Renungan hari ini:
MENGHAKIMI DENGAN ADIL
Yohanes 7:24 (TB) "Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil"
John 7:24 (NET) "Do not judge according to external appearance, but judge with proper judgment”
Menghakimi berasal dari kata Yunani"krino"(Ing. Judge) yang artinya: menilai, mempertimbangkan, mengkritik, mewasiti, menduga, berpendapat, memutuskan, membedakan/memisahkan benar dan salah. Menghakimi berarti membuat pemisahan tajam antara 2 hal yang pada prinsip/hakekatnya memang berbeda dan berani mengatakan bahwa yang ini adalah benar dan yang lainnya salah.
Ketajaman dalam membedakan (menghakimi) menjadi inti kehidupan kristiani. Namun demikian, tidaklah berarti kita dapat melakukannya sekehendak hati tanpa filterisasi. Ketika kita menghakimi seseorang atas sesuatu hal maka kita harus didukung oleh saksi-saksi dan fakta lapangan yang tidak bisa dibantah. Dan satu hal yang terpenting, kita tidak sedang melakukan hal yang sama dengan orang yang kita hakimi. Janganlah maling teriak maling. Segala sesuatu yang melanggar ketetapan Alkitab, tidaklah serta merta langsung dihakimi. Ada tahapan-tahapan proses sebelumnya.
Kita boleh menghakimi perbuatan atau pun perkataan tetapi kita tidak diperbolehkan menghakimi motivasi yang masih terpendam dalam diri seseorang. Itu haknya TUHAN. Tidak satu pun di antara kita yang sanggup menghakimi dengan sempurna. Namun bila kita akan melaksanakan penghakiman maka sebaiknya memperhatikan beberapa prinsip penghakiman menurut Alkitab agar apa yang kita lakukan sesuai prosedur Firman Allah: rendah hati, bukan karena merasa lebih unggul (Mat. 7:3-4; 6:22-23).
Masalah penghakiman sarat dengan tantangan. Di satu pihak ada orang-orang yang suka menghakimi, cepat menyalahkan dan miskin dalam belas kasihan; di pihak lain ada mereka yang “tepa selira” yang bertindak seakan-akan tidak ada yang sangat penting bagi TUHAN.
Tidak semua orang dengan balok di dalam matanya mencari selumbar di dalam mata orang lain. Sejumlah orang yang bersikap tenggang rasa terhadap “balok” di dalam mata mereka sendiri terlalu menikmati tenggang rasa terhadap “selumbar” dan “balok” di dalam mata orang lain. Agar konsisten, mereka tidak menghakimi diri sendiri maupun orang lain.
Kemampuan untuk menghakimi adalah hakikat kehidupan kristen. Jika kita tidak mampu menghakimi doktrin, gaya hidup dan hiburan; jika kita tidak mampu membedakan antara penampilan lahiriah dan karakter batiniah, kita dapat benar-benar kehilangan tujuan yang Tuhan sudah gariskan bagi kita.
Kita tidak boleh menyatakan bahwa kita sempurna, bahwa kita boleh membuat penghakiman yang menentukan. Kita tidak boleh mantakan bahwa kita lebih unggul dari yang mereka yang kita hakimi. Akan tetapi kita harus berani berkata dengan tegas bahwa kita diperintah untuk mempelajari firman Tuhan guna menemukan kebenaran tentang 2 pertanyaan berikut: Apa yang TUHAN ingin percayai dan bagaimana Ia ingin kita hidup? Maka kita pun akan menegaskan bahwa kita punya tanggung jawab untuk hidup berdasarkan kebenaran-kebenaran ini dan kita mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Tuhan menuntut penghakiman yang adil. Menghakimi dengan adil berarti tidak menghakimi berdasarkan apa yang nampak atau prasangka. Menghakimi dengan adil berarti membandingkan sesuatu dengan standard yang memiliki otoritas. Sebagai orang Kristen kita mengakui Alkitab sebagai standard kebenaran, itu sebabnya ketika menghakimi seseorang kita menggunakan Alkitab sebagai standard kebenaran. Ketika membenarkan, kita harus membenarkan dengan adil. Ketika menyalahkan kita harus menyalahkan dengan adil. Ketika memuji kita harus memuji dengan adil. Ketika mengecam kita harus mengecam dengan adil. Jangan menghakimi bila tidak siap untuk dihakimi. Jangan menghakimi bila tidak mampu menghakimi dengan adil. Karena itu, marilah belajar menghakimi dengan adil sesuai dengan kebenaran Firman TUHAN. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN