Renungan hari ini:
CELAKALAH ENGKAU
Matius 11:21 (TB) "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung"
Matthew 11:21 (NET) “Woe to you, Chorazin! Woe to you, Bethsaida! If the miracles done in you had been done in Tyre and Sidon, they would have repented long ago in sackcloth and ashes”
“Celakalah” ini merupakah ujaran kemarahan Yesus aau dua kota, yakni Khorazim dan Betsaida. Mengapa Yesus begitu kesal dan marah terhadap dua kota di Galilea ini? Pada hakikatnya, karena penduduk kota-kota ini tidak melakukan apa-apa. Banyak orang suka pada rabi pembuat mukjizat dari Nazaret ini, namun kelihatannya mereka menolak panggilan-Nya kepada pertobatan. Melalui mukjizat-mukjizat yang telah dibuat-Nya di tempat-tempat itu, Yesus menunjukkan bahwa Dia menawarkan kepada mereka kebebasan dari dosa, kesembuhan dan hidup baru. Akan tetapi, mereka membiarkan rahmat ini untuk begitu saja berlalu. Sangat disayangkan dan sungguh tragislah hal yang sedemikian itu.
Enam ratus tahun sebelum Yesus membuat seruan keras ini, seorang laki-laki yang bernama Barukh, yang merupakan sekretaris pribadi nabi Yeremia, memanjatkan doa pertobatan atas nama segenap umat Israel. Dalam doanya Barukh menyatakan bahwa semenjak hari Tuhan membawa nenek moyang mereka keluar dari negeri Mesir, mereka tidak taat kepada Tuhan. Sebaliknya Tuhan telah mereka alpakan karena tidak mendengarkan suara-Nya. Jelas di sini, panggilan Allah kepada pertobatan mempunyai sejarah di mana panggilan itu jatuh pada telinga-telinga yang tuli!
Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana caranya agar kita tidak celaka?
Pertama, kita harus banyak mendengar dan membaca isi Kitab Suci. Kita harus mampu mendengar saat Kitab Suci dibacakan dalam ibadah atau membacanya sehari-hari pada saat-saat doa pagi adalah satu hal, namun adalah hal yang lain lagi apabila kita memperkenankan Yesus menulis sabda-Nya pada hati kita dan mentransformir pikiran kita menjadi serupa dengan pikiran-Nya. Sekadar mendengar sabda Allah adalah suatu kegiatan intelek kita saja. Namun membiarkan sabda-Nya menembus diri kita dan mengubah kita – hal ini membutuhkan suatu kemauan serius dari pihak kita untuk diubah oleh-Nya.
Kedua, kita harus berusaha menyerupai Yesus. Allah sungguh ingin membuat diri kita semakin menyerupai Yesus. Ini adalah alasan Allah satu-satunya mengapa Dia memanggil kita kepada pertobatan, alasan satu-satunya mengapa Dia mengundang kita untuk bergabung dengan diri-Nya dalam sebuah perjalanan pertobatan, perubahan, dan transformasi yang berkesinambungan.
Ketiga, kita harus bertobat. Dari hari ke hari, Allah menawarkan kepada kita rahmat pertobatan: jaminan bahwa dosa-dosa kita diampuni dan rahmat untuk ditransformasikan ke dalam Kristus. Yesus datang kepada kita sebagai dokter bagi jiwa kita. Seperti ketika Dia mengampuni dosa-dosa orang lumpuh dan menyembuhkannya (Mrk. 2:1-12; bdk. Mat. 9:1-8; Luk. 5:17-26. Ia mengundang kita untuk menyelidiki hati kita masing-masing dan memeriksa nurani kita agar kita dapat mengalami kasih-Nya dan rahmat-Nya yang menyembuhkan dengan semakin mendalam. Karena itu, janganlah sampai kita menjadi seperti kota-kota Khorazim dan Betsaida. Sebaliknya, marilah kita bergembira dalam belas kasih Allah dan membuka diri kita bagi kuasa-Nya yang mentransformasikan. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN