KOTBAH MINGGU XIII SETELAH TRINITATIS
Minggu, 03 September 2023
“MELAYANI DENGAN KASIH”
Kotbah: 2 Korintus 8:1-7 Bacaan: 2 Tawarikh 9:1-8
Minggu ini kita memasuki Minggu Ketigabelas Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Melayani dengan Kasih”. Paulus menekankan prinsip "melayani dengan kasih" sebagai tanggapan terhadap kondisi perekonomian yang sulit di antara umat percaya di Makedonia. Jemaat-jemaat di Makedonia, yang meliputi jemaat-jemaat di Filipi, Tesalonika, dan Berea, sedang mengalami kesulitan ekonomi yang serius. Meskipun mereka menghadapi keterbatasan dan cobaan, mereka masih bersedia memberikan dengan murah hati untuk membantu sesama umat percaya yang membutuhkan.
Paulus menggunakan contoh kemurahan hati Makedonia untuk mengilustrasikan prinsip-prinsip pelayanan dan pemberian yang penting bagi umat percaya. Dia ingin mengajarkan kepada jemaat di Korintus bahwa pelayanan dan pemberian bukan hanya tentang aspek materi, tetapi juga tentang sikap hati yang penuh dengan kasih dan dedikasi kepada Allah dan sesama.
Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang melatarbelakangi Paulus mengajak jemaat di Makedonia untuk "melayani dengan kasih"? Beberapa alasan mengapa Paulus menekankan "melayani dengan kasih" dalam pasal ini antara lain:
Pertama, agar ada yang menjadi contoh teladan. Paulus menggunakan contoh kemurahan hati jemaat-jemaat di Makedonia sebagai teladan bagi jemaat-jemaat lainnya. Dia ingin menginspirasi jemaat di Korintus untuk mengikuti contoh ini dalam pelayanan dan pemberian mereka.
Kedua, agar jemat Korintus mengingat Kasih Kristus. Paulus ingin mengingatkan jemaat di Korintus akan kasih Kristus yang luar biasa, yang menjadi contoh utama pelayanan dengan kasih. Pelayanan yang dilakukan dengan kasih adalah refleksi dari kasih Kristus yang diberikan kepada umat manusia.
Ketiga, untuk membangun persatuan umat percaya. Kasih adalah fondasi dari persatuan gereja. Dalam pelayanan yang dilakukan dengan kasih, tidak hanya orang yang melayani yang mendapat manfaat, tetapi juga mereka yang dilayani. Ini membantu memperkuat hubungan antara anggota jemaat dan menciptakan persatuan yang lebih erat.
Keempat, untuk menghindari keserakahan. Paulus ingin mencegah kemungkinan keserakahan dan materialisme di antara jemaat di Korintus. Dalam situasi ekonomi yang lebih stabil, ada risiko bahwa fokus mereka bisa beralih dari kasih dan pelayanan menjadi kepentingan pribadi.
Dengan mengilhami jemaat di Korintus untuk melayani dengan kasih, Paulus berharap agar mereka dapat mengembangkan sikap yang murah hati, penuh kasih, dan peduli terhadap kebutuhan orang lain, baik dalam hal materi maupun dukungan rohaniah.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah upaya yang dilakukan jemaat Makedonia untuk mewujudkan "melayani dengan kasih?" Dalam kitab 2 Korintus 8:1-7, Paulus menjelaskan beberapa upaya konkret yang dilakukan oleh jemaat-jemaat di Makedonia agar mereka mampu "melayani dengan kasih." Mari kita telaah bagaimana mereka mengimplementasikan prinsip ini:
Pertama, jemaat Makedonia melakukan kemurahan hati di tengah keterbatasan (ay. 1-2a). Paulus mencatat bahwa jemaat-jemaat di Makedonia telah mengalami "kemurahan hati yang besar" dalam situasi kesulitan ekonomi yang berat. Meskipun mereka sedang "dalam percobaan yang sangat hebat dan dalam kemiskinan yang mendalam,"mereka tetap berkomitmen untuk memberikan dengan murah hati. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak terhalang oleh situasi pribadi mereka, melainkan memiliki fokus pada pelayanan dan kasih kepada sesama.
Kedua, jemaat Makedonia memberikan melebihi kemampuan mereka (ay. 3). Jemaat Makedonia, meskipun mengalami keterbatasan ekonomi, memberikan "lebih dari yang mereka sanggup." Mereka tidak hanya memberi apa yang mereka mampu, tetapi bahkan melebihi batas kemampuan mereka. Hal ini menunjukkan tingkat dedikasi dan ketulusan mereka dalam melayani dengan kasih, karena mereka tidak ragu untuk mengorbankan apa yang sebenarnya mereka butuhkan demi kepentingan orang lain.
Ketiga, jemaat Makedonia memberi dengan sukarela (ay. 4). Paulus mencatat bahwa pemberian jemaat-jemaat di Makedonia adalah "dengan sukarela." Mereka tidak dipaksa atau ditekan untuk memberi, tetapi mereka melakukannya karena mereka ingin melakukannya. Ini menunjukkan bahwa pelayanan dengan kasih tidak bisa dipaksakan, tetapi harus berasal dari hati yang tulus dan sukarela.
Keempat, jemaat Makedonia bermohonan keras kepada Paulus (ay. 6-7). Meskipun jemaat-jemaat di Makedonia sudah melibatkan diri dalam pelayanan yang murah hati, Paulus masih memberikan dorongan lebih lanjut. Jemaat Makedonia meminta Paulus agar mengirimkan Titus kepada jemaat Korintus untuk melayani jemaat di sana. Akhirnya Paulus mengirimkan Titus ke Korintus untuk membantu dalam pengumpulan dana bagi umat percaya di Yerusalem. Ini adalah permohonan keras dari Paulus kepada jemaat di Korintus untuk ikut berpartisipasi dalam pelayanan dengan kasih, mengikuti contoh jemaat-jemaat di Makedonia.
Dengan menggambarkan sikap dan tindakan jemaat-jemaat di Makedonia, Paulus ingin menginspirasi jemaat di Korintus untuk mengadopsi prinsip "melayani dengan kasih" dalam kehidupan mereka. Ini melibatkan memberi dengan murah hati, melebihi keterbatasan, sukarela, dan tanpa paksaan. Paulus juga menunjukkan pentingnya kemauan dan komitmen dalam melayani, serta bahwa pelayanan yang benar-benar bermakna adalah yang diberikan dengan kasih tanpa pamrih.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu ketiga belas setelah Trinitatis ini? Pemikiran Paulus yang menekankan "MELAYANI DENGAN KASIH" dalam kitab 2 Korintus 8:1-7 memiliki beberapa pelajaran penting yang dapat direfleksikan dalam kehidupan kita sebagai umat percaya. Berikut adalah beberapa hal yang dapat kita refleksikan:
Pertama, kita harus mampu melakukan kemurahan hati di tengah keterbatasan. Dari contoh jemaat-jemaat di Makedonia, kita belajar bahwa pelayanan dengan kasih tidak tergantung pada kondisi ekonomi atau situasi pribadi. Meskipun mereka mengalami keterbatasan, mereka tetap berkomitmen untuk memberi. Kita perlu merenungkan apakah kita terkadang menunda-nunda pelayanan atau memberi karena merasa belum memiliki cukup. Pemikiran ini mengajarkan bahwa kita dapat memberi dan melayani dengan kasih dalam segala situasi.
Kedua, kita harus memiliki ketulusan dalam pelayanan. Paulus menekankan bahwa pelayanan dengan kasih haruslah dilakukan secara sukarela dan tulus. Pelayanan yang tulus muncul dari hati yang ingin berbuat baik dan memberkati orang lain, bukan karena tekanan atau pengharapan imbalan. Dalam refleksi, kita bisa mengevaluasi motivasi di balik pelayanan kita dan apakah kita sungguh-sungguh melakukan hal itu dengan hati yang ikhlas.
Ketiga, kita harus mampu memberi yang lebih dari kemampuan kita sendiri. Contoh pemberian jemaat-jemaat di Makedonia mengajarkan kita tentang keberanian memberi melebihi batas kemampuan kita. Ini tidak hanya berlaku untuk aspek finansial, tetapi juga untuk pemberian waktu, perhatian, dan bakat. Kita bisa merenungkan apakah kita bersedia keluar dari zona nyaman kita untuk memberi dan melayani dengan lebih banyak daripada yang diharapkan.
Keempat, keterlibatan kita dalam pelayanan tidak ada unsur paksaan. Paulus menggarisbawahi bahwa pelayanan dengan kasih haruslah sukarela, tidak dipaksa. Kita bisa merenungkan apakah kita terkadang merasa terpaksa atau beban ketika melayani, dan bagaimana kita bisa mengembangkan sikap sukarela dalam pelayanan kita.
Pemikiran Paulus dalam 2 Korintus 8:1-7 adalah panggilan untuk hidup dengan kasih dalam pelayanan kita, mengatasi keterbatasan, dan memprioritaskan kebutuhan dan kebahagiaan orang lain. Karena itu, refleksi atas prinsip ini dapat membantu kita tumbuh dalam iman dan menghidupkan kasih Kristus dalam tindakan nyata. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN