Rabu, 01 Maret 2023

Renungan hari ini: “BERBAHAGIALAH ORANG YANG DIANIAYA” (Matius 5:10)

 Renungan hari ini:

 

“BERBAHAGIALAH ORANG YANG DIANIAYA”


 

Matius 5:10 (TB) "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga"

 

Matthew 5:10 (NET) “Blessed are those who are persecuted for righteousness, for the kingdom of heaven belongs to them"

 

Hari ini kita mempelajari arti kata-kata berikut , “Berbahagialah orang yang dianiaya.” Di sini ucapan berkat ditujukan kepada orang yang menderita. Dengan kata lain, “Berbahagialah orang yang menderita oleh sebab kebenaran.” Nah, di dunia ini orang yang menderita sama sekali tidak akan dianggap bahagia! Kita menganggap orang yang menderita itu harus dikasihani.

 

Mari sekarang kita melihat beberapa alasan mengapa penderitaan itu begitu bernilai.  Bahkan kitab orang Yahudi yang disebut Talmud (Talmud berarti pelajaran), yaitu buku pelajaran orang Yahudi, memperhatikan dengan jelas bahwa di dalam Perjanjian Lama, orang yang diberkati adalah yang menderita, atau orang yang menderita adalah yang diberkati – yang mana saja karena keduanya tak dapat dipisahkan. Talmud itu ditulis oleh para rabi Yahudi, dan bukan orang Kristen. Rabi-rabi Yahudi ini, ketika mempelajari Firman Allah, mencatatkan dengan baik pengamatan ini: Allah memilih Nuh karena Nuh dianiaya, dan ditolak pada zamannya. Ia dikucilkan. Ia menonjol sebagai orang benar di tengah-tengah satu angkatan yang jahat.

 

Apa yang dapat kita pelajari dari nas hari ini?

 

Pertama, penderitaan adalah pintu gerbang masuk Kerajaan Surga. Semua ini berarti bahwa penderitaan adalah pintu gerbang dan jalan menuju Kerajaan Surga. Tidak ada jalan lain untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga melainkan melalui pintu gerbang penderitaan. Marilah kita membaca Kisah 14:22 di mana kita melihat bahwa itulah yang diajarkan oleh para rasul pada murid-murid pada zaman itu. Di sini Paulus baru saja diperlakukan dengan buruk, dilempari batu sehingga disangka sudah mati di kota Ikonium. Kita membaca di ayat 19, “Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati.” Nah, Paulus banyak menderita terutamanya di tangan orang-orang Yahudi. “Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra”, – tempat di mana ia dilempari batu –

 

Kedua, kita menderita karena kita bukan dari dunia ini. Penganiayaan yang kita alami disebabkan karena kita bukan dari dunia ini. Itulah tanda seorang Kristen, bukan tanda dunia ini. Inilah yang dikatakan oleh Yesus di Yohanes 15:19.Dunia membenci kita karena kita bukan dari dunia. Sekiranya kita dari dunia, dunia tidak akan menganiaya kita. Dunia akan mengasihi kita sebagai miliknya. Tetapi karena kita bukan dari dunia, itulah sebabnya dunia membenci kita, itulah sebabnya mereka menganiaya kita. Dengan kata lain, kita dianiaya sebagai seorang Kristen karena kita memiliki satu tanda bahwa kita bukan dari dunia. Bagaimana kita memiliki tanda itu? Tentu saja, melalui kehidupan kita yang benar! Dunia membenci kebenaran karena kebenaran menyebabkan ketidakbenaran menjadi menyolok.   Kebenaran menelanjangkan dosa dunia. 

 

Ketiga, penderitaan memurnikan iman kita. Penderitaan merupakan suatu berkat karena ia memurnikan iman kita. Ia menguji kesejatian iman kita. Kemurniaan iman kita diuji oleh penderitaan. Penderitaan memurnikan kita karena ia memurnikan iman. Ia menyingkirkan yang palsu!

 

Keempat, penderitaan menyebabkan kita tunduk kepada ALLAH. Penderitaan tidak hanya menyebabkan kita berhenti berbuat dosa, tetapi juga untuk hidup menurut kehendak Allah. Karena tidak ada orang yang rela menerima penderitaan jika dia tidak siap untuk meletakkan seluruh kehidupannya untuk tunduk di bawah kehendak Allah. Tentu saja tidak! Kecuali kita siap untuk hidup secara total di bawah kehendak Allah – bukan kehendakmu tetapi kehendak Allah  – kita pasti tidak akan menerima penderitaan. Kita tidak akan menerimanya. Kita akan melawan balik. Kita akan menolak. Kita akan mengeluh dan bersungut-sungut. Namun lihatlah apa yang dilakukan Yesus. Ia menyerahkan hidup-Nya secara total di bawah kehendak Allah, menerima penderitaan dengan sukacita, bukan saja dengan pasrah namun dengan sukacita. Penderitaan memberikan kesempatan kepada kita untuk tunduk dengan rela hati kepada kehendak Allah.

 

Yesus adalah Anak Allah – sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Jika Anak Allah harus belajar taat dari apa yang diderita-Nya, lebih-lebih lagi kita harus belajar taat dari apa yang kita deritai. Bagaimana kita belajar menjadi taat? Melalui penderitaan. Penderitaan adalah sekolah di mana kita belajar menjadi taat. Di mana lagi kita harus belajar menjadi taat jika kita tidak perlu menderita? Penderitaanlah yang mengajar kita betapa pentingnya untuk taat. Di tengah-tengah penderitaanlah kita belajar menjadi taat. Karena itu, jika pun kita harus mengalami penganiayaan dan penderitaan karena Yesus, terimalah itu dengan sukacita sebab dengan demikian kita akan menerima kebahagiaan kekal. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...