Sabtu, 24 Februari 2018

KOTBAH MINGGU REMINISCERE Minggu, 25 Pebruari 2018 “ALLAH MENGASIHI SEGENAP BANGSA”

Minggu, 25 Pebruari 2018

Kotbah: Yunus 4:1-11  Bacaan: Yohanes 3:16-21


Minggu ini kita memasuki Minggu Reminiscere. Reminiscere artinya, “Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu ya Tuhan” (Sai ingot ma angka denggan ni basaM) (Mzm. 25:6).

Dalam memasuki dan menjalani minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan tema “Allah mengasihi segenap bangsa”. Kasih Allah tidak hanya untuk satu suku bangsa saja, tetapi untuk semua suku bangsa yang ada di dunia ini.

Dalam pasal 4 kitab Yunus ini menceritakan bagaimana Allah memberi pelajaran kepada Yunus tentang “mengasihi” sesama bangsa. Bagi Yunus, bangsa yang berdosa pasti akan dihukum TUHAN. Ninewe sebagai kota yang besar dengan kejahatannya yang besar harusnya mengalami penghukuman Allah, namun karena bangsa itu bertobat maka mereka luput dari hukuman Allah. Yunus merasa kesal dengan tindakan Allah ini. Itu sebabnya Yunus berdoa dan meminta Allah mencabut nyawanya. Allah tidak menuruti permintaan Yunus. Allah membiarkan Yunus hidup untuk mengetahui bahwa “Allah mengasihi mereka yang bertobat kembali.”

Melalui pembelajaran tentang “pohon jarak” yang hidup satu hari untuk melindungi Yunus dari terik matahari dan satu hari berikutnya pohon itu layu, Allah membuka wawasan dan pengertian Yunus, tentang mengasihi mereka yang bertobat kembali. “Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?” ( ay. 11). Memang tidak ada penjelasan lebih mengenai apakah Yunus memahami pembelajaran dari pohon jarak ataukah tidak. Namun satu hal yang pasti adalah, bahwa “Allah mengasihi orang yang bertobat kembali kepada-Nya.”

Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah mengasihi semua bangsa yang bertobat dan kembali ke pangkuan-Nya. Namun sering kali yang menjadi penghambat kita melihat kasih Allah adalah pandangan dan cara berpikir kita yang mirip seperti Yunus, bahwa orang yang berdosa patut untuk dihukum. Itu sebabnya kalau ada orang yang jatuh ke dalam dosa, kita lebih cenderung menghakimi dan menghukum orang tersebut, daripada kita mengharapkan orang tersebut bertobat dan berbalik dari dosa mereka. Harusnya kita bisa lebih memahami kasih Allah yang benar. Allah melalui nabi-nabi-Nya menyerukan pertobatan agar mereka yang berdosa terhindar dari hukuman Allah. Allah menghendaki agar orang yang berdosa dan bertobat kembali dapat diselamatkan.

Dari perikop ini ada beberapa hal yang kita pelajari, yakni:

Pertama, sikap Allah terhadap Niniwe. Orang Niniwe bertobat (3:5-9), dan karena itu Allah mengampuni mereka (3:10). Allah mau mengampuni mereka karena Allah mengasihi mereka (4:11). Allah mau mengasihi mereka, padahal mereka adalah:
a. Orang berdosa (bdk. Rm. 5:8). Apakah saudara menyadari bahwa diri saudara adalah orang yang berdosa? Tetapi, sekalipun saudara adalah orang yang berdosa, tetapi Allah tetap mengasihi saudara dan Ia mau mengampuni dosa-dosa saudara, asalkan saudara mau bertobat dan datang kepada Yesus. Maukah saudara melakukan hal itu?
b.   Orang kafir / non Israel (bdk. Kej. 12:1-3 Kis. 10:34-35). Bukan hanya orang Israel / Yahudi saja yang bisa diselamatkan. Kita juga bisa, tak peduli apa kebangsaan saudara. Dan syaratnya tetap sama untuk orang dari bangsa apapun, yaitu bertobat dan datang kepada Yesus!

Kedua, kita melihat sikap Yunus.
1.  Marah (ay. 1). Mengapa Yunus menjadi marah?
a.   Karena ia ingin Niniwe dihancurkan (ay 2). Dalam pandangan Yunus, orang-orang Niniwe bukan hanya sekedar merupakan orang non Israel, tetapi mereka juga merupakan musuh orang Israel dan mereka adalah orang-orang yang jahat. Karena itu Yunus ingin mereka dihancurkan. Ayat 5 seharusnya diterjemahkan ke dalam bentuk Past Perfect, karena ay 5 terjadi sebelum ay 1-4. Jadi, setelah Yunus memberitakan Firman Tuhan kepada orang-orang Niniwe, ia lalu pergi ke luar kota untuk untuk memperhatikan kehancuran Niniwe. Tetapi harapannya tidak terkabul, karena orang-orang Niniwe ternyata bertobat, sehingga mereka diampuni oleh Allah. Ini menjadikan Yunus marah.  Apakah dalam hidup kita, ada orang yang begitu saudara benci, sehingga kita menghendaki agar Allah membinasakan / tidak mengampuni dia? Kalau ya, ingatlah bahwa skita sendiri adalah orang yang penuh dengan dosa, dan sebetulnya sama tidak layaknya dengan dia untuk mendapat pengampunan Allah. Juga ingatlah bahwa Yesus menghendaki kita mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri (Mat. 22:39), dan Ia menghendaki kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita (Mat. 18:21-35).
b.   Karena nubuatnya dalam 3:4 tidak terjadi. Ini menghancurkan reputasinya sebagai seorang nabi (bdk. dengan Ul. 18:22). Bagi Yunus reputasinya lebih penting daripada nasib orang Niniwe. Apakah kita juga seperti Yunus? Apakah reputasi / gengsi saudara lebih penting dari pada nasib kekal dari orang lain? Yunus marah melihat orang Niniwe diampuni, padahal ia sendiri baru saja diampuni Tuhan (Yun. 2). Renungkan tentang orang yang kita benci! Kalau orang itu bertobat dan lalu diampuni oleh Tuhan, bagaimana reaksi kita? Bersukacita / bersyukur kepada Tuhan? Atau marah / jengkel seperti Yunus?

2. Membenarkan diri sendiri dan menyalahkan Allah (ay 2). Ini seperti Adam dalam Kejadian 3:12 – “perempuan yang Kautempatkan”. Apakah kita sering membenarkan diri sendiri dan menyalahkan Allah? Kalau kita tidak melayani Tuhan, mungkin skita berkata bahwa kita tidak melayani karena Tuhan tidak memberi karunia kepada saudara (bdk. Mat. 25:24-25). Kalau skita tidak pemberi persembahan, itu karena Tuhan tidak memberi uang yang cukup kepada kita. Kalau kita tidak ke gereja, itu karena Tuhan tidak memberi kita mobil dsb. Sikap seperti ini tidak akan menyebabkan kita dibenarkan! Apapun yang terjadi, tidak mungkin kita yang benar dan Allah yang salah!

3.   Minta mati sampai 2 kali (ay. 3,8). Dalam ayat 3, ia minta mati. Ini seperti Elia (1Raja. 19:4), tetapi alasannya lain. Elia minta mati, karena merasa pelayanannya gagal (tidak ada yang bertobat). Yunus sebaliknya! Ia minta mati justru karena pelayanannya berhasil (Niniwe bertobat dan diampuni oleh Tuhan)! Dalam ayat 8, ia menderita kepanasan, karena itu ia ingin mati. Dalam penderitaannya itu ia tidak bisa melihat Tuhan yang mengatur semua itu, dan karena itu ia ingin mati. Seringkah kita ingin mati pada waktu kita mengalami hal-hal yang tidak enak / penderitaan yang berat? Pada saat seperti itu, ingatlah bahwa asal kita adalah seorang anak Allah, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi saudara (Rm. 8:28).

4. Tidak perduli dengan teguran Tuhan. Teguran pada ayat 4 tidak dijawab oleh Yunus. Teguran pada ayat 9 dijawab dengan kurang ajar! Pada saat kita marah, frustasi dsb, kita bisa begitu buta, sehingga melawan Tuhan. Kita harus hati-hati terhadap hal seperti itu.
 
Ketiga, sikap Allah terhadap Yunus.
1.   Allah tidak memberi kematian sekalipun Yunus memintanya. Allah menyensor doa kita! Kalau doa itu tidak baik, Allah tidak akan memberikannya! Allah mem-by-pass permintaan Yunus itu dan Allah membahas persoalannya. Ayat 4: “layakkah engkau marah?” Ini menunjukkan kasih Allah kepada Yunus. Dalam persoalan Yunus ini kita dapat melihat dengan jelas bahwa Allah tidak mengabulkan doa Yunus, karena Allah mencintai Yunus. Tetapi tidak selalu kita bisa melihat seperti itu. Khususnya kalau kita berdoa untuk sesuatu yang sangat kita harapkan, dan kita menganggap sesuatu itu sebagai sesuatu yang baik bagi kita, tetapi ternyata Allah tidak mengabulkan doa kita. Tetapi sebetulnya dalam keadaan apapun kita harus percaya, bahwa kalau Allah menyensor doa kita, Ia melakukan itu karena Ia mengasihi kita! Percayalah bahwa Ia lebih bijaksana dari saudara, dan Ia lebih tahu apa yang baik bagi saudara!

2.   Menegur Yunus, tetapi tidak dengan keras, sekalipun Yunus marah kepada Allah (ay. 4). Ini lagi-lagi menunjukkan kasih, kesabaran, bahkan juga hikmat Allah! Ia tidak menangani orang yang frustasi dengan cara yang keras. Pada saat kita sedang frustrasi (apalagi kalau itu disebabkan kita jatuh ke dalam dosa, atau doa kita tidak dikabulkan oleh Tuhan), kita mungkin beranggapan bahwa Allah tidak peduli kepada kita, atau bahkan Allah benci kita. Tetapi dari cerita Yunus ini, kita boleh yakin bahwa dalam keadaan frustrasi itupun, Allah tetap mengasihi kita, dan Ia selalu menangani kita dengan cara yang terbaik dan penuh kasih!

3. Memperhatikan Yunus dan berbicara kepada Yunus sekalipun Yunus tidak berbicara kepada Allah (ay. 8-9). Dalam ayat 8, Yunus tidak berbicara kepada Allah, tetapi sekedar bersungut-sungut. Tetapi dalam ayat 9 Allah tetap mau berbicara kepada Yunus. Hal ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Allah tetap mengasihi Yunus! Dalam penderitaan, segala keluhan yang tidak kita tujukan kepada Tuhan sekalipun, tetap didengar dan diperhatikan oleh Tuhan. Dan sekalipun dalam keputusasaan, kita lalu tidak mempedulikan Tuhan, Tuhan tetap mempedulikan dan mengasihi kita!

4.   Allah tidak meninggalkan Yunus sekalipun mungkin dari sudut pandang Yunus, Allah telah meninggalkan dia. Ayat 4: Allah bertanya dan Yunus tidak menyahut. Ayat 6-8: kelihatannya Allah meninggalkan Yunus karena Allah tidak berbicara kepadanya. Tetapi sebetulnya Allah tidak meninggalkan Yunus. Allah bekerja bagi Yunus. Dalam ay 6-8, ada 3 kali kata-kata “atas penentuan Tuhan” yang menunjukkan hal itu! Sekalipun kita merasa Allah meninggalkan kita dan sekalipun ada banyak hal yang terjadi di sekitar kita yang seakan-akan menunjukkan bahwa Allah tidak perduli kepada kita, percayalah bahwa Allah tidak meninggalkan saudara! (Ibr. 13:5 Yoh. 14:16).

5.   Allah mendidik Yunus. Melalui apa yang terjadi di sekitar Yunus (ay. 6-8: tanaman, ulat, angin). Melalui Firman Tuhan (ay. 9-11). Ini argumentasi Allah untuk menunjukkan kesalahan Yunus: Yunus tidak menanam pohon itu, tapi toh ia sayang kalau pohon itu mati. Apalagi kalau Yunus yang menanam dan memelihara pohon itu. Pohon tidak sepenting manusia. Tuhan yang menciptakan orang-orang Niniwe dan memelihara mereka. Bagaimana mungkin Tuhan tidak mengasihi mereka? Tuhan juga mendidik kita juga melalui 2 hal di atas ini:

a. Melalui hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Misalnya: Adanya orang yang mati bisa mengajar pada kita bahwa setiap saat kitapun bisa mati. Adanya orang yang bermoral bejad, bisa mengajar kita untuk lebih berhati-hati dalam mendidik anak-anak kita. Adanya orang yang menjengkelkan kita, mungkin mengajar kita untuk menjadi lebih sabar. Adanya kegagalan-kegagalan dalam usaha kita mungkin mengajar kita untuk menyadari kelemahan kita supaya kita lebih bersandar kepada Allah
b.   Melalui Firman Tuhan. Karena itu belajarlah Firman Tuhan dengan rajin! Saudara bisa belajar Firman Tuhan dalam Kebaktian maupun Pemahaman Alkitab, juga dengan membaca buku-buku rohani, atau langsung membaca Kitab Suci dsb. Dan setiap kali kita mendengar Firman Tuhan, ingatlah bahwa Allah bertujuan memberikan Firman-Nya kepada kita untuk mengajar / mendidik kita. Jadi, jangan mendengar / belajar Firman Tuhan hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu atau intelek kita. Sebaliknya, bandingkanlah Firman Tuhan dengan kehidupan saudara, dan laksanakanlah Firman Tuhan itu!
 
Keempat, reaksi dan sikap Yunus. Tidak ditunjukkan apa dan bagaimana reaksi dari Yunus! Cerita ini dibiarkan “open-ended”! Ini seperti Lukas 15 yang juga tidak menceritakan reaksi anak sulung terhadap kata-kata ayahnya! Tujuannya supaya kita berhadapan dengan kata-kata Tuhan itu, seakan-akan kita adalah Yunus sendiri. Allah mengasihi semua bangsa yang berdosa; pantaskah kita jengkel kalau ada orang berdosa yang bertobat dan diampuni? Maukah kita mempunyai sikap yang sama dengan sikap Allah terhadap orang berdosa? Kalau ya, maka kita harus: memberitakan Injil, juga kepada orang yang menjengkelkan; berdoa bagi keselamatan mereka; mengajak mereka ke gereja untuk mendengar Injil / Firman Tuhan, dsb. Maukah kita melakukan hal-hal ini?

Dengan mempelajari Kitab Yunus, sebenarnya kita belajar tentang Amanat Agung yaitu kita pergi memberitakan Injil (Mat. 28:19-20) karena masih banyak jiwa yang belum/tidak mengenal Yesus Kristus dan hidup dalam kegelapan. Jangan hanya fokus akan keselamatan diri sendiri tetapi ketahuilah bahwa Tuhan juga memberikan kasih karunia keselamatan bagi semua bangsa yang sangat jahat sekalipun bila mereka berkesempatan mendengar Firman Tuhan yang kita beritakan. Untuk itu kita harus hidup dalam kekudusan agar dapat menjadi terang dan saksi-Nya dalam pemberitaan Injil. (rsnh)


Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...