Sabtu, 13 Februari 2021

KOTBAH MINGGU ESTOMIHI Minggu, 14 Pebruari 2021 “PELAYAN TUHAN YANG SETIA” (2 Korintus 4:1-6)

 KOTBAH MINGGU ESTOMIHI

Minggu, 14 Pebruari 2021

 

“PELAYAN TUHAN YANG SETIA”

Kotbah: 2 Korintus 4:1-6          Bacaan: 2 Raja 2:1-12




 

Hari ini kita memasuki Minggu Estomihi yang artinya “Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan - Sai Ho ma gabe Partanobatoan di ahu (Mzm. 31:3b). Dan dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Pelayan TUHAN yang Setia”. Sebagai pelayan atau hamba TUHAN (baca: pendeta, guru jemaat, biblevrow, diakones, dan sintua) tidak boleh kendor semangatnya tatkala berjumpa dengan berbagai masalah dan pergumulan dalam jemaat. Kita tidak boleh undur, kecut dan bahkan melarikan diri dari pergumulan jemaat itu. Sebaliknya kita dituntut untuk tetap setia menghadapi setiap pergumulan pelayanan kita.

 

Mengapa kita harus tetap setia dalam melayani TUHAN di kala banyak pergumulan pelayanan menerpa kita? Jawabannya karena tugas pelayanan itu kita terima karena “kemurahan ALLAH” (ay. 1a). Artinya, tugas pelayanan yang sedang kita emban sekarang bukan berasal dari manusia sehingga kita tidak bertanggung jawab kepada manusia. Tugas pelayanan yang kita terima datangnya dari TUHAN sehingga kita harus mempertanggungjawabakannya kepada TUHAN.

 

Ada banyak hal yang sering membuat para pelayan TUHAN tidak setia dalam menjalankan tugas pelayanannya di tengah-tengah jemaat. Dari pendalaman teks kotbah Minggu ini, kita menemukan beberapa alasan yang membuat para pelayanan TUHAN menjadi tidak setia melayani TUHAN, yakni:


Pertama, ada orang yang sering melakukan tindakan dan  perbuatan-perbuatan tersembunyi yang memalukan (ay. 2a). Tindakan yang memalukan itu seperti semua tindakan yang bersifat skandal, suap, korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, mark up atau penggelembungan harga dalam proyek kecil maupun besar, laporan palsu. Dll. Dalam proyek Gereja jangan ada praktik seperti itu. 

 
Kedua, ada orang yang sering berlaku licik (ay. 2b). Licik artinya ada orang yang menggunakan firman TUHAN secara licik untuk tujuan pribadi pelayan. Paulus tidak ,au melakukan tindakan licik ini, ia hanya menyampaikan Firman Allah tanpa upaya tersembunyi untuk menyampaikan maksudnya secara pribadi bagi kepentingan pribadi pula. Awas dan hati-hati terhadap orang yang menyebut dirinya hamba Tuhan tetapi sebenarnya mempunyi maksud sedemikian demi kepentingan dirinya serta melakukannya secara licik. 


Ketiga, ada orang yang memalsukan Firman Allah (ay. 2b). Memang sukar membedakan siapa pelayan kebenaran tatkala begitu banyak kepentingan pribadi dan kebutuhan pribadi muncul ke permukaan. Banyak orang lebih tertarik, tergoda, pada tawaran Uang, Kekuasaan dan Kenikmatan (Sexual dan Narkoba, dan Material) atau UKK itu. Hakim Agung sekalipun tergelincir. Waspadalah agar Pendeta juga jangan tergelincir oleh UKK yang datang kepadanya. 

 

Keempat, ada orang yang sedang menuju kebinasaan (ay. 3b). Paulus menasihatkan bahwa setiap orang yang terus-menerus menolak Injil Yesus maka pada akhirnya mereka akan menuju kebinasaan hidupnya.

 

Kelima, ada orang yang dibutakan oleh Iblis (ay. 4a). Iblis adalah "penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka" (Ef. 2:2). Penolakan terhadap Injil akan membutakan kita. Sebaliknya, kebutaan itulah yang membuat kita menolak Injil. Bagaimana mereka bisa melihat jikalau kebutaan rohani ini diselesaikan lebih dahulu? Persoalannya, dapatkah seorang yang buta mengoperasi matanya sendiri? Mereka tidak sanggup melihat terang yang begitu cemerlang (ay. 4b). Kebutaan ini membuat mereka tidak sanggup melihat terang yang begitu cemerlang. 

 

Timbul pertanyaan kita sekarang, bagaimakah cara kita agar kita tetap menjadi pelayan yang setia di hadapan TUHAN? Belajar dari Paulus maka kita akan mengetahui rahasia pelayanan Paulus terletak pada kemurahan Allah (ay. 1a) sebagai dasar dari pelayanannya. Dia menerima pelayanan berdasarkan kasih karunia Allah (1Kor. 15:9-10). Dilibatkan oleh Allah dalam pelayanan Roh yang penuh kemuliaan (3:6-18) juga merupakan bentuk kemurahan ilahi. 

 

Ada beberapa hal yang kita pelajari dari kemurahan ALLAH ini aga kita tetap setia melayani TUHAN, yakni:

 

Pertama, kita tidak tawar hati (ay. 1b). Kesadaran terhadap kemurahan Allah inilah yang membuat Paulus tidak tawar hati. Dengan kata lain Paulus "tidak kehilangan hati". Pelayanan yang diterima sebagai kemurahan Allah tidak menjamin jalan di depannya selalu lurus dan tidak berbatu. Kemurahan Allah bukan berarti sepi masalah. Namun kemurahan Allah membuat kita tidak kehilangan hati di tengah semua persoalan yang ada.

 

Kedua, melayani dengan penuh integritas (ay. 2). Kesadaran tentang kemurahan Allah juga menolong Paulus untuk melakukan pelayanannya dengan penuh integritas. Dia hanya menyampaikan firman Allah apa adanya. Tidak ada maksud terselubung. Tidak ada motivasi yang bengkok. Dia bahkan membiarkan hidupnya diteropong semua orang. Ketulusan menjadi ciri dalam pelayanannya. Sikap ini jelas berbeda dengan para rasul palsu. Di pasal 2:17 Paulus dengan lantang berkata: "Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya".

 

Ketiga, melayani dengan cara ALLAH. Kesadaran bahwa pelayanan kita berasal dari Allah seharusnya membuat kita melayani dengan cara Allah. Pekerjaan Allah yang dikerjakan dengan cara Allah pasti selalu mendatangkan pertolongan Allah. Karena itu, tetaplah setia melayani TUHAN walau beribu godaan dan tantangan silih berganti menerpa kita. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...