Renungan hari ini:
“TUHAN MENJADI JAMINAN DAN PEMBELA DI TENGAH PENDERITAAN”
Ayub 17:3 (TB2) "Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi-Mu sendiri! Siapa lagi yang dapat membuat persetujuan bagiku?"
Job 17:3 (NET) "Make then my pledge with you. Who else will put up security for me?"
Dalam nas hari ini, Ayub dengan penuh kerendahan hati memohon agar Tuhan menjadi jaminan dan pembelanya di tengah penderitaan yang ia alami. Ayub merasa tidak ada lagi di antara manusia yang bisa membela atau mendukungnya; hanya Tuhan yang ia percayai sebagai tempat berlindung dan pengharapan. Ayub menunjukkan imannya yang kuat, meskipun ia berada di titik terendah dalam hidupnya.
Dari ayat ini, kita belajar bahwa dalam keadaan yang paling sulit sekalipun, saat tidak ada seorang pun yang bisa diandalkan, kita masih bisa bersandar pada Tuhan. Dia adalah Jaminan yang paling setia, yang selalu siap untuk memberi kita perlindungan dan kekuatan. Seperti Ayub, kita diajak untuk meletakkan kepercayaan penuh kepada Tuhan, karena hanya Dia yang mampu membawa kita melewati setiap tantangan hidup.
Renungan ini mengingatkan kita bahwa tidak ada situasi yang terlalu berat bagi Tuhan. Di saat kita merasa sendirian, tidak ada orang yang peduli, atau dunia seolah melawan kita, ingatlah bahwa Tuhan selalu ada, siap menjadi pembela dan penjamin hidup kita. Mari kita terus mendekat pada-Nya, menyerahkan segala pergumulan kita, dan percaya bahwa dalam tangan-Nya, kita aman dan terjamin.
Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Ada beberapa hal yang dapat kita renungkan dari nas ini:
Pertama, kebergantungan total pada Tuhan. Ayub menyadari bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat menjadi penjamin atau pembelanya selain Tuhan. Dalam penderitaan yang begitu berat, Ayub menyatakan ketergantungannya sepenuhnya kepada Tuhan. Renungan dari ayat ini mengajarkan bahwa dalam situasi di mana kita merasa tak ada satu pun manusia yang dapat menolong, kita harus mengingat bahwa Tuhan selalu ada. Dia adalah satu-satunya yang dapat diandalkan sebagai pembela dan penolong kita.
Kedua, kehilangan dukungan duniawi. Ayub berada di titik di mana semua dukungan dari orang-orang di sekitarnya tampak hilang. Dari sini, kita dapat merenungkan bahwa sering kali, dalam masa-masa sulit, kita merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang kita anggap dekat. Namun, seperti Ayub, kita diundang untuk melihat melampaui dukungan manusiawi dan bergantung pada janji Tuhan yang setia.
Ketiga, iman dalam ketidakpastian. Ayub, meskipun penuh dengan pertanyaan dan penderitaan, tetap menunjukkan imannya kepada Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa dalam ketidakpastian hidup, iman kepada Tuhan adalah kunci untuk tetap kuat. Bahkan ketika kita tidak mengerti atau tidak tahu jalan keluarnya, kita bisa menyerahkan semuanya kepada Tuhan sebagai Jaminan yang setia.
Keempat, Tuhan sebagai Pembela kita. Renungan lain yang bisa diambil adalah bagaimana Ayub menyerahkan perkaranya kepada Tuhan sebagai pembela. Kita diingatkan bahwa Tuhan adalah hakim yang adil dan pembela kita di saat kita merasa tak ada yang membela. Kita dapat dengan percaya diri mendekat kepada-Nya dan meminta pertolongan. Karena itu, ayat ini mengajak kita untuk merenungkan hubungan kita dengan Tuhan dalam situasi sulit, memperdalam iman kita, dan mengingat bahwa hanya Tuhan yang dapat menjadi Jaminan yang sejati dalam hidup kita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN