Minggu, 16 April 2023
“DIPERBARUI UNTUK HIDUP MENURUT KETETAPAN ALLAH”
Kotbah: Yehezkiel 36:22-27 Bacaan: Wahyu 21:5-7
Kita telah memasuki Minggu Quasimodogeniti, artinya seperti bayi yang baru lahir – songon dakdanak na baru sorang (1 Ptr. 2: 2). Tema yang akan kita renungkan adalah “Diperbarui untuk Hidup Menurut Ketetapan Allah”.Dalam teks Yehezkiel 36:22-27 menyatakan janji Allah untuk membarui hidup orang-orang Israel. Dalam konteks sejarah, pada masa itu, bangsa Israel telah melakukan banyak dosa dan meninggalkan perjanjian mereka dengan Allah, yang menyebabkan mereka dihukum dan diasingkan dari tanah yang dijanjikan. Namun, Allah berjanji untuk membarui hidup mereka dan memberikan kesempatan baru bagi mereka untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Pada ayat 22, Allah menyatakan bahwa Dia akan bertindak untuk memperbarui nama-Nya sendiri yang telah ternoda oleh dosa-dosa Israel. Allah akan menunjukkan kuasa-Nya dan kemuliaan-Nya kepada bangsa-bangsa lain melalui pembaruan hidup orang-orang Israel.
Selanjutnya, pada ayat 23-24, Allah berbicara tentang membawa bangsa Israel kembali ke tanah yang dijanjikan dan membersihkan mereka dari segala ketidaktaatan dan kecemaran. Dia akan memberikan hati yang baru dan semangat yang baru kepada mereka sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Pada ayat 25-27, Allah berjanji untuk memberikan Roh-Nya kepada bangsa Israel. Roh-Nya akan membantu mereka memahami kehendak-Nya dan memberikan kekuatan bagi mereka untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Allah juga akan menghapuskan hati yang keras dan memberikan hati yang taat kepada mereka.
Secara keseluruhan, pembaruan hidup menurut ketetapan Allah dalam Yehezkiel 36:22-27 berarti Allah memberikan kesempatan baru kepada bangsa Israel untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Allah akan membawa mereka kembali ke tanah yang dijanjikan, membersihkan mereka dari segala ketidaktaatan dan kecemaran, memberikan hati yang baru dan semangat yang baru, serta memberikan Roh-Nya kepada mereka sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Pertanyaan kita sekarang adalah hal-hal apa sajakah yang perlu diperbarui dalam kehidupan umat Isarel berdasarkan Yehezkiel 36:22-27? Ada beberapa hal yang perlu dibarui dari kehidupan bangsa Israel, yakni:
Pertama, ketaatan kepada Allah. Bangsa Israel telah meninggalkan ketaatan mereka kepada Allah dan melakukan banyak dosa. Oleh karena itu, perlu dibarui kembali ketaatan mereka kepada Allah dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Kedua, Tanah yang dijanjikan. Allah berjanji untuk membawa bangsa Israel kembali ke tanah yang dijanjikan, yang menjadi tempat yang kudus bagi mereka. Oleh karena itu, perlu dibarui kembali hubungan mereka dengan tanah itu.
Ketiga, membersihkan dari ketidaktaatan dan kecemaran. Allah berjanji untuk membersihkan bangsa Israel dari segala ketidaktaatan dan kecemaran, yang menyebabkan mereka terpisah dari Allah. Oleh karena itu, perlu dibarui kembali kebersihan hati mereka dan kesediaan mereka untuk bertobat.
Keempat, hati yang baru. Allah berjanji untuk memberikan hati yang baru dan semangat yang baru kepada bangsa Israel, sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, perlu dibarui kembali niat dan semangat mereka untuk mengikuti Allah.
Kelima, Roh Kudus. Allah berjanji untuk memberikan Roh-Nya kepada bangsa Israel, yang akan membantu mereka memahami kehendak-Nya dan memberikan kekuatan bagi mereka untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, perlu dibarui kembali kekuatan dan pandangan mereka dalam melihat kehendak Allah.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimanakah cara Allah membarui umat Israel dan kita saat ini? Dalam kotbah kali ini kita hanya akan menyoroti tiga cara yang dilakukan oleh Allah untuk membarui umat Israel dan kita saat ini, yakni:
Pertama, TUHAN akan menyucikan kita dari segala kenajisan dan berhala (ay. 25). Kata yang digunakan dalam teks adalah “mentahirkan”. Kata ini diulang beberapa kali. Pengulangan ini sangat mungkin menyiratkan betapa najisnya bangsa Yehuda di mata TUHAN. Penambahan kata “segala” di depan “kenajisan” dan “berhala” semakin menguatkan dugaaan ke arah sana. Keadaan bangsa Yehuda benar-benar parah. Jika mereka menganggap kehilangan bait Allah, kota kebanggaan dan tanah perjanjian sebagai persoalan terbesar, mereka telah salah mendiagnosa persoalan. Persoalan mereka juga bukan ketidaknyamaman selama berada di pembuangan. Persoalan mereka adalah ketidaktaatan.
Secara khusus TUHAN mengaitkan kenajisan mereka dengan berhala-berhala. Hal ini cukup menarik. Jenis dosa yang dilakukan oleh bangsa Yehuda jelas sangat beragam. Daftarnya sangat panjang. Walaupun demikian, akar segala dosa memang penyembahan berhala. Ketika kita tidak menghargai Allah sebagai Allah dengan cara menaati Dia, kita telah meletakkan sesuatu yang lain sebagai pengganti-Nya. Kita menganggap hal itu lebih menarik dan berharga daripada Dia. Ketika kita menganggap bahwa Allah saja tidaklah cukup bagi kita, kita telah melakukan penyembahan berhala. Bukankah setiap dosa pada dasarnya merupakan pencarian kesenangan di luar diri Allah seolah-olah Allah bukanlah sumber kesenangan satu-satunya atau yang terutama?
Kedua, TUHAN akan memberi hati dan roh yang baru (ay. 26). Jika kita berpikir bahwa berhala-berhala hanya ada di gambar atau patung, kita telah keliru mendiagnosa posisi penyakit. Penyembahan berhala bukan masalah lokasi atau visualisasi, melainkan masalah hati. Yehezkiel menggunakan ungkapan “hati yang keras”. Hati seperti ini harus diganti dengan “hati yang taat”. Yang dikontraskan di sini adalah hati yang keras dengan hati yang lembut. Hati yang lembut adalah hati yang responsif terhadap perintah Allah.
Tidak ada cara lain untuk mengatasi persoalan ini selain tindakan kuratif yang radikal. Fokus pengobatan diarahkan pada “hati” dan “roh”. Dua istilah ini sama-sama menunjukkan bagian terpenting dalam diri manusia. Pusat kehidupan manusia. Transformasi ini jelas bukan usaha manusia. Tidak ada seorangpun yang bisa mengganti hatinya sendiri. Orang lain juga tidak bisa membantu. Memberi dukungan maupun menambah aturan tidak akan membawa perubahan signifikan.
Ketiga, TUHAN akan menaruh Roh Kudus dalam diri kita (ay. 27). Bagian ini menerangkan bagaimana hati yang membatu bisa menjadi hati yang baru. TUHAN akan meletakkan Roh-Nya ke dalam hati kita. Kehadiran Roh Allah inilah yang akan menghasilkan ketaatan kepada TUHAN. Bagi pendengar mula-mula pada zaman Yehezkiel janji ilahi ini mungkin sedikit mengagetkan. Roh Allah biasanya diberikan pada orang-orang tertentu saja untuk tugas yang tertentu. Kediaman Roh Kudus dalam diri seseorang juga tidak selalu permanen. Menariknya, ketidaktaatan justru bisa menyebabkan Roh Allah meninggalkan seseorang, misalnya seperti dalam kasus Saul (1 Sam. 16:14) dan Simson (Hak. 16:20).
Dalam terang Perjanjian Baru kita menemukan makna yang lebih penuh dari janji ini. Roh Kudus melahirbarukan seseorang (Yoh. 3:3-8). Dia mencurahkan kasih Kristus ke dalam hati seseorang (Rm. 5:5). Kasih inilah yang mendorong seseorang untuk memberikan ketaatan yang benar kepada Allah. Roh Kudus akan tinggal terus-menerus dalam diri seseorang sebagai meterai kepemilikan dan jaminan pengharapan (Ef. 3:13-14).
RENUNGAN
Apa yang harus kita renungkan dalam Minggu Quasimodogeniti ini? Dalam Minggu ini kita diajak untuk menjadi manusia yang dibarui menurut ketetapan Allah. Apakah ciri-ciri orang yang mengalami kebaruan hidup di dalam TUHAN?
Pertama, hidupnya mengalami pentahiran (ay. 25). Melalui proses penyadaran yang dialami oleh umat Israel selama masa pembuangan, hati mereka ditahirkan dan dibaharui. Pemurnian diri dan pemulihan hubungan dengan Tuhan hanya dapat terjadi karena kasih-karunia Allah. Itu sebabnya dalam ayat 25 Allah berfirman: “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu”. Disini jelas Allah bertindak sebagai subyek yang berinisiatif untuk mencurahkan air jernih yang fungsinya untuk mentahirkan dosa-dosa umat. Inisiatif Allah tersebut terjadi karena hanya Allah saja yang memiliki air jernih yang mampu membersihkan umat dari seluruh kenajisannya. Umat berperan sebagai penyambut dan penerima air jernih Allah. Dengan demikian air jernih yang digunakan dalam nubuat nabi Yehezkiel berfungsi sebagai simbolisasi pengampunan dan pengudusan Allah.
Tindakan Allah yang mentahirkan umat Israel akan menghasilkan kehidupan yang diperbarui, sebab Allah mengaruniakan hati yang baru dan roh yang baru. “Hati” dalam dunia Perjanjian Lama dipahami sebagai pusat atau inti dari kepribadian manusia. Karena itu apabila hati dan roh umat diperbarui oleh Allah, maka umat akan mengalami kelahiran baru, suatu kehidupan yang baru bersama dengan Tuhan. Manusia tidak lagi memusatkan diri pada misi pribadinya, melainkan misi Allah. Apapun yang dikerjakannya adalah semata-mata untuk kemuliaan Allah. Demikianlah kita sebagai umatNya, juga diundang untuk menyerahkan hidup kita dibimbing Roh-Nya yang kudus untuk misi yang baru dari Allah dalam hidup kita.
Kedua, hidupnya memiliki hati dan roh yang baru (ay. 26). Hati yang baru berbeda dengan hati yang lama. Hati yang lama adalah hati yang keras yang tidak mau dituntun oleh kebenaran Firman Tuhan, sedangkan hati yang baru adalah hati yang taat dan mau dibentuk oleh Tuhan sehingga kita mencapai tujuan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan menciptakan kita dengan tujuan yang jelas. Oleh sebab itu, Tuhan ingin setiap kita mencapai tujuan yang Tuhan telah tetapkan.
Ketiga, hidupnya menurut segala ketetapan dan peraturan TUHAN (ay. 27). Hukum-hukum Tuhan dirancang untuk membawa berkat bagi manusia. Hukum Tuhan menentukan tingkah-laku (sikap) yang menghasilkan kedamaian, ketertiban, keamanan, respek, sopan-santun dan kesejahteraan. Ulangan 4:5-7 memberitahu kita bahwa orang yang menaati hukum dan ketetapan-ketetapan Tuhan, orang yang melakukan peraturan Tuhan dengan setia akan menjadi orang yang bijaksana dan berakal budi. Jadi, hukum-hukum Tuhan bukanlah suatu beban, seperti yang dikatakan beberapa orang, tetapi berkat. Hukum-hukum Tuhan adalah Berkat! Hukum-hukum Tuhan adalah Hukum Kehidupan. Karena itu, baruilah hidupkita setiap saat untuk terus setia melakukan ketetapan Allah. (rsnh)
Selamat beribadah dalam menikmati lawatan TUHAN!