KOTBAH MINGGU PENTAKOSTA 1
Minggu, 20 Mei 2018
“ROH KUDUS DICURAHKAN UNTUK SEMUA BANGSA”
Kotbah: Kisah 10:44-48 Bacaan: Yesaya 40:12-14
Minggu ini kita memasuki Minggu Pentakosta. Perayaan Hari Besar Kristen yang kelima ini sangat sepi dari perayaan. Seolah-olah perayaan ini tidak begitu penting bagi iman Kristen. Padahal Hari Turunnya Roh Kudus merupakan bagian iman yang sangat penting dalam iman Kristen. Kehadiran Roh Kudus sangat kita butuhkan saat ini untuk mendampingi, menyertai, menghibur dan menguatkan iman percaya kita hingga kedatangan Kristus kali kedua. Dalam Minggu ini tema yang akan kita renungkan adalah “ROH KUDUS DICURAHKAN UNTUK SEMUA BANGSA”.Roh Kudus dicurahkan bukan hanya untuk satu bangsa saja melainkan kepada semua orang, kepada semua bangsa tanpa kecuali asalkan mereka mau menerimanya.
Kata Pentakosta dalam bahasa Yunani adalah pentekoste, berarti hari ke 50, atau disebut Minggu putih, adalah hari raya untuk memperingati peristiwa dicurahkannya Roh Kudus kepada para murid di Yerusalem, yang terjadi pada hari ke-50 setelah kebangkitan Yesus Kristus, atau 10 hari setelah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga.
Makna pentakosta sesungguhnya sudah dipakai sejak zaman Perjanjian Lama. Hari raya ini dirayakan oleh umat Israel untuk memperingati peristiwa penting yaitu turunnya 10 firman yang diterima Musa di Gunung Sinai, yang kemudian dikenal dengan Sepuluh Perintah (The Ten Commandments). Peristiwa ini memiliki rentang waktu 50 hari setelah Paskah; juga sebagai hari ucapan syukur yang ditandai dengan dibawanya persembahan penuaian hulu hasil yang dikenal sebagai bikkurim, artinya persembahan hulu hasil kedua (panen gandum). Perayaan ini dirayakan selama 7 minggu berturut-turut atau sekitar 49 sampai 50 hari, oleh karena itu biasa dikenal sebagai Hari Raya Tujuh Minggu bagi bangsa Israel (Kel. 34:22; Ul. 16:9).
Pencurahan Roh Kudus merupakan penggenapan janji ALLAH sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh nabi Yoel bahwa ALLAH akan mencurahkan Roh-Nya pada hari-hari terakhir (Yo. 2:28-29), bukti dari apa yang Tuhan Yesus sampaikan kepada murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke sorga: "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran" (Yoh. 14:16-17).
Pentakosta adalah hari bersejarah bagi pertumbuhan gereja, karena di hari itu Roh Kudus mendemonstrasikan kuasa-Nya, menjamah dan mengurapi murid-murid Tuhan sehingga mereka mengalami pertumbuhan di dalam pelayanan.
Namun di dalam kenyataan hidup ada sebagian orang berperilaku seperti "katak dalam tempurung". Artinya orang yang memiliki wawasaan sangat terbatas. Mereka beranggapan bahwa pencurahan Roh Kudus itu hanya untuk orang Kristen saja. Padahal dalam teks hari ini dikisahkan bagaimana Petrus bersaksi mengenai Yesus Kristus dan secara tiba-tiba Roh Kudus turun ke atas semua orang.Roh Kudus itu datang ke atas bangsa-bangsa lain juga (ay. 44-45) Maka mulailah mereka berkata-kata dengan bahasa roh dan memuliakan Allah. Bahasa roh adalah bahasa yang diilhamkan Roh Kudus, namun bisa dimengerti oleh manusia. Tujuan pemberian karunia ini adalah dalam rangka memuliakan Tuhan. Peristiwa ini membuat orang percaya dan golongan bersunat atau orang-orang Yahudi yang menyertai Petrus tercengang. Mereka melihat bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan juga ke atas bangsa-bangsa lain. Pelajaran bagi kita, bahwa tak seorang pun dapat mengklaim Roh Kudus bekerja hanya pada dirinya saja, karena Allah dapat mencurahkan Roh-Nya kepada siapa saja.
Dari teks ini apa yang bisa kita pelajari dalam rangka merayakan Hari Turunnya Roh Kudus bagi kita?
Pertama,Roh Kudus membawa penyatuan umat di dunia ini (ay. 44-45). Roh Kudus dicurahkan bagi semua bangsa menggambarkan bahwa Roh Kudus akan menyatukan semua bangsa di dunia ini melalui umat-Nya yang percaya kepada-Nya. Kepiawaian Lukas dalam mengolah sastera sekali lagi terbukti di bagian ini. Ia belum ingin serta-merta meninggalkan pokok yang disorotinya, yakni pluralitas dalam gagasan inklusivisme yang mendobrak eksklusivisme kalangan Kristen-Yahudi, karena pada ayat 45-46 ia mengutarakan: “Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah.” Taktik literer dengan gaya penyajian berulang untuk maksud penegasan pokok tertentu memang merupakan ciri khas Lukas. Melalui peristiwa pemberian kuasa Roh Kudus kepada orang-orang (the outsiders) itu, maka rombongan warga jemaat Kristen-Yahudi yang hadir saat itu pun mengalami pencerahan seketika, bahwa ternyata Allah benar-benar mengasihi orang-orang dari bangsa lain yang percaya kepada-Nya. Konteks inilah salah satu inti sasaran Lukas, yang mana pencerahan atau “perubahan radikal” pemaham dan sikap iman percaya itu bukan hanya dialami oleh Petrus, tetapi juga seyogianya orang-orang yang menyertai pelayanannya, seperti orang-orang suruhan Kornelius yang ikut kesalehan majikan mereka. Pencerahan pemahaman dari rombongan Petrus itu dapat ditelisik dari kata Yunani eksestesan “tercengang-cengang”, dan sikap mereka ditunjukkan melalui kesediaan melaksanakan perintah Petrus untuk membaptis Kornelius dan semua yang berada bersamanya saat itu (ay. 48).
Pada mulanya, Petrus dapat dikatakan sebagai representasi kelompok Kristen Yahudi yang cukup fanatik, belum terbuka terhadap bangsa-bangsa lain, dan menganggap keselamatan itu ditujukan (hanya) bagi keturunan Yahudi saja. Ada beberapa peristiwa yang membuktikan hal ini, dan yang paling dekat dengan teks renungan kita pada hari ini adalah ketika Petrus pada awalnya “menolak” untuk memberitakan kabar keselamatan bagi Kornelius yang ditandai dengan tiga kali penolakannya atas tawaran Tuhan untuk memakan makanan yang selama ini mereka anggap haram (lih. Kis. 10:14). Namun peristiwa perjumpaan-Nya dengan Tuhan melalui penglihatan itu, dan diikuti kemudian dengan pertemuannya dengan Kornelius, telah membuka mata Petrus bahwa ternyata Allah sendiri menghendaki bangsa-bangsa lain itu mendapatkan bagian dalam keselamatan di dalam Kristus, dan bahwa Allah sendiri berkenan menerima mereka yang selama ini dianggap kafir, dan itu dibuktikan dengan pencurahan Roh Kudus bagi orang-orang non-Yahudi.
Melalui pengalaman Petrus bersama Kornelius, dan dilanjutkan dengan kelompok besar non-Yahudi dalam teks renungan kita pada hari ini, menjadi jelas bahwa Roh Kudus itu dicurahkan atas orang Yahudi maupun non-Yahudi, dan tidak ada si-apa pun yang bisa mencegah-Nya, termasuk Petrus dan kelompok Kristen Yahudi sendiri. Karya Roh Kudus atas orang-orang non-Yahudi itu pun membuat Petrus dan orang percaya dari kelompok Yahudi (golongan bersunat) kagum (tercengang-cengang), apalagi bangsa-bangsa lain yang dihinggapi Roh Kudus itu juga mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya berbicara dalam bahasa Roh dan memuliakan Allah (lih. Kis. 11:15-16). Jadi, terbukti bahwa Allah tidak membuat perbedaan antara orang-orang percaya keturunan Yahudi dan non-Yahudi, sebab kedua golongan ini sama-sama diterima oleh Yesus Kristus. Artinya, teks renungan kita pada hari ini semakin memberi kesadaran bagi Petrus bahwa kalau Allah sendiri berkenan menerima orang-orang keturunan non-Yahudi, dan membuka pintu keselamatan bagi mereka, bahkan mencurahkan Roh Kudus atas mereka, lalu siapakah Petrus, siapakah orang Kristen Yahudi, siapakah manusia yang dapat mencegah-Nya? Jawabannya adalah bahwa karya Roh Kudus tidak dapat dicegah atau dihambat oleh sia-pa pun.
Kedua,turunnya Roh Kudus membuka kesempatan bangsa lain mengalami pertobatan dan memberi diri dibaptis (ay. 47). Allah berkenan memberikan Roh Kudus bagi setiap orang, baik bagi kelompok Yahudi maupun non-Yahudi, yaitu bagi mereka yang percaya atau beriman pada Yesus Kristus (bnd. Kis. 11:17). Bangsa-bangsa lain tidak harus melakukan atau memenuhi syarat-syarat tertentu seperti dalam tradisi Yahudi, mereka cukup percaya pada Yesus, dan karena iman itulah Allah berkenan menganugerahkan mereka Roh-Nya yang Kudus. Mereka tidak perlu menjadi penganut agama Yahudi (proselit), tidak harus dibaptis terlebih dahulu dengan air, tidak perlu menjalani sunat seperti orang-orang Yahudi, bahkan ekstremnya mereka tidak perlu “dipaksa” terlebih dahulu untuk bertobat, sebab Roh Kudus sendiri dalam kebebasan-Nya telah berkarya atas mereka. Ini menandakan bahwa Allah menghendaki semua bangsa diselamatkan oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Menarik sekali perkataan Petrus di ayat 47: “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” Dengan perkataan ini, Petrus menegaskan “pencerahan” yang diperolehnya sekaligus mengajak kelompok Yahudinya untuk menyadari bahwa tidak ada lagi alasan untuk tidak membaptis mereka yang non-Yahudi, tidak ada lagi alasan untuk menutup diri dari mereka, sebab Allah sendiri telah berkenan menerima mereka dengan mencurahkan Roh Kudus-Nya atas mereka. Orang-orang non-Yahudi ini telah percaya pada Yesus dan telah mengalami baptisan di dalam Roh Kudus. Sekali lagi, hal ini menandakan penerimaan Allah akan orang-orang non-Yahudi, menegaskan bahwa Allah berkenan mengikutkan mereka dalam rencana keselamatan itu, walaupun mereka tidak mengikuti segala macam aturan tradisi (Kristen) Yahudi.
Kita tentunya patut bersyukur karena Allah berkenan menyelamatkan kita; kita patut bersyukur karena kita semua diselamatkan oleh Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya, dan berkenan mencurahkan Roh Kudus atas kita masing-masing, bahkan tanpa membeda-bedakan. Yesus Kristus berkenan menyelamatkan siapapun yang Dia kehendaki; Dia menyelamatkan para pelayan-pelayan-Nya, Dia juga menyelamatkan warga jemaat biasa; Dia menyelamatkan para pembesar/pejabat, Dia pun menyelamatkan rakyat/masyarakat biasa; Dia menyelamatkan orang dari berbagai latar belakang kehidupan, dari berbagai latar belakang organisasi gereja, dlsb. Siapakah yang dapat mencegah Tuhan Yesus untuk melakukan itu semua? TIDAK ADA!
Ketiga,turunnya Roh Kudus menunjukkan bahwa Allah berkarya atas bangsa-bangsa lain (ay. 47). Belajar dari pengalaman Petrus dan orang-orang yang ada di sekitarnya pada waktu itu, bahwa oleh karya Roh Kudus Petrus pada akhirnya menyadari, mengakui, dan menyatakan bahwa Allah memang berkarya atas bangsa-bangsa lain, dan bahwa Roh Kudus pun dicurahkan atas mereka, sama seperti pengalaman orang-orang percaya dari bangsa Yahudi. Apa artinya? Yaitu bahwa orang-orang yang telah mendapatkan pencerahan dari Roh Kudus pasti mampu membuka diri satu terhadap yang lain, pasti mampu menerima satu dengan yang lain tanpa harus mengajukan syarat-syarat tertentu yang kadang-kadang subjektif. Orang-orang yang telah mendapatkan curahan Roh Kudus pasti memperlakukan sesamanya dengan baik tanpa membeda-bedakan, tanpa melihat latar belakang kehidupannya. Maka sangatlah ironi kalau ada orang mengaku orang Kristen, mengaku percaya pada Kristus, dan mengaku telah menerima ilham Roh Kudus, tetapi dia memandang dan memperlakukan sesamanya dengan cara yang berbeda, biasanya “menghargai” mereka yang dianggap “hebat, berkuasa, ada jabatan, dll”, sementara menyepelekan mereka yang dianggap “rendah, kecil, tidak berharga” atau ada istilah dalam bahasa Nias “tenga niha”.
Ada juga orang yang merasa berkecil hati kalau Tuhan memberkati sesamanya, apalagi kalau sesamanya itu merupakan “lawan atau musuhnya”. Kalau Tuhan sendiri mengasihi, menyelamatkan dan memberkati siapa pun yang Dia inginkan, adakah yang dapat mencegah-Nya? Siapakah yang dapat menghalangi Allah? Siapakah yang dapat mengatur Allah dalam kasih karunia-Nya? Siapakah yang dapat memerintahkan Allah dalam karya Roh Kudus-Nya? TIDAK ADA! Jadi, bukankah jauh lebih baik kalau kita bersyukur atas keselamatan dan karya Roh Kudus yang telah kita terima, dan ikut bersukacita kalau ada orang lain juga menerimanya? Dengan demikian kita dapat menjalani dan menikmati kehidupan dengan lebih baik, dan itu hanya dapat dirasakan oleh mereka yang benar-benar telah menerima curahan Roh Kudus dari Tuhan. (rsnh)
Selamat merayakan Turunnya Roh Kudus!