Sabtu, 17 September 2022

KOTBAH MINGGU XIV SETELAH TRINITATIS Minggu, 18 September 2022 “TUHAN MENEGAKKAN ORANG YANG HINA” (Mazmur 113:1-9)

 KOTBAH MINGGU XIV SETELAH TRINITATIS

Minggu, 18 September 2022

 

“TUHAN MENEGAKKAN ORANG YANG HINA”

Kotbah: Mazmur 113:1-9 Bacaan: Lukas 16:1-13


 

Minggu ini kita memasuki Minggu Keempatbelas Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “TUHAN Menegakkan Orang yang Hina”. TUHAN menegakkan orang yang hina sejajar dengan mengangkat orang yang miskin. Bagian ini memberikan penekanan bahwa TUHAN bukan hanya menegakkan orang yang hina tetapi juga mengangkat orang yang miskin, sebuah tindakan TUHAN yang menaikkan derajat dan harga diri seseorang. 

 

Mazmur 113 adalah mazmur pujian dan biasa digunakan sebagai panggilan ibadah. Mazmur ini juga merupakan nyanyian pujian yang memuji TUHAN sebagai orang ketiga. Mazmur ini merupakan bagian besar dari Mazmur Hallel. Mazmur Hallel (Nyanyian Pujian) terdiri dari 3 koleksi yang terpisah: “Egyptian Hallel” (113-118), “Great Hallel” (120-136), dan diakhiri dengan Hallel Psalms (146-150). 

 

Dalam mazmur pujian ini para peserta ibadah diundang memuji Tuhan yang mengatasi segala sesuatu (ay. 1-4) namun mengutamakan manusia yang rendah dan mengaruniakan kepadanya hidup berlimpah (ay. 5-9). Keyakinan bahwa Tuhan meninggikan orang rendah berakar dalam pengalaman umat Israel: sekelompok pekerja rodi diangkat AIlah menjadi Anak dan umat-Nya. Mazmur ini adalah salah satu rentetan “Hallel besar” (Mzm. 1 13-118) yang dinyanyikan pada hari raya Paskah Yahudi (peringatan keluar dari Mesir) dan pada hari raya lainnya. Mazmur ini dimulai dan ditutup dengan seruan “Haleluya!” (pujilah Tuhan).

 

Pujilah Tuhan, hai hamba-hamba Tuhan. Semua hamba Tuhan diajak untuk memuji Tuhan (di dalam kata memuji ini terkandung juga makna mengakui, memuliakan, memasyurkan, menghormati, mentaati, menjungjung-tinggi, membesarkan, dan lain-lain). Mengapa? Sebab Tuhan itu tinggi luhur dan kemuliaanNya mengatasi segala langit, tidak ada seperti Dia (ay. 4-5). Dalam hal apa? Ia diam di tempat yang tinggi, namun Dia merendahkan diri-Nya, Dia menegakkan orang yang hina dan mengangkat orang miskin dan Dia mendudukan perempuan mandul sebagai ibu anak-anak (ay.6-9).

Puncak dari mazmur ini hadir dalam dua ilustrasi tentang bagaimana Tuhan membangkitkan orang miskin dan yang membutuhkan untuk duduk bersama para pangeran, dan bagaimana wanita mandul menjadi seorang ibu melalui intervensi ilahi (ay. 7-9). Penulis Mazmur 113 menggunakan dua kiasan dari doa Hana (1 Sam. 2: 1–10): (1) Tuhan “membangkitkan yang miskin dari debu” dan “menempatkan mereka bersama para bangsawan” (1 Sam. 2: 8 / Mzm. 113: 7–8) dan (2) “kemandulan” Hana (1 Sam. 2: 5 / Mzm. 113: 9). 

 

Pertanyaan kita sekarang adalah siapakah orang hina dalam perikope Minggu ini?

 

Pertama, orang miskin. Kata "Miskin" (dal) adalah istilah ekonomi, menunjukkan kurangnya aset seseorang. "Needy" (ebyôn) menarik perhatian pada konsekuensinya, kurangnya sumber daya manusia; orang yang membutuhkan dan orang yang kekurangan makanan. Sementara tumpukan kotoran dan sampah mungkin merupakan metafora, pengalaman modern orang- orang yang hidup di tumpukan sampah di pinggir kota-kota besar membuat bahasa ini benar-benar masuk akal.  

 

Orang hina dan miskin, yaitu mereka yang lemah kedudukan, mereka yang tidak mempuyai suatu ketrampilan atau keahlian yang diperlukan masyarakat, mereka yang menganggur dan berkekurangan. Hanya satu segi kemiskinan disebut: mereka tidak mempunyai perumahan, duduk di debu, di lumpur” atau lebih tepat di mana orang biasa membuang sampahnya; di pinggir kota mereka mendirikan gubuk, dan tidak mempunyai makanan yang cukup untuk dimakan. Ini adalah gambaran kemunduran dan kesengsaraan total. Orang miskin akan memilah-milah tumpukan sampah untuk sesuatu yang berguna, dan menghangatkan diri dengan api yang terus membara.66 Mereka itulah yang ditegakkan dan diangkat serta didudukkan bersama-sama para bangsawan di tempat di mana masa depan masyarakat direncanakan dan diambil keputusan yang menentukan kesempatan hidup orang banyak seperti hukum tanah, jaminan sosial, dan kesempatan kerja.

 

TUHAN membangkitkan orang miskin dari debu dan mengangkat yang membutuhkan dari tumpukan abu. Kata kerja “ia membangkitkan” disejajarkan dengan “ia mengangkat”, Tetapi Allah senang membesarkan mereka dari tanah yang begitu rendah dan martabat yang rendah, untuk mendudukkan mereka dengan kaum bangsawan bangsanya, yang kaya dan yang berkuasa atas tanah (lih. Mzm. 146:23 dan Ams. 19: 6). Kata “bangsawan” menunjuk pada "orang-orang yang mulia" yang dihitung di antara para pangeran dan orang-orang kaya. (Lih. Yes. 13: 2; : 28; 1 Taw. 28:29).69 Kerendahan hati mereka tidak hanya melibatkan kemiskinan dan kelaparan tetapi juga degradasi dan rasa malu. Dengan demikian pembebasan mereka tidak hanya melibatkan makanan tetapi pemulihan ke posisi yang tepat di masyarakat. Mereka sekarang duduk dengan bangga di antara orang-orang yang diperhitungkan di sana.

 

Kedua, orang mandul. Di dalam masyarakat agraris, seorang wanita hanya dipandang sebagai ibu; ia dikawinkan untuk melahirkan dan membesarkan angkatan penerus dalam keluarga besar suaminya. Wanita mandul dianggap hina, bahkan dianggap terkutuk. Ia mendapat tugas yang kurang menyenangkan, disakiti hatinya (bnd. 1 Sam. 1) dan dikesampingkan. Perempuan mandul inilah yang diangkat Tuhan menjadi seorang yang penuh sukacita karena menjadi ibu. Tuhan telah menghapuskan aibnya di depan manusia. Di timur dekat zaman dahulu, khususnya di Israel, kedudukan ibu merupakan prestasi tertinggi wanita mana pun. Wanita mandul adalah orang yang tersisih dalam masyarakat; ia adalah kekecewaan bagi suaminya, kepada wanita lain, dan terutama kepada dirinya sendiri. Meskipun demikian, kebaikan Tuhan juga menjangkau kelegaan dari penghakiman yang dinyatakan. Panggilan terakhir untuk memuji adalah jauh lebih meyakinkan, karena pemazmur telah mengembangkan dua alasan untuk memuji Tuhan: kedaulatan-Nya dan tindakan-Nya yang penuh kasih sayang.

Penghinaan Hana sendiri terletak pada ketidaksuburannya. Pujian dan kegembiraannya muncul karena TUHAN membalikkan hal itu, sehingga (secara hiperbola) wanita tanpa anak itu melahirkan tujuh. Dalam 1 Samuel 2, pengalaman Hana berada di bawah kisah besar yang TUHAN rencanakan; kita tahu tentang pengalamannya karena siapa putranya. Tindakan TUHAN seperti itu juga termasuk dalam kehidupan orang yang tidak memiliki signifikansi seperti itu.

 

Tuhan menggunakan kata-kata Hana, membalikkan penderitaan pengasingan ketika ia “membangkitkan orang miskin (Israel) dari debu ”dan“ mendudukkan mereka bersama para pangeran ”(Mzm. 113: 7, 8). Dengan kata lain, Tuhan “menempatkan perempuan yang tidak memiliki anak di rumahnya sebagai ibu yang bahagia bagi anak-anak” (Mzm. 113: 9). Singkatnya, penulis Mazmur 113 memperkenalkan Hallel Mesir dengan kiasan-kiasan ini melalui doa Hana untuk mengonfigurasi kembalinya dan pemulihan dalam gambar-gambar tentang pengangkatan orang miskin menjadi pangeran dan kemandulan Hana berubah menjadi ibu.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan pada Minggu keempat belas setelah Trinitatis ini?

 

Pertama, dipandang hina oleh manusia tidak masalah, tapi jangan sampai kita dipandang hina oleh Allah, karena itu kekal. Dipandang hina oleh manusia hanya sementara waktu. Tapi kalau dipandang hina oleh Allah, itu kekal. Kita harus mempersoalkan hal ini. Kira-kira, kita itu dipandang Tuhan hina atau tidak? Berapa nilainya? Dan itu adalah hal yang darurat, penting, dan mungkin satu-satunya. Salah satu penyakit jiwa manusia pada umumnya adalah mau dipandang orang lebih; merasa butuh penghargaan. Adalah tidak salah jika kita berharga di mata manusia. Tapi semua keberhargaan itu harus kita persembahkan untuk kepentingan pekerjaan-Nya, bukan untuk kepuasan diri semata. Maka, proses untuk menghancurkan karakter buruk itu luar biasa. Prosesnya sangat berat. Kenyataannya, banyak orang yang tidak rela dipandang hina oleh sesamanya, dipandang rendah, dipandang salah, dipandang sesat, dipandang bidat. Tidak rela. Maka, biasanya kita menggeliat, berusaha agar pandangan hina itu dihapus. Minimal direduksi, dikurangi, diminimalis.

 

Kedua, hanya orang yang rendah hati akan ditinggikan Tuhan (ay. 7-9). Hanya orang-orang jatuh yang akan diangkat untuk berdiri dan hanya orang-orang yang direndahkan yang akan ditinggikan. Karenanya, berbahagialah kamu orang-orang yang direndahkan sebab kamu pasti akan ditinggikan. Tuhan itu, sangat adil, Dia memperhatikan orang-orang yang dalam penderitaan, yang hina dari dalam debu dan bahkan memberikan jaminan untuk meninggikan mereka duduk bersama-sama dengan para bangsawan bangsanya. Sungguh janji yang menguatkan bagi saya bahwa tidak selamanya saya dalam keterpurukan sebab saya mempunyai harapan yaitu janji Allah. Tetapi bagaimana kita semua dapat menggenapi janji tersebut? Hanya dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Karena itu, jangan merasa rendah hati jika kita mengalami kehinaan, sebab TUHAN selalu ada bersama kita untuk mengangkat kita dari segala kehinaan menuju kemuliaan kekal. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...