Renungan hari ini:
“ALLAH TELAH MENGHIDUPKAN KITA BERSAMA KRISTUS”
Efesus 2:4-5 (TB) "Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita — oleh kasih karunia kamu diselamatkan"
Ephesians 2:4-5 (NET) "But God, being rich in mercy, because of his great love with which he loved us, even though we were dead in transgressions, made us alive together with Christ – by grace you are saved!"
Nas hari ini melukiskan sebuah kontras yang begitu jelas tentang bagaimana sikap manusia yang selalu menentang Allah dan mati karena perbuatannya itu, dengan bagaimana Allah yang welas asih itu justru menunjukkan anugerah yang begitu besar terhadap manusia. Karya dan perbuatan Allah terhadap manusia berbanding terbalik dengan apa yang manusia perbuat terhadap Allah. Manusia oleh perbuatannya patut dimurkai. Tetapi Allah justru memberikan rahmat-Nya kepada orang yang harusnya diberi ganjaran setimpal (binasa) atas perbuatannya itu. Bicara tentang Allah menyelamatkan, Paulus menggambarkan dengan sangat menarik, Allah yang kaya rahmat, dengan kasih-Nya yang besar, kemudian melimpahkan itu semua kepada manusia, untuk menghidupkannya. Hal ini menunjukkan betapa luar biasa Kasih Allah kepada manusia.
Tidak saja kontras yang ditunjukkan, bagian ini juga menegaskan tentang siapa yang aktif dan siapa yang pasif.Seperti telah disinggung di atas, dengan kondisinya yang rusak sama sekali; dan hancur lebur, manusia tidak mungkin bertindak aktif menyelamatkan diri. Seperti orang yang tidak bisa berenang tenggelam di sungai dalam, tidak akan bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan diri selain berteriak dan meronta. Hanya pertolongan orang lain yang bisa berenang saja yang bisa meraih dan menolongnya. Begitu juga manusia berdosa yang telah binasa. Apa yang bisa dilakukan oleh orang dalam kebinasaan (rusak sama sekali; hancur lebur; musnah). Tidak satupun hal yang bisa dikerjakan oleh orang yang sudah binasa. Hanya orang hidup yang bisa mengusahakan sesuatu. Itulah gambaran manusia yang berdosa. Tidak satu pun hal yang bisa dilakukannnya untuk menyelamatkan diri. Masihkah orang kemudian bisa menepuk dada sembari berkata “Aku Bisa!”. Tidak, tidak satu pamrih diri manusia yang bisa menyelamatkannya dari kebinasaan.
Apa janji Allah bila kita percaya kepada Yesus? Efesus 2:4-5 menuliskan, “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar yang dilimpahkan-Nya kepada kita telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita – oleh kasih karunia kamu diselamatkan.” Kata “Tetapi”menunjukkan adanya kontras terhadap ayat-ayat sebelumnya; bila ayat-ayat sebelumnya memaparkan kehidupan kita yang berdosa patut dimurkai Allah tetapi ketika kita percaya kepada Yesus, kehidupan kita dirahmati Allah; artinya: kita melewati masa depan (dalam hitungan detik, jam, hari, minggu, bulan, tahun tanpa kita ketahui berapa lama) dalam kekayaan rahmat Allah dan dalam kelimpahan kasih-Nya. Jadi, kalau kita sedang menghadapi masalah sekarang, bertahanlah karena apa pun yang terjadi, kekayaan rahmat Allah dan kelimpahan kasih Agape-Nya menyertai kita.
Pertanyaan kita sekarang adalah apa ciri-ciri orang yang hidup dirahmati Allah itu? Ada beberapa ciri orang yang dirahmati Allah, yakni:
Pertama, ia berperilaku dalam kebenaran Kristus. Frasa “menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus” diikuti frasa “sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan (Yunani: paraptoma) kita,” menjelaskan kalau kita dihidupkan bersama Kristus, kita dihidupkan untuk tidak lagi hidup melakukan kesalahan-kesalahan lampau tetapi berperilaku dalam kebenaran Kristus.
Kesalahan memiliki unsur pembelotan, kesengajaan dalam melakukan sesuatu yang salah. Kalau kita dihidupkan bersama Kristus, kita dengan sengaja (di dalam kendali kita) melakukan tindakan kebalikan dari sebelumnya yaitu kita berperilaku benar. Itu sebabnya Matius 6:14-15 mengingatkan, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”
Perlu diketahui, sejak manusia pertama jatuh dalam dosa karena pelanggaran perintah Allah (Kej. 3), manusia tidak mampu untuk “tidak berbuat dosa”. Namun Allah yang kaya dengan rahmat dan kasih-Nya menghidupkan kita untuk hidup mampu tidak berdosa dengan menyucikan hati melalui kekuatan darah Kristus, Firman Tuhan, Roh Kudus dan melalui persekutuan seorang dengan yang lain.
Tak dapat dihindari, manusia yang hidup bermasyarakat mempunyai standar moral, standar etika/sopan-santun dan standar hukum; demikian pula Allah memiliki standar moral, standar etika, standar hukum dalam Alkitab sebagai standar tertinggi dan mutlak. Dalam hal ini manusia dapat melakukan kesalahan dengan sengaja (paraptoma) kepada Tuhan maupun kepada sesama dengan menentang standar yang telah ditentukan-Nya juga standar yang berlaku di masyarakat. Apa bukti nyata praktik orang-orang Efesus yang dihidupkan bersama Yesus? Mereka membakar kitab-kitab sihir yang mereka anut sebelumnya (Kis. 19:18-19). Tindakan ini menunjukkan komitmen mereka untuk tidak lagi mengulangi perbuatan salah. Kita harus peka jika berbuat salah kepada Allah dan sesama serta mewaspadai segala sesuatu yang dapat menjerat kita untuk kembali melakukan kesalahan-kesalahan yang sama di masa lalu.
Kedua, ia berperilaku dalam kebangkitan Kristus. Alkitab mengisahkan terjadinya beberapa orang yang bangkit dari kematian (fisik) seperti: pengalaman Lazarus (Yoh. 11); waktu Yesus mati kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit (Mat. 27:51) tetapi mereka semua pada akhirnya mati lagi. Kebangkitan tubuh (fisik) terjadi setelah melalui kematian fisik lebih dahulu namun pengertian ayat di atas tidaklah demikian. Kebangkitan Yesus berbeda sebab Ia bangkit dan hidup selamanya bahkan naik ke Surga hidup-hidup. Dibangkitkan di dalam Kristus Yesus berarti Allah menjadikan kita berperilaku dalam kebangkitan Kristus Yesus yaitu:
- Diawali dengan pembuktian, proklamasi/pernyataan di depan umum dengan memberi diri dibaptis dalam air sebagai tindakan yang melambangkan kita mati bersama Yesus dan bangkit bersama-Nya (Kol. 2:12).
- Setelah dibaptis/dibangkitkan bersama Kristus, kita memikirkan dan mencari perkara-perkara di atas (Kol. 3:1-2).
- Praktik nyata orang-orang Efesus setelah dibaptis (Kis. 19;3-5) ialah mereka memisahkan diri dari orang-orang yang menentang Allah dan tekun dalam beribadah serta dalam pengajaran Firman Tuhan (ay. 8-10).
Berdasarkan teks ini, bagi yang belum dibaptis, bertindaklah untuk dibaptis sementara bagi yang sudah dibaptis berjuanglah mengatur waktu untuk menambah porsi waktu agar dapat bersekutu dalam ibadah bersama serta bersekutu dalam mempelajari Firman Tuhan bersama.
Ketiga, ia berperilaku dalam keintiman dengan Kristus. “Memberikan tempat (zugkathizo = mendudukkan) bersama-sama dengan Dia (= Kristus) di Surga” di sebelah kanan Allah dalam kondisi jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap nama yang dapat disebut bukan hanya di bumi tetapi juga di dunia akan datang (Ef. 1:21-23). Ini kedudukan yang kontras melebihi kedudukan apa pun yang dapat kita raih dan peroleh di dunia fana ini juga jauh lebih tinggi/terhormat/termulia dari jabatan rohani apa pun sebab Allah tidak hanya mengaruniakan segala berkat rohani di dalam Surga (Ef. 1:3) dan menentukan kita menjadi anak-anak-Nya (ay. 5) tetapi hingga mendudukkan kita bersama Kristus di sebelah kanan-Nya di Surga (ay. 20). Dengan memberikan tempat/mendudukkan kita bersama-sama Kristus, Allah mau supaya kita berperilaku intim dengan Kristus.
Apa pun kedudukan/jabatan kita di dunia dan jabatan rohani kita di gereja, hanya keintiman kita dengan Kristus yang Allah rindukan. Jadikan segala berkat jasmani maupun berkat rohani (Firman Pengajaran yang sudah kita terima) juga kedudukan rohani yang dipercayakan kepada kita (untuk meyakini bahwa Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan) dalam keseharian hidup dibuktikan dengan hidup dalam pengudusan dan keintiman bersama Kristus. Ini adalah target Allah untuk kita dan harus menjadi target kita sepanjang hidup yang sudah diselamatkan oleh salib Kristus.
Melalu penjelasan ini, hendaknya kita giat beribadah, giat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan dan giat dalam keintiman dengan Kristus yang dibangun pada waktu doa pribadi kita, waktu perenungan pribadi dengan Firman-Nya dan waktu hati secara pribadi digerakkan untuk selalu menyanyi memuji Dia. Karena itu, bersyukurlah sebab Allah telah menghidupkan kita kembali bersama Kristus. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN