereka, yakni Abraham, Ishak, dan Yakub. Janji tersebut melibatkan pembebasan dan memberikan tanah Kanaan kepada keturunan Abraham. Ungkapan ini menunjukkan bahwa proses pembebasan bukan hanya tindakan manusia, melainkan melibatkan kuasa Allah yang besar. Allah berbicara tentang tangan-Nya yang teracung, yang menunjukkan kuasa dan kekuatan-Nya yang luar biasa untuk mengubah situasi dan membebaskan umat-Nya.

 

Allah tidak hanya membebaskan umat-Nya sebagai tindakan otoriter, tetapi juga karena Ia mendengar dan memperhatikan penderitaan mereka. Ini mencerminkan kepedulian Allah terhadap kondisi manusia dan keterlibatan-Nya dalam mengatasi penderitaan. Kalimat "ALLAH yang Membebaskan" menunjukkan bahwa pembebasan umat Israel adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Allah bukan hanya membebaskan mereka dari perbudakan, tetapi juga memilih mereka sebagai umat-Nya, dengan niat untuk membentuk hubungan khusus dan mendalam dengan mereka.

 

Pada awalnya, keturunan Yakub (Israel) berkembang menjadi bangsa yang besar di Mesir, tetapi kemudian mereka menjadi budak di tangan bangsa Mesir. Mereka mengalami penindasan dan perlakuan yang keras. Sebelum peristiwa perbudakan di Mesir, Allah telah memberikan janji kepada Abraham (leluhur Israel) mengenai keturunannya dan tanah yang akan diberikan kepada mereka (Kej. 12:1-3; 15:13-16). Meskipun keturunan Abraham menjadi budak di Mesir, Allah tetap setia pada janji-Nya.

 

Bangsa Israel menderita dan meratapi keadaan mereka di bawah perbudakan Mesir. Mereka merindukan kebebasan dan menjerit kepada Allah dalam kesesakan mereka. Allah mendengar jeritan dan keluhan umat-Nya. Dalam Kitab Keluaran 6:1-7, Allah memberikan jaminan bahwa Dia akan bertindak untuk membebaskan mereka dari perbudakan. Allah menyatakan kuasa-Nya dan niat-Nya untuk membawa umat-Nya keluar dari perbudakan dan membawa mereka ke tanah yang dijanjikan.

 

Sebelum peristiwa pembebasan, Allah telah memilih Musa sebagai pemimpin untuk membawa umat-Nya keluar dari Mesir. Musa adalah instrumen yang dipilih Allah untuk menjadi pembawa pesan dan pemimpin bagi umat-Nya. Pembebasan Allah kepada umat Israel mencerminkan komitmen Allah untuk memenuhi janji-Nya, mendengar jeritan umat-Nya yang menderita, dan memberikan pembebasan dari perbudakan. Ini adalah bagian dari narasi besar dalam Alkitab yang menunjukkan Allah sebagai Pembebas dan Penggerak sejarah yang setia pada janji-Nya.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang dilakukan Allah dalam rangka membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir? Ada beberapa hal yang dilakukan Allah dalam rangka membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir, yakni:

 

Pertama, Allah menyatakan Identitas-Nya (ay. 1). Allah menyatakan diri-Nya kepada Musa dengan nama "TUHAN" (YHWH dalam bahasa Ibrani), yang menunjukkan identitas-Nya sebagai Allah yang setia pada janji dan berkuasa atas segala hal. Kalimat "Akulah TUHAN" (I am the LORD) dalam Kitab Keluaran 6:1 mencerminkan penyataan identitas Allah kepada Musa dan umat Israel. Ini bukan hanya sekadar pernyataan nama, tetapi juga mengandung makna mendalam mengenai kedaulatan, kuasa, dan keberadaan-Nya. Berikut adalah beberapa makna yang dapat diambil dari pernyataan tersebut:

Þ   Identitas dan Otoritas: Dengan menyatakan "Akulah TUHAN," Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Tuhan yang menguasai segala sesuatu. Ini adalah pernyataan identitas yang menegaskan bahwa Dia adalah Allah yang unik, satu-satunya Tuhan yang memerintah atas seluruh ciptaan-Nya.

Þ   Kesetiaan pada Janji: Pernyataan "Akulah TUHAN" juga mencerminkan kesetiaan Allah pada janji-janji-Nya. Nama TUHAN (YHWH) sering kali dikaitkan dengan hubungan pribadi dan janji yang diberikan Allah kepada nenek moyang umat Israel, seperti Abraham, Ishak, dan Yakub.

Þ   Kehadiran yang Nyata dan Aktif: Allah tidak hanya merupakan keberadaan teologis yang abstrak, tetapi juga kehadiran yang aktif dalam kehidupan umat-Nya. Dengan mengatakan "Akulah TUHAN," Allah menunjukkan bahwa Ia tidak jauh atau pasif; sebaliknya, Ia terlibat secara langsung dalam sejarah dan kehidupan umat-Nya.

Þ   Kuasa dan Kekuatan: Ungkapan ini juga mencerminkan kuasa dan kekuasaan Allah. Allah adalah Tuhan yang memiliki segala kuasa untuk memengaruhi dan mengubah keadaan. Dengan mengakui-Nya sebagai TUHAN, umat Israel diingatkan akan kekuatan Allah yang dapat membantu dan melibatkan diri dalam urusan mereka.

Þ   Pengetahuan yang Mendalam: "Akulah TUHAN" juga menunjukkan pengetahuan Allah yang mendalam tentang keadaan umat-Nya. Allah tahu dan memahami segala sesuatu, termasuk penderitaan dan kesulitan yang dihadapi umat-Nya di bawah perbudakan Mesir.

 

Dengan demikian, kalimat "Akulah TUHAN" mengandung makna yang sangat penting dalam menyampaikan identitas Allah sebagai Tuhan yang kuasa, setia pada janji-janji-Nya, aktif dalam kehidupan umat-Nya, dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang keadaan mereka. Pernyataan ini menjadi dasar keyakinan dan kepercayaan umat Israel pada Allah mereka.

 

Kedua, Allah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak, dan Yakub (ay. 2). Kalimat "Allah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak, dan Yakub" dalam Kitab Keluaran 6:2 menunjukkan bahwa Allah telah mengungkapkan diri-Nya secara khusus kepada leluhur umat Israel. Abraham, Ishak, dan Yakub adalah leluhur utama umat Israel. Allah menciptakan perjanjian-perjanjian khusus dengan mereka, yang melibatkan janji-janji mengenai keturunan yang banyak dan pemberian tanah Kanaan kepada mereka. Ungkapan ini menunjukkan bahwa Allah telah berkomunikasi secara langsung dengan leluhur umat Israel. Abraham, Ishak, dan Yakub tidak hanya percaya kepada Allah secara abstrak, tetapi mereka juga mengalami pengalaman langsung dan pertemuan pribadi dengan-Nya. Allah mengingatkan umat-Nya bahwa Ia telah menampakkan diri-Nya kepada leluhur mereka dan bahwa Ia setia pada perjanjian-perjanjian yang telah diadakan dengan mereka. Ini menyiratkan kesetiaan Allah pada janji-janji-Nya yang melibatkan keturunan yang banyak dan pemberian tanah Kanaan. Dengan kata lain, makna dari kalimat ini adalah untuk menegaskan dasar sejarah, perjanjian, dan hubungan khusus antara Allah dan umat Israel. Hal ini membantu membangun kepercayaan umat-Nya bahwa Allah yang menampakkan diri kepada leluhur mereka akan terus setia pada janji-janji-Nya dan membebaskan mereka dari perbudakan Mesir.

 

Ketiga, Allah mendengar keluhan umat Israel (ay. 4).  Pernyataan "Allah mendengar keluhan umat Israel" dalam Kitab Keluaran 6:4 menunjukkan perhatian dan kepedulian Allah terhadap penderitaan dan keluhan umat-Nya yang sedang mengalami perbudakan di Mesir. Ada beberapa makna yang dapat diambil dari pernyataan ini:

Þ   Kepedulian Allah terhadap Umat-Nya: Ungkapan ini mencerminkan sifat kepedulian dan penyayang Allah terhadap umat-Nya. Meskipun umat Israel mungkin merasa terlupakan atau ditinggalkan di tengah penderitaan mereka, Allah dengan jelas menyatakan bahwa Ia mendengar dan memperhatikan keluhan mereka.

Þ   Respons Allah terhadap Kondisi Umat-Nya: Pernyataan ini menyoroti bahwa Allah tidak bersifat acuh tak acuh terhadap kondisi umat-Nya. Ia tidak hanya mendengar secara fisik, tetapi juga memiliki keterlibatan emosional dan spiritual terhadap penderitaan yang dialami oleh umat-Nya.

Þ   Komunikasi dengan Umat-Nya: Meskipun Allah memiliki rencana dan waktu-Nya sendiri dalam menjalankan kehendak-Nya, menyatakan bahwa Ia mendengar keluhan umat Israel menekankan hubungan komunikatif antara Allah dan umat-Nya. Ini mencerminkan kemampuan Allah untuk mendengarkan dan berbicara dengan umat-Nya dalam hubungan pribadi.

Þ   Langkah Pertama Menuju Pembebasan: Mendengar keluhan umat Israel adalah langkah awal dalam rencana Allah untuk membebaskan mereka dari perbudakan Mesir. Ini menunjukkan bahwa Allah merespons keadaan umat-Nya dan bersiap untuk bertindak sebagai Pembebas.

Þ   Pemberian Harapan: Pernyataan ini juga memberikan harapan kepada umat-Nya bahwa mereka tidak terlupakan atau dibiarkan sendirian dalam kesulitan mereka. Allah, yang mendengar keluhan mereka, akan memberikan jawaban dan memimpin mereka keluar dari situasi sulit tersebut.

 

Keempat, Allah mengangkat Israel menjadi umat-Nya (ay. 6). "Allah mengangkat Israel menjadi umat-Nya" mengandung makna penting dalam konteks hubungan khusus antara Allah dan umat Israel. Ungkapan ini menekankan bahwa Allah secara khusus memilih dan memiliki umat Israel sebagai milik-Nya sendiri. Ini bukan hanya pengangkatan sebagai kelompok manusia biasa, melainkan suatu pemilihan khusus yang membawa tanggung jawab, hak istimewa, dan hubungan pribadi dengan Allah. Allah, dengan mengangkat Israel menjadi umat-Nya, menetapkan suatu hubungan perjanjian. Perjanjian ini melibatkan janji-janji dan tanggung jawab khusus yang harus dijalankan oleh kedua belah pihak: Allah dan umat-Nya. Ini merupakan dasar untuk kesetiaan dan ketaatan umat-Nya kepada Allah. Pengangkatan Israel sebagai umat-Nya tidak hanya berkaitan dengan pembebasan fisik dari perbudakan Mesir, tetapi juga dengan pembebasan spiritual. Allah tidak hanya membawa mereka keluar dari penderitaan fisik, tetapi juga membentuk mereka sebagai umat-Nya dengan memberikan petunjuk, hukum, dan norma-norma kehidupan yang berasal dari-Nya. Dengan kata lain, "Allah mengangkat Israel menjadi umat-Nya" menyoroti suatu keputusan ilahi yang membentuk dasar bagi hubungan yang mendalam antara Allah dan umat-Nya. Pengangkatan ini bukan hanya tentang status, tetapi juga melibatkan hubungan kasih, tanggung jawab, dan komitmen yang saling bersinergi antara Allah dan umat-Nya.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dan hayati dalam Minggu 1 Epiphanias ini? Dari pernyataan dalam Kitab Keluaran 6:1-7 yang membahas tema "ALLAH YANG MEMBEBASKAN," ada beberapa hal yang dapat direnungkan:

 

Pertama, janji Allah yang Amanah. Allah menegaskan janji-janji-Nya kepada umat-Nya. Meskipun mereka mengalami kesulitan dan perbudakan di Mesir, Allah tetap setia terhadap janji-janji-Nya kepada nenek moyang mereka, yakni Abraham, Ishak, dan Yakub. Ini mengajarkan kita untuk mempercayai bahwa Allah adalah Allah yang setia pada janji-janji-Nya.

 

Kedua, Allah yang Kuasa. Pernyataan ini menunjukkan kuasa Allah yang luar biasa untuk membebaskan umat-Nya. Allah menyatakan bahwa dengan kekuatan tangan yang kuat, Dia akan mengeluarkan mereka dari perbudakan. Ini mengingatkan kita bahwa Allah memiliki kuasa untuk memecahkan segala belenggu dan kendala dalam hidup kita.

 

Ketiga, kepedulian Allah terhadap penderitaan Umat-Nya. Allah menyatakan bahwa Dia mendengar keluhan dan melihat penderitaan umat-Nya di bawah perbudakan Mesir. Ini menunjukkan kasih sayang dan kepedulian Allah terhadap umat-Nya yang menderita. Allah tidak acuh, dan Dia bersiap untuk bertindak demi kebebasan dan kesejahteraan mereka.

 

Dengan merenungkan teks ini, dapat diambil kesimpulan bahwa Allah adalah Pembebas yang setia, kuat, dan penuh kasih sayang. Karena itu, kotbah ini mengajak kita untuk percaya pada janji-janji Allah, mengakui kuasa-Nya, dan mengejar pengenalan yang lebih dalam terhadap-Nya dalam perjalanan kehidupan kita. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...