Sabtu, 26 Maret 2022

KOTBAH MINGGU LETARE Minggu, 27 Maret 2022 “BERSUKACITA DAN BERSORAK-SORAK DI DALAM TUHAN” (Mazmur 32:8-11)

 KOTBAH MINGGU LETARE

Minggu, 27 Maret 2022

 

“BERSUKACITA DAN BERSORAK-SORAK DI DALAM TUHAN”

Kotbah: Mazmur 32:8-11  Bacaan: Lukas 15:1-7




 

Minggu ini kita memasuki Minggu Letare yang artinya  bersukacitalah senantiasa bersama-sama Yerusalem –(Marjop ni roha jana marmoga-moga di bagasan Debata - Yes. 66:10a). Dalam memasuki dan menjalani Minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan tema “Bersukacita dan Bersorak-sorak di dalam TUHAN”.Letak sorak-sorak orang percaya adalah dalam kebenaran dan kejujuran kita. Letak sukacita bukan pada keadaan kita di dunia. Sorak-sorai akan selalu keluar dari mulut orang-orang benar dan jujur, karena ada Tuhan bersama orang-orang seperti ini. Dalam persekutuan yang erat dengan Tuhan, kita pun tidak akan gampang goyah menghadapi masalah apapun. Ada sukacita Ilahi yang akan terus mengalir dan mengalir mengisi setiap relung hati kita. Tidak ada satu masalah pun yang mampu menghentikan aliran sukacita sejati yang berasal dari Tuhan itu. Seringkali kita sulit menemukan sukacita ketika kita sedang berbeban. Tetapi Paulus pun menyerukan hal yang sama: "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Flp. 4:4). 

 

Menurut pemahaman umum, kebahagiaan akan didapatkan jika mereka bergelimang harta dan meraih kedudukan tinggi. Pada hal, setelah meraih semuanya itu bukan kebahagiaan yang ia dapatkan namun sakit penyakit karena stres dan bekerja terlalu keras. Lalu dimanakah kebahagiaan itu? Sesunggsuhnya kebahagiaan bukanlah hal yang sulit digapai oleh manusia. Daud sudah membuktikannya. Daud menemukan kebahagiaan bukan dalam kekayaan, kedudukan, dan kekauasaan yang ia miliki, namun dalam pilihan bijak yang ia tetapkan.  Daud memilih untuk bertobat dan mohon ampun dari Allah, maka ia menemukan kebahagiaan. Orang yang menyadari dosanya namun tidak bertobat, maka tidak akan pernah mengalami kedamaian hati, namun justru akan mendapatkan tekanan.

 

Daud juga memilih untuk menggantungkan hidupnya kepada Allah (ay. 7 ), walaupun tekanan dan kesulitan tetap melandanya, ia tidak merasa sendirian karena Allah-lah tempat perlindungannya (ay. 6 ) dan yang terakhir bahwa Daud memilih untuk menaati perintah Allah (ay.  8), bukan seperti kuda atau bagal yang terkenal senang membangkang. 

 

Pilihannya yang terakhir adalah sangat tepat, sebab orang fasik akan mengalami derita bukan selalu secara fasik, namun yang pasti secara hati dan jiwa karena hanya orang yang sudah dipulihkan hubungannya dengan Allah yang akan merasakan damai sejatera yang sesungguhnya (ay. 10 ). 

 

Kebahagiaan yang diajarkan oleh Daud adalah kebahagiaan yang sejati, sebab tidak tergantung dari situasi dan kondisi dirinya, masyarakat sekitar maupun  lingkungannya. Bencana dan derita apapun boleh menimpanya namun karena pilihannya, ia tetap dapat bersukacita dan bersorak-sorai.

 

 

Pemazmur ingin membagikan pengalamannya dan mengajarkan kepada sesama tentang kejujuran di hadapan Tuhan (ay. 8-9 ). Bagi Pemazmur, kegagalan yang diakui dan dipulihkan merupakan pengalaman yang memperkaya kehidupan, seperti yang tertulis dalam ayat 9: “Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau”’. Pemazmur mengajarkan kepada kita untuk membagikan pengalaman jujur di hadapan TUHAN dan sukacita sebagai orang yang telah menerima pengampunan. Berbagi pengalaman akan hal itu akan mendorong orang lain untuk juga berani jujur di hadapan TUHAN sebab tidak ada seorang pun boleh mengeraskan hatinya ketika Tuhan sedang mengajar dan mendidiknya. Semua orang yang berani jujur di hadapan TUHAN akan merasakan kasih dan pengampunan dari TUHAN. Dalam dua ayat terakhir, yaitu ayat 10 dan 11, Pemazmur mengatakart bahwa orang percaya yang mau jujur di hadapan Tuhan akan dikelilingi oleh kasih setiaTuhan (ay. 10b , sedangkan orang fasik justru mengalami hal yang sebaliknya. Orang fasik mengalami kesakitan bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental mereka (ay. 10a). Kesakitan yang dialami oleh orang fasik terjadi karena ulah mereka yang menipu diri sendiri. Di bagian terakhir (ay. 11), pemazmur mengajak orang-orang jujur untuk bersukacita dan bersorak-sorai bagi Tuhan. Orang jujur bukan hanya mendapatkan sukacita tetapi juga damai sejahtera yang melimpah.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apakah manfaat jika kita bersorak-sorak di dalam TUHAN? Ada beberapa manfaat yang akan kita peroleh jika kita bersorak-sorak di dalam TUHAN, yakni:

 

Pertama, sorak-sorak di dalam TUHAN akan menunjukkan jalan yang harus kita tempuh (ay. 8a). Dalam ayat 8a sudah jelas bahwa orang yang selalu bersorak-sorak di dalam TUHAN, maka kepadanya akan ditunjukkan jalan yang cocok baginya, jalan yang harus ditempuhnya. Sering ada orang yang bingung mengenai kehendak Allah baginya. Dia mencari keterangan ke mana-mana dan nasihat tentang kehendak Allah, malahan ia berdoa tentang hal ini tetapi semuanya masih gelap. Mungkin ia dihalangi dari mengetahui kehendak Allah karena soal dosa yang belum diakuinya. Dari nas kita jelas bahwa orang yang bersorak-sorak di dalam TUHAN, kepadanya Allah menunjukkan jalan hidup. Allah bekerja memimpin kita kepada jalan keselamatan. Sesudah selamat, Ia masih ingin dan rindu memimpin kita. Dia mau menunjukkan jalan yang benar buat kita, tetapi terlalu sering dosa yang berada dalam hati kita menghalangi Allah dari membantu kita dalam hal ini.

 

Kedua, sorak-sorak di dalam TUHAN akan membuat hidup kita dijaga TUAH (ay. 8c). Jika kita selalu bersorak-sorak di dalam TUHAN, maka Allah selalu menjaga kita. Ayat 8c dalam Terjemahan Lama berbunyi, “… mata-Ku menyertai kepadamu.” Inilah gambaran indah tentang pemeliharaan Allah, bukan dari bahaya saja tetapi terus-menerus dalam semua hal. Mungkin kita pernah menyaksikan satu pementasan sekolah di mana anak kita sendiri mengambil peranan. Walaupun terpaksa duduk jauh di belakang gedung dan banyak anak berdiri di atas panggung, namun mata kita dapat menangkap anak kita sendiri. Demikian juga Allah, bahkan lebih dari itu. Kita hanya dapat memerhatikan satu orang saja pada waktu yang sama, tetapi mata Tuhan dapat menyertai tiap anak-Nya. Betapa indah untuk merenungkan bahwa tiap hari, tiap jam tiap saat mata Tuhan tertuju kepada kita asal dosa kita dibereskan.

 

Ketiga, sorak-sorak di dalam TUHAN mendatangkan sukacita (ay. 11). Jika kita mampu mengaku dosa-dosa kita di hadapan TUHAN, maka kita akan mengalami sukacita. Pemazmur dalam nas ini telah mengaku segala dosanya di hadapan TUHAN, itu sebabnya ia mengalami sukacita yang luar biasa. Dengan pengakuan itulah pemazmur mampu bersukacita dan bersorak-sorai. Sukacita ini berasal dari Tuhan, murni adanya dan kita miliki karena dosa kita sudah dibereskan. Sukacita ini tidak dapat diberi atau dibeli oleh orang dalam dunia ini. Ia datang langsung dari Allah sendiri. Penegasan akan suakcita ini tampakan dalam ayat 1-2. Dua ayat ini menjelaskan kenapa pemazmur berbahagia. Karena dosanya ditutup. Dosa Daud tidak diperhitungkan sebagai pelanggarannya lagi. Dulu ia harus bertanggung-jawab atas dan dosanya sendiri. Tetapi sekarang lain. Tuhan tidak memperhitungkan dosa-dosanya lagi. Semuanya beres. Kebahagiaannya ditambahkan padanya karena ia “tidak berjiwa penipu” lagi. Dulu ia menipu diri sendiri, orang lain dan berusaha menipu Allah, dengan menyembunyikan dosanya. Sekarang semuanya dibuka. Sekarang ia disebut sebagai orang yang jujur dan tulus hati. Kebahagiaan ini hanya datang sebagai akibat pengakuan dan pengampunan dosa.

RENUNGAN

 

Agustinus, Bapak Gereja yang hidup pada abad keempat, sebelum meninggal, meminta Mazmur 32 ditulis pada tembok di muka tempat tidurnya supaya ia dapat terus-menerus membacanya. Dan menurut ceritera ia sering menangis apabila ia membaca Mazmur ini. Hal itu dapat dimaklumi, karena Mazmur ini sungguh menguraikan anugerah Allah bagi kita. Daud menolong kita agar kita mau mengaku dan kemudian mengampuni kita sesudah mengaku. Lagipula Ia menghindarkan kita dari hukuman dan membanjiri kita dengan kemurahan.

 

Mungkin saudara bertahun-tahun menyembunyikan satu dosa dalam hati kita. Mungkin hati kita makin keras. Pertimbangkanlah dorongan-dorongan ini. Jikalau kita sungguh merenungkan dorongan-dorongan dalam Mazmur 32, maka kita akan rindu segera mengaku dan membereskan dosa kita.

 

Marilah kita berdoa dalam hati sekarang. Secara tenang akuilah dosa kita kepada Tuhan, minta Tuhan Yesus mengampuni dosa kita serta sekaligus berjanji untuk segera membereskan dosa itu dengan orang yang kita lukai atau rugikan sebagai akibat dosa kita.


Dalam nas ini, jelas bahwa Tuhan berjanji akan menuntun umat-Nya, memberi nasihat, dan Tuhan memfokuskan kepada umat-Nya yang berharap pada-Nya. TUHAN berjanji akan mengajarkan dan menunjukkan jalan yang harus kita tempuh. Bahkan TUHAN mau memberikan nasihat dan mata-Nya fokus tertuju kepada kita agar kita tetap berjalan pada kehendak dan rencana TUHAN. Karena itu, marilah mengakui segala dosakita di hadapan TUHAN agar kita mampu bersorak-sorai dan memeroleh sukacita dan damai sejatera. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...