Sabtu, 21 Desember 2019

KOTBAH MINGGU ADVENT IV Minggu, 22 Desember 2019 “TERANG TUHAN TERBIT ATASMU”

KOTBAH MINGGU ADVENT IV
Minggu, 22 Desember 2019

TERANG TUHAN TERBIT ATASMU
Kotbah: Yesaya 60:1-7  Bacaan: Lukas 1:26-37




Saat ini kita memasuki Minggu Adent IV. Dalam Minggu ini kita akan merenungkan tema “Terang TUHAN Terbit Atasmu”. Terang sangat kita butuhkan. Kita tidak dapat hidup tanpa terang. Penelitian telah membuktikannya. Ketika kita tinggal dalam kegelapan, kita akan merasa gelisah, lalu mulai emosional dan kehilangan kendali diri. Jika keadaan ini terus dibiarkan, kita dapat menjadi paranoid dan mengalami halusinasi. Bahkan, di titik yang paling ekstrem, kehilangan keinginan untuk hidup. Ketiadaan cahaya dalam rentang waktu yang panjang, dapat menjadi penyebab hilangnya pengharapan.

Sedikit banyak, itulah yang dirasakan bangsa Israel saat mereka kembali dari Babel ke Yerusalem. Mereka belum pulih dari berbagai trauma yang mereka alami dalam masa pembuangan. Semua yang mereka lalui membuat mereka meragukan kasih Allah. Daya lihat mereka terhadap janji Allah pun memudar. Ketika itulah, melalui Nabi Yesaya, Allah memberikan pesan pengharapan yang menerangi hati mereka. Bahwa Tuhan akan mendatangkan Terang yang akan terbit di tengah mereka. Bangsa mereka akan dipulihkan, dan bahkan melalui merekalah, bangsa-bangsa akan datang kepada terang Allah.

Kesulitan hidup memang kerap membuat sekeliling kita terasa gelap. Kegagalan demi kegagalan yang kita alami seakan menyerpihkan setiap harapan yang tersisa. Meski demikian, Tuhan tidak pernah menghendaki kita untuk terus diam dalam kegelapan. Saat Tuhan mengangkat kita menjadi anak-Nya, Dia bukan hanya memberikan terang-Nya untuk tinggal di dalam kita, tetapi Dia juga memberikan sebuah identitas baru. Dia melabeli kita sebagai terang dunia. Siapa pun kita, terlepas dari segala kesalahan dan kegagalan di masa lalu, kita telah diberikan kapasitas untuk bersinar. Agar kita dapat menerangi kegelapan dalam hidup banyak orang. Agar mereka memperoleh pengharapan dalam terang Allah yang terpancar melalui kita. Maka dari itu, bangkitlah dari keterpurukan. Terobosan besar telah Tuhan sediakan. Dia akan kerjakan pemulihan, kemenangan dan menyediakan berkat yang membawakan sukacita sejati bagi hidup kita. Dia, Tuhan, akan melaksanakannya dengan segera. Tepat pada waktu-Nya yang sempurna

Menjadi terang bukan berarti bahwa kita harus selalu berdoa keliling atau menjadi pendeta, tetapi bisa juga lewat perbuatan-perbuatan kita yang menunjukkan perbedaan nyata dengan pola pikir dunia. Karena terang yang kita terima bukan saja untuk diri kita tetapi juga untuk orang lain, terutama mereka yang masih dalam kegelapan.

Contoh dalam kehidupan kita, ketika orang korupsi, kita tidak ikut-ikutan, ketika orang lebih suka menerima, kita malah lebih suka memberi. Ketika orang terlalu sibuk tanpa henti mengumpulkan kekayaan, kita meluangkan waktu untuk beribadah dan melayani jiwa-jiwa yang membutuhkan pertolongan, dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk memuliakan Tuhan yang berbeda dengan yang dunia ajarkan.

Semuanya itu menunjukkan bahwa ada terang sejati yang berkuasa atas diri dan hidup kita, yaitu Tuhan Yesus. Melalui kita dunia akan melihat perbedaan nyata dan mengerti arti terang dalam Kristus. Untuk itu kita harus bangkit dan menjadi terang.

Apa makna Terang TUHAN terbit atas kita? Ada beberapa makna yang terkandung dari pernyataan ini, yakni:

Pertama, Terang yang terbit atas kita itu memberikan optimisme TUHAN bagi umat pilihan-Nya. Menghadapi kenyataan hidup, ada optimisme dari TUHAN Allah, “bangkitlah, menjadi teranglah.” Perintah ini adalah otoritas dan jaminan Allah bahwa umat-Nya dapat bangkit serta tegak berdiri di tengah ancaman. Di sini jaminan-Nya adalah “Ia meneguhkan kita sehingga kita dapat bangkit di tengah kondisi yang menggenaskan sekalipun. Indikator bahwa kita sedang bangkit ialah “kita menjadi terang, sebagai alat kebenaran dan keadilan TUHAN di tengah kegelapan dengan menghadirkan damai sejahtera berlandaskan sikap tidak membalas jahat dengan jahat” (Mat. 5:9,14,43-48; 7:12; Yes. 32:1-2,17).

Kedua, Terang terbit atas kita memberikan otoritas TUHAN untuk menjadi terang. Sesudah peritah “bangkitlah,” ada perintah susulan, “menjadi teranglah,” karena “terangmu telah datang!” Kebenaran Sabda ini memberikan jaminan otoritas bagi kehidupan umat Allah bahwa “dari TUHAN ada keberpihakkan-Nya, sehingga kita akan terus tegak bercahaya di tengah kegelapan. Landasan bagi otoritas untuk bercahaya dalam kegelapan dunia ini adalah: TUHAN telah menetapkan agar kita menjadi “alat restorasi dan transformasi, karena Ia telah membuat kita menjadi terang bagi bangsa-bangsa” (Yes. 49:6). Dengan demikian, kita dapat menghadirkan terang bagi dunia yang gelap, karena “terang telah datang bagi kita, dan kemuliaan TUHAN telah terbit bagi kita” (Yes. 60:1).

Dalam hal ini ada penegasan TUHAN Allah kita, “Jangan takut, karena pada kita ada kesukaan besar, Juruselamat telah lahir bagi kita” (Luk. 2:10). Di sini ada jaminan TUHAN, bahwa “Juruselamat, Yesus Kristus adalah jaminan kekal di mana kita dapat tegak di tengah tantangan dunia yang menggenas sekalipun.”

Perbuatan Allah ini adalah jaminan-Nya bagi kita umat-Nya bahwa dengan otoritas-Nya kita akan terus menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Peran ini haruslah kita hidupi dengan menghadirkan berkat perdamaian dan keadilan dari Yesus Kristus, Putra Natal (Mat. 38:28-20) di tengah dunia di mana kita dihadirkan-Nya (Yoh. 17:18;20:21).

Ketiga, Terang yang terbit atas kita membuta kita jangan terpaku di dalam kegelapan. Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. (Yes. 60:1-2) Gagal adalah kata yang menakutkan bagi kita. Kita sulit menerima kegagalan dan menjadikan kegagalan adalah batu sandungan bagi keberhasilan. Padahal, kadang kegagalan bila disikapi dengan lapang dada akan menjadi batu loncatan menuju keberhasilan. Tetapi kita sudah menyerah pasrah dan meratapi kegagalan itu. Belajar dari Thomas Edison, ia sudah mengalami ratusan kegagalan sebelum berhasil dengan penemuannya. Dari pengalamannya, ia mengatakan, “Banyak kegagalan hidup yang dialami oleh manusia disebabkan mereka tidak mengetahui bahwa mereka telah selangkah lebih dekat dengan kesuksesan. Ini terjadi ketika mereka kemudian menyerah pasrah.”  Alexander Graham Bell: When one door closes another door opens; but we so often look so long and so regretfully upon the closed door, that we do not see the ones which open for us. Kita kerap melihat kegagalan sebagai bencana, diam terpaku dan melihat pintu harapan telah tertutup. Diam terpaku melihat jalan keluar yang buntu. Kita perlu sebuah keyakinan, saat sebuah pintu tertutup, terbukalah pintu lainnya. Namun seringkali kita terpaku menunggu dan menyesali tertutupnya pintu pertama tanpa pernah sadar bahwa sesungguhnya ada pintu lain yang terbuka untuk kita jalani. Demikian juga yang spiritualitas yang kita alami.  Terpuruk meratapi kegagalan mereka. Hidup terasa tidak ada masa depan yang pasti. “Meratapi hidup dalam kegelapan”. Yesaya mengebrak kita dengan mengatakan “bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.” Mata kita hanya tertuju pada dunia yang gelap, masa depan yang tak berpengharapan, jalan keluar yang telah tertutup; padahal Tuhan telah menerbitkan terang bagi kita hari ini. Awal dari perjuangan berikutnya adalah bangkit dan nyalakan terangmu. Orang percaya tidak boleh menyerah dan kalah. Pegang janji Tuhan. Mazmur  37:24 “apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.”

Keempat, Terang TUHAN terbit atas kita membuat kita harus    Fokus ke masa depan. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi." (Yos.  1:9) Ulat Kecil mempunyai keinginan untuk mencari daun-daun hijau di seberang jalan. Tetapi ia harus melalui jalan raya yang lebarnya 6 meter. Ada banyak yang mencibirnya, ada juga yang memberi motivasi padanya. Dengan tetap fokus pada tujuan di depan, akhirnya si ulat bisa mencapai daun-daun yang hijau dan segar.

Ulat kecil mengajarkan kita tentang keteguhan dan keyakinan pada diri sendiri. Sebelum kita percaya pada orang lain, mulailah dengan percaya pada diri sendiri. Dengan demikian kita telah mengantongi satu pikiran positif untuk merespon setiap perkataan orang lain. Dan sebelum kita mulai mempercayai diri sendiri, dasarilah pada kepercyaan yang teguh pada kuasa Tuhan yang setiap hari memberi energi yang tiada berakhir. Percaya bahwa Tuhan menyertai sepanjang jalan kehidupan kita. Teruslah bermimpi dan berharap, sebab dalam mimpi dan pengharapan itulah Tuhan menyediakan kekuatanNya untuk kita. “Curahkan segala yang anda miliki pada mimpi-mimpi anda, maka anda akan terpesona dengan energi yang muncul dari dalam diri anda (William James).” Sebagaimana ulat, O.S Marden memberi motivasi pada kita; semua yang anda impikan, anda inginkan dan anda harapkan, akan dapat anda raih jika anda memiliki kekuatan untuk bertahan, jika anda dapat tetap terfokus pada tujuan anda dengan intensitas yang cukup dan dengan satu tujuan. Terus berjaung dalam penyertaan Allah.  Penyertaan Allah mengatasi segala kecurigaan, kebimbangan atau ketidakpercayaan. Sehingga penyertaan Allah mengubah memotivasi diri kita untuk terus fokus pada apa yang kita raih di depan. Penyertaan Allah memberikan keberanian menghadapi masa depan sebab ia percaya pada harapan di depan yang bisa ia capai. Penyertaan Allah akan membawa kita pada seberang jalan dengan berbekalkan pengharapan. Fokus ke depan bersama Allah. Karena itu, marilah mensyukuri kedatangan Terang yang terbit atas kita. (rsnh)

Selamat beribadah dan merayakan Advent IV

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...