Sabtu, 14 Januari 2023

Kotbah Minggu Epiphanias 2 Minggu, 15 Januari 2023 “TERANG BAGI KESELAMATAN BANGSA-BANGSA” (Yesaya 49:1-7)

 Kotbah Minggu Epiphanias 2

Minggu, 15 Januari 2023

 

“TERANG BAGI KESELAMATAN BANGSA-BANGSA”

Khotbah: Yesaya 49:1-7  Bacaan: Yohanes 1:29-42


 

Kita telah memasuki Minggu kedua Epiphanias. Tema yang akan kita renungkan adalah “Terang bagi Keselamatan Bangsa-bangsa”. Semua orang bisa menjadi terang bagi bangsa (baca: dunia), namun tidak mudah untuk bisa menjadi terang dunia. Sama seperti menjadi garam dunia perlu proses, demikian juga menjadi terang dunia perlu sebuah proses. Tentunya tidak sembarangan Tuhan menetapkan seseorang untuk menjadi terang dunia. Tuhan memproses bangsa Israel sedemikian rupa, dipersiapkan untuk menjadi terang untuk bangsa-bangsa. Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa (Yes. 42:6). Dari teks ini kita bisa belajar bahwa tahapan untuk menjadi terang itu adalah:

§  dipanggil (harus ada respon mau atau tidak),

§  dipegang tangannya (harus menurut tidak boleh memberontak/melawan ingin lepas),

§  dibentuk (merelakan bentuk/tabiat asli diubah sama sekali)

§  menjadi perjanjian (ikatan kekal)

§  menjadi terang (terus bercahaya)

Terang sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Terang memberikan arah dan langkah lebih jelas dan baik. Terang membuat kita lebih yakin akan perjalanan hidup kita. Tuhan memanggil kita untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa. 

Timbul pertanyaan kita sekarang apa arti menjadi terang bagi bangsa-bangsa?

Pertama, kita menjadi terang bagi orang lain. Menjadi terang berarti kita memberi terang bagi pihak orang lain dan bukan untuk dirinya sendiri. Sama seperti fungsi menara mercusuar. Mercusuar ada untuk menerangi, menunjukkan dan membimbing kapal yang sedang berlayar disekitarnya agar tidak menabrak karang yang dapat membuat kapal menjadi karam. Maka hamba Tuhan yang menjadi terang bagi bangsa berarti menyadari bahwa kita ada bagi orang lain dan berperan sebagai petunjuk dan pembimbing agar mereka dapat mengenal dan memuliakan Tuhan (Mat. 5:16).

 

Kedua, kita berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran. Irenaeus mengatakan Gloria Dei vivens homo vivens (kemuliaan Allah adalah kehidupan manusia yang sepenuhnya). Kalimat ini mau mengingatkan bahwa ketika kita memperjuangkan kehidupan manusia yang manusiawi, itulah saat Tuhan dimuliakan. Hal ini yang juga ditekankan di dalam Yesaya 42:7. Oleh sebab itu, menjadi terang berarti berjuang bagi kebaikan, keadilan dan kebenaran yang memanusiakan manusia, pada saat itulah kita sedang memuliakan Allah.

Bagaimana memperjuangkan kebaikan, keadilan dan kebenaran dalam kehidupan? Maka mulailah dari hal yang sederhana salah satunya adalah pada saat berbelanja terkait dengan hobi menawar harga semurah mungkin. Mampukah kita memanusiakan manusia, memperjuangkan kebaikan, keadilan dan kebenaran dengan cara membeli dengan harga yang wajar? Dengan pedagang di pasar tradisional, pedagang keliling kita menawar harga supaya bisa berkurang seribu, dua ribu sekuat tenaga, padahal ketika belanja di supermarket yang harganya jauh lebih mahal kita membeli tanpa menawar. 

Ketiga, kita menjadi terang dalam keutuhan hidup. Yesaya mencatat kita dipanggil menjadi terang bagi bangsa-bangsa, yang berarti bahwa jadilah terang dalam keutuhan hidup sehari-hari di segala aspek dan bukan cuma di gereja. Jadi terang di gereja itu baik, tetapi jangan jatuh dalam keasyikan di gereja dan lupa dengan panggilan menjadi terang bagi bangsa. Maka jadilah terang ketika kita berelasi dengan tetangga, dengan mereka yang berbeda agama, dengan sanak saudara, dengan rekan bisnis, dan dengan semua orang yang kita jumpai dalam kehidupan. 

 

RENUNGAN

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Epiphanis 2 ini?

Pertama, nyalakanlah terangmu bagi dunia sekitarmu. Gereja merupakan Hamba Allah yang sedikit banyak telah gagal mempergunakan kesempatan untuk bersaksi dan melayani bagi Tuhan. Kita gagal menjadi pekerja sekaligus penyembah-Nya. Akan tetapi Tuhan tidak pernah menyerah dengan kita, sekalipun kita gagal, Ia memperingati kita supaya bangkit kembali dan tetap menjadi terang yang bercahaya.

 

Kedua, jangan tutupi terangmu. Panggilan untuk menyatakan terang bagi seluruh dunia memperingatkan gereja yang seringkali ekslusif dan menutup diri. Inilah kegagalan selanjutnya. Tetapi Firman Tuhan mengingatkan bahwa terang yang ada pada kita, harus kita bawa dan sampaikan ke semua orang. Ketika terang Yesus Kristus hadir dalam hidup kita, maka terang itulah yang harus kita sampaikan ke dalam dunia yang gelap ini, supaya Keselamatan dari Allah didengarkan dan juga dirasakan. Siapkah kita menjadi pekerja Tuhan, Hamba Tuhan, yang membawa pelita Injil bagi semua orang?

 

Ketiga, jangan manfaatkan terangmu untuk kepentingan pribadi. Hamba Tuhan memikirkan kepentingan orang lain (persekutuan) dan bukan kepentingan diri sendiri. Ia bukan menganggap diri “kurang” tapi “kurang” memikirkan kepentingan diri, tetapi kepentingan Allah. Seorang hamba Tuhan tidak berusaha “memanfaatkan” Allah demi tujuan-tujuan mereka, tetapi mereka membiarkan Allah memakai mereka demi tujuan-tujuan Allah. Mereka berpikir sebagai hamba yang menyenangkan tuannya di Sorga dan bukan menjadi tuan yang menuntut kesenangan dari orang lain. Hamba Tuhan yang baik mempertanyakan apa yang ia kerjakan dan bukan menyelidiki apa yang orang lain kerjakan. Hamba Tuhan terpanggil membawa terang dan bukan sumber kegelapan. Hamba Tuhan yang baik mendasarkan identitasnya di dalam Hamba Tuhan yang sejati yakni Kristus. Karena itu, jadilah terang! Terangilah dunia dengan terang yang bersumber dari Sang Terang Dunia. Supaya banyak orang dapat mengenal dan datang kepada Sang Terang itu. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...