Rabu, 21 Desember 2022

Renungan hari ini: “BERSUKACITA KARENA KERELAAN MEMBERI” (1 Tawarikh 29:9)

 Renungan hari ini:

 

“BERSUKACITA KARENA KERELAAN MEMBERI”


 

1 Tawarikh 29:9 (TB) "Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada TUHAN; juga raja Daud sangat bersukacita"

 

1 Chronicles 29:9 (NET) "The people were delighted with their donations, for they contributed to the Lord with a willing attitude; King David was also very happy"

 

Perasaan suka cita jauh lebih tinggi kita rasakan saat kita memberi dibandingkan saat kita menerima. Riset menunjukkan bahwa orang merasakan sukacita besar saat mereka yang memberikan uang dan waktu mereka untuk menolong orang lain. Dari temuan itu, dapat kita simpulkan bahwa kita harus berhenti melihat pemberian sebagai kewajiban moral, dan mulai menganggapnya sebagai sumber kesenangan jiwa.

 

Kitab Suci mengaitkan kerelaan hati untuk memberi dengan sukacita. Setelah menyumbangkan kekayaannya bagi pembagunan Bait Allah, Raja Daud mengajak bangsa Israel untuk ikut memberikan persembahan (1 Taw. 29:1-5). Bangsanya menanggapi dengan murah hati dan sukarela—mereka menyumbangkan emas, perak, dan batu permata (ay. 6-8). Namun, perhatikanlah alasan sukacita mereka: “Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada Tuhan” (ay. 9). Kitab Suci tidak pernah mendorong kita memberi supaya kita senang, tetapi memberi dengan tulus dan rela demi suatu kebutuhan. Jika kita memberi dengan dasar tulus dan sukarela, maka sukacita biasanya akan menyusul.

 

Kita mungkin sadar, lebih mudah mencari dana untuk gerakan penginjilan daripada bagi kebutuhan administratif, karena orang percaya senang merasa ikut andil dalam mendanai pelayanan di garis depan. Akan tetapi, marilah kita juga mendukung kebutuhan yang lain, karena Yesus sendiri telah rela menyerahkan diri-Nya demi menjawab kebutuhan kita (2 Kor. 8:9).

 

Nas hari ini memberikan kita nasihat agar saat kita memberi jangan pernah dirasakan sebagai beban. Jangan membuat kita jadi tertekan. Pemberian kita jangan diberikan dengan perasaan ragu, enggan segan, atau tidak rela. Sesungguhnya, sebagaimana terlihat dalam kutipan ini, memberi haruslah menjadi kesempatan untuk bersukacita dengan luar biasa! Pemberian kita harus diberikan dengan iman; berikan pemberian kita kepada Allah dengan keyakinan akan firmanNya. Jika kita memberi dengan mengeluh dan tidak rela, maka apakah hal itu akan membuat Allah menunda pemberian berkat-Nya yang sempurna kepada kita? Kita tidak tahu. Tetapi, kita tahu bahwa Allah sungguh-sungguh mengasihi orang yang memberi dengan gembira dan sepenuh hati. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Ko. 9:7)

 

Dalam ayat ini, sangat jelas bahwa memberi (kita tidak bicara tentang mengembalikan sepersepuluh milik Allah kepada-Nya) janganlah dengan terpaksa. Jangan ada yang merasa diintimidasi untuk memberi. Jangan ada yang merasa ditekan harus memberi. Memberi jangan dijadikan kewajiban atau dimotivasi oleh rasa bersalah. Memberi harus dilakukan menurut kehendak bebas dan kasih.

 

Memberi adalah keputusan pribadi untuk memberi berkat kepada orang lain sebagaimana kita diberkati oleh Allah. Kita melakukannya dengan memberikan dukungan pada berbagai pelayanan dalam gereja setempat kita. Ya, memberi bisa dilakukan di tempat-tempat lain, tetapi jagalah agar kita terlebih dahulu memberi perhatian kepada tempat di mana kita dibesarkan dari minggu ke minggu. Berilah dengan rela dan gembira. Pemberian kita jangan disampaikan dengan perasaan ragu, enggan, atau tidak rela.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana seharusnya kita memberi untuk karya Allah? Banyak wadah pelayanan yang menawarkan kesempatan untuk memberi kepada Tuhan dengan bermacam-macam cara. Mulai dari orang miskin, kebutuhan anak-anak, membantu pembangunan gereja, mendukung program misi dan penginjilan, dan lain sebagainya.

 

Kita harus menyadari bahwa masing-masing kita memiliki bagian yang harus dikerjakan. Mungkin kita tidak berada di garis depan ladang pelayanan misi untuk langsung melayani jiwa-jiwa yang ada di pelosok tanah air, namun kita dapat turut memasok bahan bakar untuk mereka yang ada di garis depan. Karena saat kita melakukan bagian tersebut, bagian kita menjadi sama pentingnya seperti mereka yang langsung turun melayani jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan. Karena itu, marilah kita memberi dengan tulus dan sukarela agar kita memeroleh sukacita dari Allah. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...