Sabtu, 11 Juni 2022

KOTBAH TRINITATIS Minggu, 12 Juni 2022 “TUHAN KITA MULIA DAN AGUNG” (Mazmur 8:1-9)

 KOTBAH TRINITATIS 

Minggu, 12 Juni 2022

 

“TUHAN KITA MULIA DAN AGUNG”

Kotbah: Mazmur 8:1-9 Bacaan: Roma 5:1-5




 

Hari ini kita memasuki Minggu Trintatis. Dalam ibadah ini tema yang akan kita renungkan adalah “TUHAN kita Mulia dan Agung”. Kita harus mengerti satu hal tentang bagaimana Allah menyatakan diri-Nya. Di bagian ini, secara khusus Allah menyatakan diri-Nya melalui ciptaan-Nya. Yaitu pernyataan umum, Ia memberitahukan kehadiran-Nya, eksistensi-Nya melalui keindahan alam, binatang dan ciptaan lainnya. Inilah yang dinikmati oleh penulis Mazmur.

 

Allah menyatakan kehadiran-Nya, melalui alam semesta dengan segala kemuliaan yang Ia miliki, Allah berkuasa bukan karena alam yang Ia ciptakan. Ia ada sebagaimana Ia ada dengan segala kebesaran dan kemegahan-Nya. Betapa mulianya Allah, betapa Indah-Nya Ia dengan segala kekuasaan yang Ia miliki.

 

Mungkin sampai di sini, kita menemukan betapa kemuliaan Tuhan dinyatakan. Dosa yang masih ada di dalam diri kita, akan kejujuran Alkitab, di mana semua manusia telah jatuh ke dalam dosa dan kehingan kemuliaan Allah, manusia telah menjadi musuh Allah, karena memberontak terhadap Allah.

 

Manusia diciptakan untuk memuliakan Allah. Tidak ada tujuan lain bagi manusia, selain untuk mengenal Allah dan manusia memuji Allah karena kekaguman yang berasal dari dalam diri yang telah merasakan betapa indahnya Allah.

 

Kebutuhan terbesar manusia adalah Allah, masalah terbesar manusia adalah dosa, dan dosa telah memisahkan manusia dari Allah, sehingga manusia hari ini tidak dapat melihat seperti Pemazmur lihat. Betapa alam semesta saat ini diciptakan untuk memancarkan kemuliaan Allah, untuk memberikan kepada kita satu realitas bahwa ada Dia yang berkuasa yang telah menciptakan semua yang ada di dalam dunia bahkan manusia juga diciptakan oleh Allah.

 

Karena manusia diciptakan begitu sumpurna, bahkan hampir sama seperti Dia, pada dasarnya manusia diciptakan untuk Allah dan hidup dunia yang indah di mana Allah telah menciptakan dunia untuk manusia sehingga manusia dapat kagum kepada Allah dengan melihat keindahan ciptaan yang ada di depannya.

 

Pertanyaan kita sekarang adadalah pengajaran apa yang kita temukan dalam perikop Minggu ini?

 

Pertama, manusia adalah mahluk yang dihargai Allah. Apabila melihat langit bumi dan semesta yang diciptakan Allah sebagai tempat kedudukan manusia, maka Daud merasakan keluarbiasaan Allah sebagai pencipta dan kreator kehidupan manusia. Bahkan Daud menyatakan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang diingat dan diindahkan Allah (ay. 3-4).
Kesemuanya itu dilakukan Allah untuk menunjukkan kekuasaan Allah, keluar biasaan Allah pada diri manusia yang lemah, seperti mulut bayi-bayi dan anak-anak yang mau menyusu dihadapan Allah (ay. 2). Itulah keagungan Tuhan yang mengatasi langit (ay. 1). Manusia adalah mahluk yang dihargai Allah. Pernyataan ini sudah seharusnya menjadi refleksi di dalam diri kita bahwa Allah menjadikan kita bukan untuk menjadi ciptaan sembarang seperti ciptaan Allah lainnya, tetapi kita dibentuk khusus oleh Allah sebagai ciptaan yang sungguh berharga. Sebagai ciptaan yang sungguh berharga, sudah seharusnya kita bangga dengan diri kita dan dengan karya Allah atas hidup kita. Kita harus percaya diri bahwa Allah pun mempunyai rancangan mulia atas hidup kita.
Jangan pernah merasa rendah diri dan takut untuk maju bersama Allah. Namun selain itu, kita pun harus menyadari bahwa semua manusia perlu diberikan penghargaan yang sama. Jangan pernah merendahkan dan menganggap sebelah mata orang lain, karena mereka pun ciptaan berharga di hadapan Allah.


Kedua, Allah memahkotai kita dengan kemuliaan dan hormat. Daud memuji Tuhan pencipta yang mulia dan agung ketika ia melihat hasil karya Tuhan yang luar biasa yaitu langit, bulan dan bintang-bintang. Daud menjadi merasa begitu kecil dan hina sehingga menyebut dirinya, manusia, dengan “apa” dan bukan “siapa”, seperti sebutan sebuah benda. Daud bahkan dalam keberadaannya merasa tidak layak untuk diingat dan diindahkan oleh Tuhan. Tetapi Daud tidak berhenti pada perasaan yang kecil dan hina karena ia menemukan bahwa Tuhan membuat manusia hampir sama seperti Allah. Allah memahkotai manusia dengan kemuliaan dan hormat, bahkan membuat manusia berkuasa atas segala buatan tangan-Nya. Manusia begitu berharga di hadapan Tuhan karena telah diciptakan dengan baik, diberi karunia-karunia dan kepercayaan (ay. 5).

 

Kata “memahkotai” dengan kemuliaan dan hormat, secara luar biasa diartikan dengan sangat tegas dalam ayat 6 yang mengatakan : “Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-MU; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya...”. Apabila kita merenungkan ayat ini, sungguh luar biasa kewenangan, otoritas dan kuasa Allah yang diletakkan dalam hidup manusia. Tidak sekedar menaklukkan dunia ini, tetapi Tuhan telah memberikan kuasa agar kita dapat menaklukkan semua buatan manusia, dan semuanya dapat ditaklukkan di bawah kakinya.

Kuasa ini menjadi suatu pegangan yang luar biasa bagi kita untuk selalu optimis. Dunia dengan segala permasalahan dan pergumulannya, sudah seharusnya tidak lagi menguasai kita. Tetapi justru kuasa Allah menyatakan bahwa Allah menguasakan kita untuk menaklukkan dunia dengan segala permasalahan dan pergumulannya. Kitalah mahluk dengan kuasa tertinggi, termasuk melampaui kuasa iblis dan ciptaan Allah lainnya. Namun, apakah kita menyakini dan mempergunakan kuasa Allah itu secara tepat sesuai dengan kehendak Allah? Jangan menyerah terhadap dunia dengan pergumulan dan kesulitannya, karena kita diciptakan Allah untuk menaklukkan dunia dan memuliakan nama-Nya. Terus berjuang bersama Allah untuk menjadi pemenang dalam kehidupan.


Ketiga, belajar bersyukur dan memuliakan Allah. Mazmur Daud ditutup dengan suatu pujian istimewa dengan menyatakan : “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! (ay. 9). Pujian pemazmur mengingatkan kita bahwa kehidupan manusia sudah seharusnya menjadi pujian bagi Allah. Tidak sepantasnya kita mengeluh, mengumpat, kecewa, dan mungkin marah terhadap Allah. Memang benar, suatu kali kita dapat mengalami peristiwa-peristiwa buruk yang mengecewakan kita. Tetapi sudah saatnya kita memandang kepada Allah dengan karya-Nya, dan bukan lagi memandang permasalahan hidup kita.

 

Ketika kita memandang Allah dengan karya-Nya, maka kita akan melihat karya terbesar-Nya dalam hidup kita. Tetapi ketika kita memandang kepada permasalahan hidup kita, maka kacamata iman kita akan dipersempit oleh semua kelemahan dan ketidakmampuan kita.
Pandangan iman kepada Allah membuat kita mampu bersyukur dan memuliakan nama-Nya, sambil terus belajar berjalan untuk melihat karya Allah sedemikian luar biasa yang telah dipersiapkan dalam setiap bagian hidup kita.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Trinitatis ini? Lewat perikope Minggu ini kita hendak bersikap bagaimana sebaiknya kita memuliakan TUHAN?

 

Pertama, kita memuliakan TUHAN lewat ibadah dan penyembahan, baik pribadi maupun bersama umat Tuhan.Nyatakan hormat dan sembah kita lewat puji-pujian yang agung dan megah.

Kedua, kita memuliakan TUHAN lewat menghargai sesama manusia sebagai gambar Allah, termasuk menghargai segala potensi Ilahi yang ada di dalam diri manusia tersebut. Dengan mengembangkan hidup ini menjadi berkat untuk sesama, kita sedang menyaksikan kemuliaan Allah lewat kemuliaan ciptaan-Nya.

 

Ketiga, kita memuliakan TUHAN dengan berperan sebagai jurukunci yang baik bagi semua ciptaan Allah. Tugas kita adalah mengelola alam ini supaya menjadi wadah yang asri dan harmonis, seperti Taman Eden dulu. Mari bangkit dan bangun kembali lingkungan kita dengan memelihara kebersihannya, keseimbangan ekosistemnya, dan mengisinya dengan perilaku hidup yang mulia. Karena itu, mari terus memuliakan TUHAN sepanjang hidup kita. (rsnh)

 

Selamat merayakan Minggu Trinitatis!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...