Jumat, 23 September 2022

Renungan hari ini: “BERKAT DAN KUTUK” (Ulangan 11:26-28)

 Renungan hari ini:

 

“BERKAT DAN KUTUK”


 

Ulangan 11:26-28 (TB) "Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal"

 

Deuteronomy 11:26-28 (NET) "Take note – I am setting before you today a blessing and a curse: the blessing if you take to heart the commandments of the Lord your God that I am giving you today, and the curse if you pay no attention to his commandments and turn from the way I am setting before you today to pursue other gods you have not known"

 

Semua manusia di dunia ini, tanpa terkecuali, pasti ingin memiliki kehidupan yang diberkati, sehat dan penuh sukacita.  Semua perkara yang mengacu pada hal-hal yang baik, itulah yang disebut berkat.  Sebaliknya, tak seorang pun juga yang ingin hidup menderita, miskin, sakit-sakitan dan sebagainya.  Semua perkara yang mengacu pada hal-hal yang buruk, itulah yang disebut kutuk.  Berkat adalah lawan dari kutuk.  Jarak antara berkat dan kutuk hanya dibatasi oleh satu kata, yaitu ketaatan.  Mana yang kaupilih?  Berkat atau kutuk?  Pasti dengan serempak dan spontan kita akan menjawab,  "Berkat!"

 

Bila kita renungkan ayat demi ayat, sebenarnya Tuhan memberi kebebasan kepada kita seluas-luasnya untuk membuat pilihan hidup.  Mana yang akan kita jalani?  Apakah kita memilih untuk menaati semua perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia, sehingga kita pun menolak untuk hidup taat kepada Tuhan, lebih memilih hidup menurut keinginan sendiri dan menyenangkan daging, tetapi pada akhirnya kita akan menerima kutuk sebagai konsekuensi dari ketidaktaatan kita sendiri?  Mungkin kita berkata,  "Mustahil kita bisa hidup taat kepada Tuhan selama kita masih hidup di dunia ini."

 

Tuhan sangat tahu kelemahan dan kekuarangan kita, dan karena itulah Dia menasihatkan,  "Berjaga-jagalah dan bedoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:  roh memang penurut, tetapi daging lemah"  (Mat. 26:41).  Kita diingatkan bahwa roh memang penurut tetapi daging lemah;  ini adalah kenyataan hidup manusia yang sudah Tuhan ketahui.  Namun, itu bukanlah alasan bagi kita untuk hidup dalam ketidaktaatan.  Kematian-Nya di atas kayu salib adalah bukti kasih dan kepedulian Tuhan kepada kita.  Oleh-Nya segala kutuk dosa (sakit-penyakit, kemiskinan, kelemahan dan sebagainya) telah ditanggung-Nya.  Tuhan juga telah mengutus Roh Kudus untuk menolong kita sehingga kita dimampukan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan.  Jika kita ingin menikmati berkat-berkat dari Tuhan, hanya ada satu pilihan yaitu taat! 

 

Dewasa ini masih bayak orang Kristen yang keliru dalam memahami arti kata “Berkat dan Kutuk”. Ada yang dengan senang hati mempercayai adanya berkat, tetapi meragukan adanya kutuk karena dianggap berbau tahayul dalam dogeng-dongeng zaman purba. Padangan demikian sesungguhnya tidak realistis. Padahal di dalam dunia ini  ada dua kekuatan (magnit) yang saling tarik menarik, dua sisi yang saling berlawanan. Dua kutub magnit kekuatan yang sangat mempengaruhi hidup manusia. Misalnya, ada gelap dan terang, panas dan dingin, kebaikan dan keburukan, Rasul Paulus katakan, hidup dan roh dan hidup dalam daging, demikian halnya dengan berkat dan kutuk. Bahkan kata-kata berkat dalam Alkitab tercatat kurang lebih 410, sedangkan kata kutuk dalam berbagai bentuk tertulis kurang lebih 230 kali. Jadi unsur dikotomi antara keduanya selalu ada dan terhadap kedua kutub magnit kekuatan ini, manusia diminta untuk menentukan sikap!

 

Disamping itu ada yang menganggap bahwa kekayaan, kemakmuran, keberhasilan dan sejenisnya dijadikan standar penilaian untuk “berkat” atau orang-orang yang “diberkati Tuhan”. Sedangkan malapetaka, kemiskinan, penderitaan atau jenis bencana lainnya dijadikan standar penilaian untuk “kutuk” atau orang-orang yang “dikutuk Tuhan”. Seolah-olah  mereka yang mengalami bencana, penderitaan, miskin dan berkekurangan berarti ia tidak diberkati Tuhan atau menerima kutukan. Apakah benar demikian? Marilah kita belajar dari apa yang dikatakan Ulangan 11: 26-28. 

 

Sejak manusia memilih tidak taat dan memberontak kepada aturan Allah maka sejak itulah manusia kehilangan kemuliaan Allah, manusia kehilangan berkat Ilahi (Rm. 3:23; 6:23). Dosa dipahami bukan sekedar pelanggaran moral etis tetapi sikap memberontak kepada Allah, pelanggaran terhadap kehendak Allah, yakni menolak otoritas Allah sebagai sumber berkat yang menentukan tujuan hidup manusia. Karena itu dosa mengandung konsekwensi-konsekwensi logis, apakah kita akan hidup dengan “berkat Ilahi”atau tetap hidup dalam “kutukan”.

 

Kata berkat berasal dari kata benda “barakh” bentuk aktifnya adalah kata kerja “brk” yang diucapkan untuk memberkati dengan menyebut nama Yahweh. Dalam PL berkat adalah kemurahan yang dikaruniakan Allah kepada umat-Nya, seperti pada waktu panen (Ul. 28:8). Berkat juga merupakan salah satu dari kata-kata pujian bagi Allah atau kata-kata untuk membuat seseorang atau sesuatu menjadi kudus”. Kata berkat juga sering dihubungkan dengan karunia benda, seperti material (Ul. 11:26; Amsl. 10:22; 28:20; Yes. 19:24 dll) berkat adalah karya Allah (Kej. 1:22), penyembahan dan pujian kepada-Nya (Kej. 24:48), pemilihanTuhan (Ul. 19:2, 7; 10:8) berkaitan dengan kesetiaan pada perjanjian Tuhan (Ul.28:15-46).

 

Paulus memakai kebenaran tentang berkat ini untuk menjelaskan ajaran penyelamatan Allah di dalam pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib (salib lambang dari kutuk). Hukum menjadi kutuk bagi mereka yang gagal menaatinya, tapi Kristus menyelamatkan kita dengan menjadi kutuk bagi kita (Gal. 3: 10,13). Berkat itu adalah anugerah dan kasih karunia Allah, yang harus dilihat secara holistik (tidak berbicara soal material saja, tetapi keseluruhan hidup manusia kini dan mendatang) dan otoritas berkat itu ada pada Allah sendiri sebagai sumber berkat  dalam relasi-Nya dengan manusia. Jadi kita melihat di sini bahwa relasi adalah segalanya untuk menentukan apakah manusia hidup dalam “berkat Ilahi” atau hidup dalam  “kutukan”.

 

Ungkapan kata “kutuk”  kebalikan dari berkat. Dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan dengan “kutuk” adalah “qlalah alah arar” dalam LXX diterjemahkan dengan “kitara, kataraomai, epikataratos. Arti asasi dari “kutuk  atau “pengutukan” di mana seseorang dapat mengucapkan kutuk, menginginkan kerugian orang lain (Ayb. 31:30; Kej. 12:3); atau untuk menguatkan janjinya sendiri (Kej 24:41; 26:28; Neh 10:29); atau untuk menjamin kebenaran kesaksiannya dalam hukum (1 Raj. 8:31; bnd. Kel. 22:11). Jika Allah mengucapkan kutuk, pertama-tama ialah celaan atas dosa (Bil. 5:21, 23; Ul. 29:19, 20); kedua, kutuk itu ialah penghukuman-Nya atas dosa (Bil. 5:22, 24, 27; Yes. 24:6); dan ketiga, orang yang menderita akibat-akibat dosa karena penghakiman Allah disebut suatu kutuk (Bil. 5:21, 27; Yer. 29:18).

 

Alat atau sarana dasar yang dipakai sebagai perantara(medium) untuk menyampaikan berkat atau kutuk adalah “kata-kata” atau “ucapan” dan tulisan atau dalam hati (baca Ams. 11:9; 12:18;  15:4; 18:21). Yakobus memakai contoh yang menarik yang menekankan bahwa kata-kata memiliki kuasa yang luar biasa yang dapat berpengaruh terhadap manusia maupun keadaan tertentu dan pengaruh yang ditimbulkannya ada yang bersifat baik (mendatangkan berkat) dan ada yangbersifat tidak baik (yang mendatangkan kutuk) dengan mengatakan: “dengan lidah kita memuji Tuhan Bapa kita dan dengan lidah kita mengutuki manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk, hal- ini Saudara-saudara tidak boleh demikian terjadi” (baca Yak. 3:5-6;9-10).

 

Tidak ada seorangpun yang mau kena kutuk! Namun Alkitab memberikan kesaksian bahwa umat Allah sering kali melakukan perbuatan tidak setia kepada Allah yang mendatangkan kutuk bagi mereka. Keangkuhan dan kedegilan umat sering kali menjerumuskan mereka ke dalam jurang penderitaan dan kutuk! Musa, ketika mengantar orang Israel yang segera masuk ke tanah Perjanjian, mengingatkan bahkan memperingatkan orang Israel untuk sungguh-sungguh taatl Ketaatan yang sungguh adalah ketaatan yang lahir dari penghayatan dalam memelihara dan melakukan perintah TUHAN dalam hidup. Musa mengingatkan umat agar teliti dengan kehidupan mereka, khususnya untuk tidak tergoda dengan berbagai kebaikan dan kenyamanan yang mereka kecap yang dapat menyeret mereka kepada keangkuhan diri! Sebaliknya, umat dinasihatkan untuk terus-menerus mensyukuri berbagai karya kasih TUHAN dalam hidup, dan menghayatinya dengan benar sehingga ketika umat beribadah maka ibadah yang dibangun adalah ibadah yang jujur, yang murni, yang dibangun oleh kesadaran dan penghayatan yang benar akan kasih TU HAN Allah dalam hidup mereka. Oleh karena itu, Musa juga mengingatkan agar kesetiaan dan ketaatan kepada TUHAN Allah bukan hanya dipelihara, tetapi juga diwariskan kepada generasi selanjutnya, sehingga kehidupan umat dari generasi ganti generasi tetap berada dalam kemurahan dan berkat TUHAN. Karena itu, marilah setia menaati Firman TUHAN dan Perintah TUHAN bagi kita agar berkat-Nya melimpah atas kita, serta hindarilah melawan perintah TUHAN agar kutuk-Nya tidak menimpa kita. (rsnh)

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...