Senin, 20 September 2021

Renungan hari ini: “BERTENGKAR UNTUK PANASNYA PERBANTAHAN” (Amsal 26:21)

 Renungan hari ini:

 

“BERTENGKAR UNTUK PANASNYA PERBANTAHAN”




 

Amsal 26:21 (TB) "Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan" 

 

Proverbs 26:21 (NET) "Like charcoal is to burning coals, and wood to fire, so is a contentious person to kindle strife'

 

“Bertengkar untuk panasnya perbantahan” digambarkan pengamsal bagaikan arang untuk bara menyala dan kayu untuk api. Apa maksud perkataan itu? Arang dan kayu akan menjadi abu di tengah panasnya bara menyala dan api. Intinya perbantahan akan menghanguskan dan menghancurkan, baik arang dan kayu.

 

Jika kita mendalami pasal 26 ini, maka dari awal pas aini kita akan menemukan nasihat yang sangat tepat diterapkan pada interaksi di media sosial. Misalnya saja, “Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia” (Ams. 26:4). Lalu, “Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak” (ay.5). Keseimbangan dalam kedua pernyataan itu terletak pada kata “menurut”: Janganlah menjawab sesuai cara yang digunakan oleh orang bebal. Namun jawablah agar kebodohan tidak dianggap sebagai hikmat. Masalahnya, kebodohan yang sering kita hadapi adalah kebodohan sering memberikan komentar yang sarkastis atau membalas pernyataan seseorang dengan menyerang diri orang tersebut. Allah tidak suka dengan sikap yang memperlakukan sesama kita dengan tidak hormat, sekalipun mereka memang telah bertindak bodoh. Allah memberikan kebebasan yang besar kepada kita. Kita bebas mengatakan apa pun yang hendak kita katakan, kapan pun dan bagaimanapun cara kita mengatakannya. Selain itu, kita selalu dapat meminta pertolongan Allah agar kita bijak dalam berkata-kata. 

 

Kemudian dalam nas hari ini, kita belajar bagaimana menghadapi perbantahan dengan sesama kita. Mengatasi perbantahan hindarilah dengan cara yang sama dengan lawan kita. Jika dia memberi bara yang menyala dan api, janganlah kita membalas dengan memberi arang dan kayu. Jika itu yang terjadi maka perbantahan itu akan berakhir dengan kehancuran.

 

Kita perlu meniru sikap orang Jepang dengan menggunakan jurus Aikido. Ilmu beladiri dari Jepang ini memang unik, karena memanfaatkan tenaga dan serangan dari lawan untuk mempertahankan diri. Dalam relasi sosial, kita dapat memakai jurus Aikido ini untuk mempertahankan hubungan baik. Apa yang sering kita lakukan ketika sedang berdebat atau bertengkar? Kita berusaha “menghabisi lawan” kita dengan menyanggah habis-habisan semua ucapannya. Apakah teknik ini efektif? Tidak. Sebagian besar berakhir dengan sakit hati dan masing masing kekeh dengan pendapatnya.

 

Cobalah jurus Aikido ini. Caranya: Dengarkan ucapan orang itu. Carilah pernyataannya yang juga Anda setujui. Ulangilah pernyataannya itu dengan berkata begini:”Saya setuju dengan perkataanmu, bahwa…dst” kemudian selipkan pendapat kita. Dengan cara ini, panasnya “bara api” perbantahan dapat diredam karena kita berusaha mencari titik temu di antara perbantahan. Akar dari pertengkaran adalah perbedaan pendapat. Dengan memperbesar wilayah kesepakatan, maka niscaya pertengkaran akan berakhir. Karena itu, hindarilah perbantahan agar kita menemukan kebahagiaan sejati. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...