Kamis, 09 Februari 2023

Renungan hari ini: “JANGAN MERUSAKKAN PEKERJAAN ALLAH DENGAN MAKANAN” (Roma 14:20)

 Renungan hari ini:

 

“JANGAN MERUSAKKAN PEKERJAAN ALLAH DENGAN MAKANAN”


Roma 14:20 (TB) "Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung!"

 

Romans 14:20 (NET) "Do not destroy the work of God for the sake of food. For although all things are clean, it is wrong to cause anyone to stumble by what you eat"

 

Pernyataan Paulus ini dilatar belakangi oleh perbincangan soal makanan. Paulus dengan tegas memberikan pernyataannya pada ayat 17, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus”. Paulus hendak mengajarkan kepada kita bahwa janganlah gara-gara makanan pekerjaan Allah di dunia ini rusak dan hancur. Sebaliknya, Paulus mengajak kita untuk mengejar kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita, maka kita berkenan kepada Allah dan dihormati manusia (ay. 18). 

 

Pada ayat 19, Paulus mengingatkan jemaat Roma kembali mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera (bdk. Rm. 12:18). Kata kerja “mengejar” berarti, sebagai umat Tuhan, kita dituntut untuk secara aktif terus-menerus mengejar sesuatu yang mendatangkan damai sejahtera. Penulis Surat Ibrani mengajarkan hal yang sama, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14) Dengan demikian, setiap anak Tuhan dituntut untuk mengejar hidup damai dengan semua orang. Damai sejahtera seperti apa? Kembali, Paulus telah menguraikannya di ayat sebelumnya, yaitu ayat 17 yaitu damai sejahtera yang didahului oleh kebenaran keadilan dan disertai dengan sukacita yang kesemuanya dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam Kerajaan Allah. Berarti, ada pembatasan arti damai sejahtera yang Paulus ingin ajarkan, yaitu berkaitan dengan kebenaran keadilan, sukacita, Roh Kudus, dan berakhir dengan Kerajaan Allah. 

 

Setelah kita diingatkan Paulus untuk mengejar damai sejahtera, maka di ayat 20, ia mengingatkan kembali, “Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung!” Ketika kita sudah mengetahui bagaimana mengejar damai sejahtera, maka otomatis kita tidak lagi merusakkan pekerjaan Allah hanya karena meributkan hal-hal sepele/sekunder, misalnya makanan.

 

Ada dua hal yang hendak kita renungkan melalui nas hari ini, yakni:

 

Pertama, janganlah kita menjerumuskan orang lain ke dalam dosa karena itu akan merusak pekerjaan Allah. Di dalam Kekristenan dewasa ini, hal ini juga tetap berlaku. Jangan hanya karena perbedaan pendapat dalam hal-hal sekunder saja, kita sudah seperti kebakaran jenggot, menantang orang yang berbeda pendapat itu di dalam perdebatan-perdebatan yang sebenarnya membuang waktu. Ketika kita mencoba beradu mulut (dan logika) dengan mereka yang berbeda pendapat/doktrin di dalam hal-hal sekunder, kita sebenarnya sedang merusakkan pekerjaan Allah, karena kita lebih memerhatikan hal-hal sekunder ketimbang hal-hal primer. Hal ini tidak berarti kita kompromi! Biarlah kita tetap menghargai, tetapi tidak berarti kompromi, sedangkan untuk hal-hal primer, marilah kita sengit memperjuangkannya dan berani menghadapi para bidat yang memang benar-benar melawan doktrin-doktrin utama iman Kristen. Semoga kritikan Paulus yang tajam ini juga menjadi refleksi bagi kita yang gemar berdebat tanpa mengerti motivasi, cara, sasaran, dan tujuan debat yang sesungguhnya.

 

Kedua, janganlah kita membuat orang lain tersandung karena makanan yang kita makan. Lalu, Paulus menjelaskan bahwa segala sesuatu itu suci, tetapi ketika kita membuat orang lain tersandung karena makanan yang kita makannya, maka kita itu celaka/jahat. Dengan kata lain, selain merusakkan pekerjaan Allah, orang Kristen yang menjerumuskan orang lain/sesamanya dapat dikategorikan sebagai tindakan yang salah. Mengapa? Karena dia sebenarnya membuat sesamanya tersinggung di dalam hal-hal sekunder, misalnya makanan. Jika diaplikasikan di dalam konteks sekarang, barangsiapa atau “hamba Tuhan” siapa yang berani menjerumuskan jemaat atau orang Kristen dari gereja lain yang berbeda doktrin dengannya ke dalam perasaan bersalah karena tidak mematuhi apa yang dikatakan “hamba Tuhan” ini (misalnya, jika tidak dibaptis selam tidak “alkitabiah”, jika tidak bisa berbahasa lidah maka tidak ada “roh kudus”, dll), “hamba Tuhan” ini sebenarnya sedang merusak pekerjaan Allah karena terlalu meributkan hal-hal sekunder ditambah tindakannya ini dapat dikategorikan sebagai tindakan yang salah/jahat/tidak berguna. Bertobatlah jika kita sebagai pelayan Tuhan atau jemaat Kristen suka mengintimidasi orang Kristen lain untuk hal-hal sekunder! Karena itu, jagalah sikap kita agar tidak membuat pekerjaan Allah rusak melalui apa yang kita makan dan minum. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...