Kamis, 13 September 2018

Renungan hari ini: UPAH PELAYAN TUHAN

Renungan hari ini: 

UPAH PELAYAN TUHAN



1 Korintus 9:13 (TB) "Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu?" 

1 Corinthians 9:13 (NET) "Don’t you know that those who serve in the temple eat food from the temple, and those who serve at the altar receive a part of the offerings?” 

Upah pelayan TUHAN didapatkannya dari pelayanannya di tempat kudus dan mezbah TUHAN. Setiap pekerja patut mendapat upahnya. Ini adalah prinsip Alkitabiah. Ini juga adalah hak dari setiap orang yang telah melakukan kewajiban atau tugasnya sesuai kesepakatan dengan tuan atau majikannya. Upah adalah hasil atas akibat dari suatu perbuatan, entah itu bersifat materil maupun yang imateril. Perhitungan upah telah dimulai pada masa Abraham, Bapa segala orang beriman, seperti yang tercatat dalam Kejadian 15:1, “Janganlah takut Abram. Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar”. 

Allah yang kaya dengan rahmat dan sumber segala berkat tidak hanya sekedar memanggil untuk mengangkat martabat atau harga diri Abraham, tetapi Ia juga menghargai tiap usaha Abraham dalam mematuhi perintah-perintah-Nya. Loyalitas, dedikasi dan kinerja Abraham dicatat dan diberi nilai atau dihargai dalam bentuk upah yang pantas – duniawi dan sorgawi. Allah tidak mau berlaku curang dengan mengatas namakan panggilan kudus-Nya atas Abraham kemudian menyuruh Abraham melakukan segala perintah-Nya tanpa imbalan. Hal ini tidak mungkin terjadi pada Allah yang Maha adil.

Alkitab, Perjanjian Baru, memberi indikasi kuat tentang “upah lahiriah” pelayanan para hamba Kristus seperti yang tercatat dalam I Korintus 9:13-14. Referensi ayat firman Allah tersebut memberitahukan pada kita bahwa Tuhan telah “memplotkan” atau menetapkan upah kerja para hamba-Nya tanpa menentukan persentasi atau pun nominalnya.

Terbetiklah sebuah pertanyaan logis pada benak kita, “mengapa hanya ada tiga bagian, klasifikasi upah yang dirancangkan dan disodorkan sedangkan yang terlibat dalam memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus ada lima jawatan – Rasul, Nabi, Penginjil, Gembala, Guru – yang kesemuanya pasti mengharapkan upah? 

Dari nas hari ini kita mendapat pelajaran yang penting, yakni:

Pertama,yang melayani di tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus. Pada kalimat pertama dari I Korintus 9:13-14 tertulis, “mereka yang melayani tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus”. Siapakah “mereka” itu? Alkitab Perjanjian Lama mengatakan bahwa TUHAN mengangkat Imam dari kaum Lewi untuk pelayanan di tempat kudus (Kel. 25:8-9, 28:1, 29, 29:29-30). Para Imam bertanggungjawab penuh atas terselenggaranya kebaktian umat Israel dalam Kemah Pertemuan yang dibantu oleh para Lewi. Mereka juga bertindak sebagai juru-damai antara umat pilihan (Israel) dengan Allah, pemimpin, perawat yang sakit, pemelihara, penuntun pertumbuhan rohani, bahkan bertanggungjawab atas kekudusan umat di hadapan Allah. Pada prinsipnya, mereka – para Imam dan kaum Lewi – melaksanakan tugas “penggembalaan dan juga pengajaran/pendidikan”. Sehingga dapatlah disimpulkan berdasarkan “benang merah” yang nampak pada Perjanjian Lama untuk “mereka yang melayani tempat kudus” adalah para Gembala dan Guru/Pengajar jemaat. Dengan demikian jemaat Tuhan diberi tugas untuk memperhatikan kebutuhan atau keperluan para Gembala dan Guru/Pengajar Jemaat yang ada dalam tempat kudus. 

Kedua,yang melayani mezbah mendapat bagian dari mezbah. Kalimat selanjutnya, “mereka yang melayani mezbah mendapat bahagian mereka dari mezbah itu”, dapat diidentifikasi sebagai tugas pelayanan para Nabi. Dalam Perjanjian Lama, aktivitas para nabi selalu berhubungan dengan mezbah. Alasan teologisnya dimulai dari nabi Nuh, seperti yang dapat ditemukan dalam Kejadian 8:20, “Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu”, kemudian Abraham, Ishak, Yakub (Kej. 12:7,26:25,35:1), Musa (Kel. 17:15), Saul (1Sam. 14:35), Daud (2Sam. 24:25), Salomo (1Raja 9:25), Elia (1Raja 18:31-39,19:10), dan lain-lain.

Pelayanan mezbah dapat diartikan secara rohani sebagai pelayanan kepada pribadi-pribadi yang memiliki kehidupan yang menyembah dalam roh dan kebenaran. Bila mezbah kehidupan rohani yang kudus ini mulai atau telah terkotori dengan kenajisan, kedagingan, pemberhalaan yang menjijikkan – seperti kisah tragis di gunung Karmel – maka bukan saja diperlukan suara kenabian (profetik) tapi seorang nabi yang sesungguhnya harus tampil untuk merubuhkannya dan membangun kembali mezbah kehidupan rohani yang berkenan kepada Allah.

Jemaat Tuhan pada gereja lokal yang mezbah kehidupan rohaninya telah dipulihkan untuk menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran yang sesungguhnya pasti dengan sukacita dan sukarela dalam ketulusan kasih mau memperhatikan kehidupan jasmaniah dari para Nabi yang melayani bersama Gembala dan Guru untuk pembangunan dan perkembangan tubuh Kristus supaya ada keseimbangan. Karena itu, marilah memerhatikan kehidupan para pelayan TUHAN dengan sebaik-baiknya. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...