Renungan hari ini:
“POSISI KITA DI HADAPAN TUHAN”
1 Tawarikh 29:15 (TB2) "Sebab, kami adalah pendatang dan warga asing di hadapan-Mu sama seperti semua nenek moyang kami. Hari-hari kami di atas bumi seperti bayang-bayang dan tanpa harapan"
1 Chronicles 29:15 (NET) "For we are resident foreigners and nomads in your presence, like all our ancestors; our days are like a shadow on the earth, without security"
Nas hari ini mengajak kita untuk merenungkan posisi kita di hadapan Tuhan dan realitas kehidupan yang sementara. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kita adalah pendatang dan warga asing di dunia ini, sama seperti nenek moyang kita. Ini menunjukkan bahwa kehidupan di bumi ini bersifat sementara dan tidak abadi. Kita sering kali terjebak dalam rutinitas dan kesibukan sehari-hari, melupakan bahwa hidup ini adalah anugerah yang harus kita syukuri. Seperti bayang-bayang, hari-hari kita cepat berlalu, dan tanpa harapan, kita bisa merasa kehilangan arah. Namun, dalam kesadaran akan sifat sementara ini, kita diingatkan untuk tidak terlalu melekat pada hal-hal duniawi.
Sebagai pendatang, kita diajak untuk hidup dengan tujuan yang lebih tinggi, yaitu untuk memuliakan Tuhan dan menjalani hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Kita perlu mengingat bahwa meskipun hidup ini penuh tantangan dan ketidakpastian, ada harapan yang lebih besar dalam iman kita kepada Tuhan. Dia adalah sumber kekuatan dan pengharapan kita. Renungan ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita menghabiskan waktu kita di dunia ini. Apakah kita hidup dengan kesadaran akan tujuan ilahi kita? Apakah kita menggunakan waktu yang diberikan untuk melayani dan mencintai sesama? Mari kita berusaha untuk hidup dengan bijak, menyadari bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan meninggalkan jejak yang baik bagi generasi mendatang.
Apakah yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Dari nas ini dapat diambil dari beberapa poin penting yang mengajak kita untuk merenungkan kehidupan kita di hadapan Tuhan:
Pertama, kesadaran akan keterbatasan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kita adalah pendatang dan warga asing di dunia ini. Ini menunjukkan bahwa hidup kita di bumi ini bersifat sementara. Kita perlu menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki dan alami di dunia ini tidak abadi. Kesadaran ini dapat membantu kita untuk tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi.
Kedua, sejarah dan warisan. Dengan menyebut nenek moyang kita, kita diingatkan bahwa perjalanan hidup ini bukan hanya tentang diri kita sendiri, tetapi juga tentang warisan iman yang telah ditinggalkan oleh generasi sebelumnya. Kita diajak untuk menghargai dan meneruskan nilai-nilai iman yang telah diwariskan kepada kita.
Ketiga, kerapuhan hidup. "Hari-hari kami di atas bumi seperti bayang-bayang" menggambarkan betapa cepatnya waktu berlalu dan betapa rapuhnya kehidupan kita. Ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita menghabiskan waktu kita. Apakah kita memanfaatkan waktu dengan bijak untuk hal-hal yang bermakna dan berharga?
Keempat, harapan dalam ketidakpastian. Meskipun ayat ini menyebutkan "tanpa harapan," kita sebagai orang percaya memiliki pengharapan yang lebih besar dalam Tuhan. Kita diingatkan bahwa meskipun hidup ini penuh tantangan dan ketidakpastian, iman kita kepada Tuhan memberikan kita harapan dan tujuan yang lebih tinggi.
Kelima, memfokuskan hidup pada Tuhan. Sebagai pendatang, kita diajak untuk memfokuskan hidup kita pada hubungan kita dengan Tuhan. Ini berarti kita perlu mencari kehendak-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita dan berusaha untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip-Nya. Karena itu, dengan merenungkan poin-poin ini, kita dapat lebih memahami posisi kita di hadapan Tuhan dan bagaimana seharusnya kita menjalani hidup ini dengan penuh makna dan tujuan. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN