Sabtu, 02 Februari 2019

KOTBAH MINGGU EPIPHANIAS IV Minggu, 03 Pebruari 2019 “INJIL YANG MEMBEBASKAN”

KOTBAH MINGGU EPIPHANIAS IV
Minggu, 03 Pebruari 2019

“INJIL YANG MEMBEBASKAN”
Kotbah: Lukas 4:16-21  Bacaan: Mazmur 107:1-9



Dalam Minggu ini kita memasuki Minggu Epipahnias IV. Tema kotbah yang akan kita renungkan “Injil yang Membebaskan”. Injil yang membebaskan berarti Injil (Kabar Baik) memberikan pembebasan bagi orang-orang yang mengalami pergumulan. Siapakah yang dimaksud dengan Injil itu? Tentu Yesus Kristus. Yesus-lah Sang Injil pembawa Kabar Baik bagi semua orang. Kedatangan Yesus membawa pembebasan dosa bagi kita.

Misi Tuhan Yesus dalam lembaran yang baru adalah membawa tahun rahmat Tuhan tersebut bagi umat manusia. Dalam melaksanakan misi ini, segala sesuatu yang dilakukan oleh Yesus tidak dengan mudah dan instant. Hal ini melibatkan pekerjaan Roh Kudus dalam seluruh kehidupan Yesus mulai dari  lahir. Yesus datang ke dunia, ia lahir, tidak tiba-tiba jadi besar lalu pergi memberitakan Injil. Atau ia lahir menjadi bayi ajaib lalu menarik perhatian seluruh dunia untuk datang kepada-Nya. Yesus tidak datang dengan cara yang demikian, tapi Ia telah memilih untuk melewati suatu proses yang cukup panjang. Dalam Lukas 3:23 membuktikan bahwa Ia memulai pelayanan-Nya ketika berumur kira-kira 30 tahun. Kalau Yesus mau langsung melaksanakan misi itu pada umur 5 tahun dan memberitakan Injil dengan mujijat, itu bisa saja, tapi Ia memilih proses kehidupan seorang manusia yang dipimpin oleh Roh Tuhan. Hidup kemanusiaan Kristus yang dipimpin oleh Roh Kudus telah menjadikan hidup-Nya seperti yang dikatakan Paulus tentang dirinya sebagai “TAWANAN ROH” dan misi-Nya adalah misi oleh kuasa Roh Kudus.  Para ahli missiologi menamakan misi Yesus yang ditulis dalam kitab Lukas ini adalah “pneumatologi missiologi”,yaitu misi yang dikendalikan oleh Roh Kudus. Pneumatologi missiologi berarti bukan  hanya dalam memberitakan Injil Yesus dipimpin oleh Roh Kudus, tapi dalam kehidupan sehari-hari mulai dari Ia anak-anak, remaja, hingga berumur 30 tahun, Ia selalu dipimpin dan memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus. Tanpa hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus maka misi-Nya juga tidak akan dipimpin oleh Roh Kudus.

Misi pembebasan Yesus dilakukan-Nya dengan pimpinan  Roh Kudus. Mari kita lihat. Ia dilahirkan oleh pekerjaan Roh Kudus. Ini merupakan suatu gambaran bahwa manusia bukan hanya dilahirkan secara daging, tapi juga secara Roh. Yesus menjadi cermin bagi kehidupan manusia yang secara rohani dapat dilahirkan kembali. 

Yesus dibesarkan oleh proses manusia dan kuasa Allah. Dalam Lukas 2:40 dan 52 menyebutkan hal ini. Ia rela dibentuk secara manusia dan secara rohani. Pembentukan ini adalah secara intellektual, secara fisik. Yesus juga kerja praktis di rumah orangtuanya, dan juga secara rohani, yakni pengenalannya akan Allah, dan hubungannya dengan sesama manusia.

Yesus merendahkan diri-Nya dan taat kepada kehendak Allah nampak dalam Matius 3:13-17 dan 11. Yesus datang kepada Yohanes yang adalah seorang yang mengaku tidak layak membuka tali kasut-Nya, dalam Lukas 3:11. Yesus mengangkat diri Yohanes yang merasa tidak layak secara manusia untuk melayani Yesus. Memang ada banyak orang dalam dunia ini merasa tidak layak untuk datang pada Yesus, tapi Yesus Yesus justru datang untuk orang yang demikian, Aku datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.

Memang ada banyak hamba Tuhan masa kini yang merasa berkuasa dan memberikan ijin bagi orang lain melayani kalau ia sudah jadi pemimpin. Banyak diantara mereka ingin lebih dahulu jadi pemimpin supaya bisa melayani, banyak mereka menganggap kalau sudah jadi pemimpin, barulah boleh tampil. Sehingga dalam pelayanan orang-orang hanya mengincar jabatan pemimpin, berlomba-lomba untuk jadi pemimpin dengan cara yang tidak rohani. Karena dengan jadi pemimpin, maka dapat menjadi orang yang berkuasa. Ini bukan hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus, tapi oleh ambisi yang buta.

Kita harus kembali kepada Yesus, hidup-Nya sebagai hamba dipimpin oleh Roh Kudus, membuat Dia dapat mengasihi dan menghargai orang-orang yang hina dan mengangkat orang yang hina untuk melayani. Ia bukan seorang hamba Tuhan yang dapat melakukan mujijat dan biasa omong besar dan rohani di mimbar kemudian menjegal-jegal orang lain untuk melayani. Ia tidak pernah mengatakan karena kamu belum serohani saya, maka kamu tidak boleh melayani dan tidak layak. 

Mari kita membaca dari Yesaya 42:1-4, yang berbunyi demikian:
“Lihat, itu hambaKu yang kupegang, orang pilihanKu, yang kepadaNya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu keatasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak dan menyaringkan suaraNya atau  memperdengarkan suaraNya di  jalan. Buluh yang patah terkulai tidak  akan diputuskannya dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia Ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi, segala pulau mengharapkan pengajarannya.”

Dari nas ini menunjukkan bagaimana Yesus mengasihi orang-orang yang lemah dan tidak berdaya. Ia tidak membuang begitu saja orang yang tidak berguna, tetapi ia menolong, mengangkat, menghibur, dan memberkati mereka hingga mereka pulih. Yesus yang penuh Roh Kudus itu  membuktikan kehidupan batin yang  benar dan penuh kasih.

Ketika Ia melihat orang-orang memberikan persembahan di bait Allah, Ia tidak terkejut dengan orang-orang kaya, tapi Ia memuji si perempuan janda yang memberikan dari kekurangannya. Ia tidak tergoda dan tertarik dengan si kaya yang memberi dengan sombongnya.

Hal diatas masih belum cukup, lalu Ia dipimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai. Hidup dipimpin oleh ROH KUDUS juga bisa mengalami kesulitan.

Dengan gaya hidup dipimpin oleh Roh Kudus, Yesus diurapi oleh Roh Kudus untuk membawa kontribusi dalam masyarakat. Ia berhasil membawa Tahun Rahmat Tuhan itu bagi masyarakat seperti yang dikatakan-Nya dalam ayat 18-19.

Bagaimana dengan kehidupan kita sebagai orang  percaya, maukah kita memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus dan melanjutkan proses pembentukan dalam  pengiringan anda agar dapat membawa tahun rahmat Tuhan itu bagi dunia.

Sebagai orang percaya saat ini, kita diajak teks ini agar menjadi manusia pembawa pembebasan bagi orang-orang di sekitar kita. Caranya kita harus hidup dalam Roh Tuhan dan dipenuhi oleh Roh Tuhan itu sendiri. Mudah-mudahan kita tidak terjerumus dalam berbagai-bagai roh yang  pada jaman ini dipercayai sebagai Roh Tuhan. Kita juga harus hati-hati dengan dunia roh, dan mengerti roh mana yang harus memimpin kita.

Apabila Roh Kudus yang memimpin kita, maka:
Ø  Kita adalah orang percaya yang mengalami pengudusan dan  pembaharuan setiap hari oleh kuasa Tuhan. Kita akan memiliki hidup yang jujur.
Ø  Kita ingin bertumbuh secara rohani, secara intellektual dalam Firman Allah untuk mengerti kebenaran secara benar.
Ø  Kita memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan dan sesama tanpa kompromi.
Ø  Kita bersedia belajar rendah hati dan taat kepada kehendak Allah. Kita harus belajar bahwa walaupun kita mungkin sudah merasa dewasa rohani, maka anda harus tetap rendah hati.
Ø  Kita harus tetap berpegang kepada kehendak dan pimpinan Tuhan.  Kita bersedia mengalami ujian-ujian iman dan disiplin dari Tuhan sendiri apabila anda jatuh.
Ø  Kita harus mempersiapkan diri melalui hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus supaya nanti kita siap untuk membawa misi Allah di tengah-tengah  krisis ini.

Jika kita sudah dipenuhi oleh Roh Kudus, maka kepada tugas perutusan kita untuk setia mengikuti misi yang diberikan Kristus kepada kita,  kita semua diutus untuk:

Pertama, menyampaikan Kabar Baik kepada orang-orang miskin. Kabar terindah bagi orang miskin adalah menumbuhkan kepercayaan dan harapan bahwa sebentar lagi mereka tidak miskin lagi. Tidak lagi dipusingkan urusan biaya sekolah dan biaya pengobatan karena tersedia pelatihan ketrampilan, ada kesempatan untuk bekerja dengan upah memadai. Ada harapan untuk kehidupan dan masa depan anak-anaknya yang lebih baik.

Kedua, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan. Masih banyak orang-orang di sekitar kita tertawan dengan pekerjaannya bahkan kekayaannya, tertawan dengan ketamakannya bahkan tertawan dengan kesepian karena tidak memiliki teman sejati. Yang ada disekitar mereka adalah kelompok oportunis dan pragmatis, yang mendekat bila ada “maunya” saja dan menjauh saat kita sedang menderita. Atau jangan-jangan kita sendiri masih tertawan dengan egoisme kita sendiri?

Ketiga, memberikan penglihatan bagi orang-orang buta. Masih banyak yang melihat secara fisik tapi buta secara spiritual, tidak mengenali kehadiran Allah dalam kehidupan mereka. Sehingga yang diucapkan hanya keluhan dan kata-kata negatif. Selalu terlihat kekurangan dan kelemahan pihak lain. Kurangnya rasa syukur dan penyesalan diri berkepanjangan justru akan membuat diri menjadi tertekan. Semoga kita tidak buta melihat rahmat Allah yang telah tercurah bagi kita diantara segala situasi yang gelap dan buram disekitar kita.

Keempat, membebaskan orang-orang tertindas. Perlu kepekaan tersendiri mengenali orang-orang yang tertindas ini, bisa jadi mereka tertindas karena kekuasaan yang berkelebihan, atau tertindas dengan gaya hidup pasangannya, atau mereka sebenarnya korban KDRT yang terpaksa harus tersenyum karena ‘jaim’, jaga image. Semoga kita dijauhkan dari penindasan terhadap orang lain terutama orang-orang yang mengasihi kita. Semoga kita juga tidak terlibat penindasan atas orang-orang disekitar kita, terutama mereka yang lebih lemah dan lebih muda seperti anak-anak kita.

Kelima, memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Kita diutus untuk mengabarkan kepada sebanyak mungkin orang agar mereka menyadari bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, mengajak mereka untuk memiliki kerendahan hati untuk bertobat.

Tidak mudah memang untuk melakukan perutusan ini, maka dibutuhkan Roh Tuhan yang menguasai kita. Roh yang telah memimpin Yesus dalam berkotbah dan melayani semua orang yang sakit dan lumpuh, adalah Roh yang sama dengan yang kita terima saat pembaptisan. Tugas kita bukan untuk membebaskan diri sendiri dan menikmati rahmatNya untuk kepuasan diri, tapi justru menjadi Kabar Baik bagi orang-orang lain.

Maka kalau kita menyerahkan diri kita dikuasai Roh Tuhan sama seperti Kristus menyerahkan dirinya secara total pada awal karya pelayananNya, hari ini juga genaplah nubuatan ini saat kita mendengarnya dan mari memulai karya pelayanan perutusan kita bersama Dia. Roh Tuhan tidak akan membuat kita berdiam diri dan berkata “ah… itu kan bukan urusan saya, itu urusan para pembesar dan penguasa, saya sudah cukup puas dengan keadaan saya.” Karena itu, berilah  dirimu dipimpin oleh Roh Kudus, bukan hanya pada waktu kita melayani Dia, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari agar kita mampu membawa pembebasan bagi semua orang. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...