Kamis, 10 Oktober 2019

Renungan hari ini: TUHAN MELEPASKAN KITA DARI KESENGSARAAN

Renungan hari ini: 

TUHAN MELEPASKAN KITA DARI KESENGSARAAN



Mazmur 35:10 (TB) Segala tulangku berkata: "Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan orang yang merampasi dia?" 

Psalms 35:10 (NET) With all my strength I will say, “O Lord, who can compare to you? You rescue the oppressed from those who try to overpower them; the oppressed and needy from those who try to rob them” 

Sebagai orang yang hidup kita tentu tidak lepas dari segala kesengsaraan. Berbagai macam persoalan, penderitaan, pergumulan silih berganti menerpa kita. Jika kita mengandalkan kekuatan kita sendiri maka tentu kita akan menyerah dan angkat tangan. Tetapi sebagai orang beriman, kita punya TUHAN yang mampu melepaskan kita dari kesengsaraan itu. Dalam hidup ini ada sesuatu yang tidak pernah bisa dihindari oleh semua orang tanpa terkecuali, yakni kesengsaraan.  Senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap kita pasti menghadapi kesengsaraan dalam kehidupan ini.  Oleh karena itu jangan pernah lari dari kesengsaraan, karena yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana caranya kita dapat menghindarkan diri dari kesengsaraan, namun yang paling utama adalah bagaimana respons hati kita terhadap kesengsaraan yang terjadi.

Kita seringkali lupa bahwa perjalanan hidup kekristenan itu tidak hanya sekedar berbicara tentang berkat, mujizat, kemenangan, pemulihan dan sebagainya, tetapi juga proses;  berkat, mujizat, kemenangan, pemulihan adalah output atau hasil dari sebuah proses.  Kesengsaraan adalah satu bentuk dari proses itu sendiri!  Berkat, mujizat, kemenangan dan pemulihan adalah hal yang pasti Tuhan sediakan, karena Dia adalah Tuhan yang selalu memegang setiap janji-Nya.  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bil. 23:19).  Seringkali kita terlalu sibuk memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan berkat Tuhan, tapi ketika dihadapkan pada kesengsaraan sebagai bagian dari proses, kita memiliki repons yang tidak benar:  mengomel, bersungut-sungut, marah, berontak, mengambinghitamkan orang lain atau keadaan, dan bahkan berani menyalahkan Tuhan.

Adalah hal mudah bagi Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir karena Firaun dan bala tentaranya bukanlah suatu halangan berarti, tapi untuk membentuk dan memproses bangsa Israel Tuhan membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 40 tahun di padang gurun, karena bangsa Israel dikenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk  (Kel. 32:9).  Pertanyaan:  apakah kita mau taat atau tidak, punya penyerahan diri atau tidak, ketika sedang berada dalam  'proses'nya Tuhan?  Yang pasti, setiap proses yang Tuhan ijinkan terjadi dan kita alami semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita, karena Tuhan tidak pernah merancang hal-hal yang jahat terhadap kita.

Perjalanan hidup kekristenan adalah sebuah perjalanan yang tidak mudah, tidak selalu melewati jalan yang rata, tapi penuh dengan tantangan, seperti perjalanan bangsa Israel sebelum mencapai Tanah Perjanjian:  harus menaklukkan musuh-musuh.  "Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit; suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun."  (Ul. 11:11-12).  Kalimat  'bergunung-gunung dan berlembah-lembah'  adalah gambaran bahwa perjalanan yang harus kita tempuh adalah perjalanan yang penuh liku-liku, masalah bisa datang secara tiba-tiba tapi yang menyertai kita  (Tuhan)  jauh lebih besar dari semua masalah yang ada, dan Ia tidak akan melepaskan pandangan-Nya, tetapi mengawasi kita dari awal sampai akhir!

Apa tujuan Tuhan memproses kita?  "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya"  (Yer. 18:4).  Tuhan perlu proses kita supaya kita memiliki kualitas hidup yang lebih baik lagi.  Semakin kita memiliki kehidupan yang berkualitas, semakin kita menjadi perabot untuk maksud yang mulia  (2Tim. 2:21). Tuhan menggunakan kesengsaraan untuk mengembangkan karakter kita, menjadikan kesengsaraan sebagai latihan rohani yang bertujuan untuk menguatkan iman kita.  Karena itu, jangan jadikan kesengsaraan sebagai beban yang justru akan membuat kita semakin stress, tapi anggaplah sebagai kesempatan untuk lebih mendekat kepada Tuhan, mencari wajah-Nya lebih sungguh dan bergantung penuh kepada-Nya. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...