Senin, 07 Maret 2022

Renungan hari ini: “HIDUPLAH DI DALAM KASIH” (Efesus 5:2)

 Renungan hari ini:

 

“HIDUPLAH DI DALAM KASIH”




 

Efesus 5:2 (TB)  "Dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah"

 

Ephesians 5:2 (NET) "And live in love, just as Christ also loved us and gave himself for us, a sacrificial and fragrant offering to God"

 

Pesan Paulus untuk “hidup dalam kasih” merupakan pesan kepada jemaat di Efesus. Hal ini dilakukannya mengingat hubungan di antara jemaat mulai mengalami degradasi kasih. Berbicara mengenai kasih, hampir di seluruh Alkitab, Tuhan meminta kita untuk saling mengasihi sebagaimana Dia mengasihi kita!  Ketika Kristus ada di sini di bumi, Dia memberikan teladan yang indah tentang bagaimana menjalani hidup kita --- termasuk bagaimana mencintai.

 

Yesus mengasihi semua orang --- janda miskin, gembala yang tidak berpendidikan, pelacur di jalan, anak-anak yang menyebalkan, dan orang-orang terkaya di negeri itu. Dia tidak membuat perbedaan kelas ketika Dia berbicara yang baik, berhenti untuk mendengarkan, atau melakukan mukjizat, karena kasih-Nya sama kepada semua orang. Setiap keputusan yang diambil Tuhan berangkat dari kasih.  Ini harus menjadi kebijakan kita juga.  Sebelum membuat keputusan, kita perlu bertanya pada diri sendiri, apakah ini dimotivasi oleh cinta, atau apakah aku hanya ingin memegang kendali hanya karena aku bisa?  Pada Hari Penghakiman, kita harus menjawab setiap keputusan yang kita buat!

 

Satu-satunya cara untuk memastikan kita membuat pilihan yang bijak adalah dengan berdoa dan membiarkan Roh Kudus memimpin dan membimbing.  Kita perlu meminta lebih banyak cinta kepada Tuhan buat hati kita! Keputusan yang dimotivasi oleh cinta tidak hanya akan membuat kita lebih bahagia, tetapi akan mempraktikkan prinsip-prinsip Tuhan, yang membuat kita semakin dekat dengan Yesus!  

 

Orang yang mengalami kasih Kristus adalah orang yang percaya Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dalam kasih karunia disadarkan bahwa dirinya orang berdosa, tidak dapat menyelamatkan dirinya dengan cara apa pun dan satu-satunya jalan keselamatan hanyalah Tuhan Yesus. Anak-anak yang kekasih, mengerti bahwa dirinya dikasihi dengan kasih Allah dengan melimpah, karena dalam keadaan terburuk (keadaan berdosa, tidak layak), Tuhan mengasihi dan menyelamatkannya (Rm. 5:8). Saat seseorang mengerti betapa tidak layaknya dia menerima kasih itu, maka dia akan mengerti betapa berartinya dan dalamnya kasih Kristus. Orang yang belum pernah mengalami kasih Kristus, mustahil untuk dapat mengasihi dengan kasih Kristus.

 

Orang yang dapat mengasihi keluarganya dengan kasih Kristus adalah orang yang sudah mengalami kasih Kristus. Jika kita sudah mengalami kasih Kristus, kita bukan dianjurkan, tetapi diharuskan mengasihi termasuk keluarga kita. Keluarga yang sudah mengalami kasih Kristus, seharusnya menghidupi kasih Kristus di dalam keluarganya. Kasih Kristuslah yang mengikat, mengokohkan, menolong, memulihkan keluarga-keluarga.

 

Banyak orang menerapkan standar kasih yang berbeda-beda, tetapi dengan jelas firman Tuhan mengatakan bahwa standar kasihnya adalah kasih Kristus. Nas hari ini mengatakan (Ef.5:1-2) “hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” Hidup dalam kasih itu, berarti mempraktikkan kasih sebagaimana kita telah dikasihi Kristus. Kasih yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus adalah dengan menyerahkan diri-Nya untuk berkorban sekaligus memuliakan Allah. Standar kasih yang harus dipraktikkan kita adalah kasih yang tanpa syarat, bukan kasih yang menuntut, tetapi kasih yang memberi, kasih yang mau mengampuni. Setiap tindakan di dalam relasi, termasuk di dalam keluarga harus mengacu pada kasih Kristus, tidak ada standar yang lain (Kol. 3:18-19; Ef. 5:22-6:4). Tuhan Yesus mengasihi bukan setengah-setengah, tetapi memberikan hidup-Nya sebagai korban untuk menyelamatkan manusia. Pemberian diri Tuhan Yesus itu korban yang harum bagi Allah, yang berarti berkenan kepada Allah. Kasih yang sejati itu adalah pemberian yang terbaik supaya orang lain dapat mengenal Tuhan. Jika orang percaya mempraktekkan kasih seperti Kristus mengasihinya, maka itu adalah persembahan yang harum di hadapan Tuhan.

 

Standar kasih di dalam keluarga bukan kata orang atau perasaan pribadi, tetapi kasih Kristus saja. Di dalam keluarga, kasih itu bukan dimulai dengan menuntut anggota keluarga lainnya untuk mengasihi kita, tetapi kasih itu harus dimulai oleh kita sendiri untuk mempraktekkannya. Adakalanya kasih kita itu dilakukan tidak dengan mudah, karena adanya hal-hal yang mungkin menyakiti kita, tetapi tetap kasih Kristus itu yang harus dipraktekkan. Jika seluruh keluarga mempraktekkan kasih Kristus maka keluarga-keluarga akan sungguh dipenuhi oleh kasih. Suami/istri perlu memakai standar kasih Kristus untuk mengasihi pasangannya, orang tua juga mengasihi anak-anak dengan standar kasih Kristus sekalipun mungkin anak-anak ada yang mulai tidak menghiraukan orang tuanya, anak-anak mengasihi orang tua yang melukainya dengan kasih Kristus, dll. Jika keluarga rindu dipenuhi kasih Kristus, Anda harus mengalami kasih Kristus (percaya kepada-Nya) dan mengasihi seperti Kristus telah mengasihi kita. Karena itu, marilah mengasihi dengan menggunakan standar kasih Tuhan Yesus yang telah kita terima. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...